Priapismus - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Jan 16, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Feb 28, 2019 Waktu baca: 3 menit

Priapismus

Penyakit terkait organ kelamin cukup menjadi perhatian masyarakat saat ini, contohnya priapismus yang merupakan salah satu penyakit langka pada organ kelamin khususnya pada pria. Penyakit priapismus ini adalah suatu kondisi dimana terjadi ereksi atau penegangan pada penis yang berkepanjangan dari normalnya hingga beberapa jam atau minimal 4 jam meskipun tidak ada rangsangan secara fisik, seksual, maupun psikologis. 

Penyakit ini juga termasuk kondisi yang darurat medis bagi pria dan bisa menimbulkan kesakitan apabila terus berkepanjangan. Hal ini terjadi karena aliran darah pada penis tidak normal dimana darah penis terbendung dan tidakgt;dapat mengalir keluar. Priapismus ini dapat terjadi pada pria dari segala usia biar dari anak bayi, namun pada umumnya penyakit ini menyerang anak laki-laki pada usia 5-10 tahun dan pria pada umur 20-50 tahun. Saat ini priapismus juga dibedakan berdasarkan priapismus iskemik dan priapismus non iskemik. Untuk mengetahui lebih dalam tentang penyakit langkah satu ini, silahkan simak artikel ini !

Apa saja penyebab dari priapismus ?

Ereksi umumnya terjadi apabila ada rangsangan seksual yang menyebabkan pembuluh darah dan otot-otot di sekitar penis bekerja, akan tetapi pada priapismus ini terjadi mekanisme yang abnormal. Namun sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari priapismus sendiri. Namun dari beberapa kejadian dicurigai kalau priapismus yang terjadi dini pada anak-anak biasanya dikaitkan dengan keadaan seperti kanker atau anemia sel darah bulan sabit (sickle cell anemia), sehingga pada kondisi ini sel darah yang abnormal akan menghalangi aliran darah keluar dari penis dan muncul mendadak saat sedang tidur. 

Selain itu pada pria yang sering mengonsumsi obat-obatan untuk mengobati anaphrodisia, obat-obatan anticemas atau depresi seperti trazodone HCl atau chlorpomazine, antikoagulan, alkohol dan adiktif diprediksi mungkin meningkatkan risiko priapismus. Penyebab lainnya yang juga turut dapat menyebabkan priapismus adalah luka, cedera pada tulang belakang, gigitan laba-laba black widow dan sengatan kalajengking, keracunan karbon monoksida, penyakit yang berhubungan dengan sistem saraf, dan metabolisme dan trombosis.

Apa gejala-gejala dari priapismus ