Shaken Baby Syndrome, Bahaya Mengayunkan Bayi Kuat-Kuat

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit
Shaken Baby Syndrome, Bahaya Mengayunkan Bayi Kuat-Kuat

Seringkali apa yang dianggap baik memang belum tentu benar ya bun? Kebiasaan mengayunkan bayi dalam buaian atau ayunan, serta aksi melempar tubuh si kecil supaya ia tertawa geli – semua ini ternyata bisa memicu SBS (Shaken Baby Syndrome) yang membahayakan saraf otak maupun penglihatan si kecil.

gemes sih boleh tapi jangan guncang aku kuat-kuat yach..

Apa itu SBS?

SBS (Shaken Baby Syndrome) adalah trauma atau cedera pada otak bayi yang muncul akibat guncangan hebat pada kepalanya. Guncangan atau ayunan kuat bisa menyebabkan perdarahan di otak (pendarahan subdural) dan/atau pendarahan di retina mata.

Ketika tubuh si kecil terguncang kuat, otak memantul bolak-balik menabrak tulang tengkorak. Mengingat kepala bayi sangat besar dan beratnya tidak sebanding dengan bagian tubuh lainnya, maka hal inilah yang membuatnya beresiko. Otak yang cidera akan mengalami pembengkakan, memar, dan pendarahan di otak.

Biasanya bayi usia di bawah 1 tahunlah yang paling sering menjadi korban SBS, dengan resiko puncak pada usia dua sampai empat bulan. Shaken baby syndrome biasanya tidak terjadi setelah usia dua tahun, tapi anak-anak berusia lima atau enam tahun bisa juga mengalaminya jika kepalanya terguncang sangat kuat.

Apa bahaya akibat SBS?

Efek berbahaya SBS berikut ini mungkin jauh dari yang pernah ayah-bunda pikirkan. Menurut survei, SBS menjadi penyebab cedera otak (95%) dan kepala (64%) pada anak yang usianya di bawah 1 tahun. Secara detilnya, SBS dapat menyebabkan:

Efek kerusakan otaknya pun bisa jangka panjang hingga ia besar nanti, sehingga menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar atau masalah perilaku.

Apa saja gejala kalau bayi mengalami SBS?

Jika bagian otak yang mengalami cedera memang agak sulit untuk mendeteksinya karena itu terjadi di bagian dalam. Tidak ada tanda-tanda cedera di kepalanya dari luar. Namun untungnya ada beberapa gejala – dari ringan hingga berat - yang bisa diamati bila si kecil mengalami SBS.

Berikut tanda dan gejala ketika si kecil mengalami Shaken Baby Syndrome (SBS) :

  • Gangguan nafas hingga berhenti nafas.
  • Rewel.
  • Menangis keras dan dalam durasi cukup lama.
  • Muntah.
  • Nafsu makan menurun (salah satunya daya isap saat menyusu berkurang).
  • Kulitnya tampak pucat atau kebiruan.
  • Menggigil padahal tidak sedang demam.
  • Lesu – mudah lelah, kurang aktif bergerak, suka tidur, sulit terjaga.
  • Dahi tampak lebih besar dari biasanya, atau ubun-ubun terlihat bengkak.
  • Tidak mampu mengangkat kepala.
  • Sukar fokus atau mengikuti gerakan dengan mata.
  • Kejang.
  • Lumpuh.
  • Hilang kesadaran.
  • Koma.

Gejala di atas bisa berakhir dalam hitungan hari hingga minggu lamanya.

Siapa yang biasanya paling sering menggoncang tubuh bayi?

Walau jarang, namun SBS ini juga dapat dialami bayi dengan sendirinya (tanpa campur tangan buaian orang tuanya) saat ia bergerak terlalu keras. Tapi aksi orang dewasalah yang paling umum menjadi penyebab SBS. Oleh karena efek berbahaya ini, maka aksi mengguncang bayi termasuk dalam tindakan kekerasan pada anak.

Menurut data statistik, 2/3 – ¾ pelakunya adalah kaum pria. Meski rentang usianya bervariasi, namun biasanya ini dilakukan oleh ayah muda yang usianya masih 20 tahunan. Akan tetapi, ibu dan pengasuh lain juga bisa melakukan hal yang sama.

Kebiasaan apa saja yang bisa memicu Shaken Baby Syndrome (SBS)?

Berikut ini adalah beberapa aktivitas yang mungkin sering dilakukan pada bayi atau anak kecil, yang sayangnya dapat menyebabkan SBS.

1. Meletakkan bayi pada ayunan

Saat menangis, inilah aksi yang biasa dilakukan ayah-bunda atau pengasuh, yaitu meletakkan bayi pada ayunan. Jika mengayunnya pelan saja sih tak mengapa. Namun biasanya, bila menangisnya tidak reda, maka umumnya orang dewasa akan mengayun lebih keras.

Aksi mengayunkan lebih keras inilah yang tidak boleh dilakukan karena organ dalam si kecil masih lemah dan sensitif terhadap guncangan ataupun benturan keras. Terlebih lagi organ di dalam kepalanya.

2. Mengguncang

Aksi mengguncang tubuh si kecil saat menggendong bisa dilakukan dengan sadar maupun tanpa sengaja (karena kebiasaan atau gemas misalnya). Biasanya tujuannya adalah untuk membuat si kecil berhenti menangis atau membujuk agar ia tertawa.

Selain saat menggendong, orang dewasa juga bisa mengguncang tubuh bayi menggunakan tangan atau kaki, misalnya saat marah. Padahal faktanya, bersikap kasar pada bayi hanya akan membuatnya tambah menangis.

3. Melempar bayi ke atas dan Menangkapnya

Biasanya para ayah nih yang hobi melakukan aksi ini. Hanya karena ayah kuat untuk menangkap kembali tubuh si kecil tanpa meleset, bukan berarti kalau aksi ini sah dilakukan. Si kecil mungkin tertawa saat tubuhnya dilempar ke atas, namun ingat guncangan keras dapat berbahaya bagi mereka.

Ketika mencurigainya apa yang harus dilakukan?

Untuk memastikan diagnosis apakah bayi memang mengalami SBS atau tidak, maka umumnya di kecil perlu menjalani CT scan, MRI kepala, atau rongten untuk mendeteksi ada-tidaknya tulang yang patah.

Dokter mungkin juga akan memeriksa mata untuk mencari tahu ada-tidaknya pendarahan pada retina. Wawancara dengan orang tua, pengasuh, atau orang terdekat si bayi juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada aksi mengguncang baru-baru ini atau mungkin sering dilakukan sebelumnya.

Shaken baby syndrome harus ditangani dengan segera.  Jika ayah-bunda curiga bahwa bayi baru saja mengalami goncangan, maka lebih baik memeriksakannya ke dokter atau RS. Tergantung dari gejala dan seberapa parah efek goncangannya, anak mungkin harus menjalani perawatan khusus seperti memakai alat bantu pernafasan atau operasi untuk menghentikan pendarahannya.

Bagaimana cara mencegah SBS?

Cara mencegah SBS ya tentunya dengan tidak mengguncang tubuh bayi terlalu keras. Jika ia menangis, maka carilah cara lain untuk menenangkannya. Dan cobalah untuk mendeteksi penyebab bayi menangis, mungkin ia lapar, haus, kepanasan, sakit, popoknya basah, atau lainnya. Jika Anda memahami penyebabnya, maka lebih mudah untuk menenangkannya.

Sebagaimana dijelaskan dalam artikel ini: Penyebab Bayi Menangis dan Rewel Beserta Solusinya

Selain itu, gemas sih boleh, tapi tetap ingat untuk tidak lebai dan menggoncang tubuh si kecil kuat-kuat. Saat bayi diajak bermain oleh kakak atau orang dewasa lainnya, tetaplah melakukan pengawasan karena tak semua orang dewasa mengerti tentang bahaya SBS. Dalam hal ini, Anda bisa menginfokan lebih dulu kepada kenalan atau teman yang ingin menggendong buah hati.

Kalau ayah-bunda tidak mengasuh sendiri si buah hati, melainkan menitipkannya pada sanak atau pengasuh, maka berikan pengertian pada mereka soal bahaya mengguncang bayi kuat-kuat. Selain itu, jangan pernah menitipkan anak pada seseorang yang bunda tahu memiliki temperamen kurang sabar atau mudah marah dan stres.


18 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Paul AR, et al. Non-accidental trauma in pediatric patients: A review of epidemiology, pathophysiology, diagnosis and treatment. Translational Pediatrics. 2014;3:195.
Christian CW, et al. The evaluation of suspected child physical abuse. Pediatrics. 2015;135:e1337.
Christian C, et al. Child abuse: Epidemiology, mechanisms, and types of abusive head trauma in infants and children. https://www.uptodate.com/contents/search.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app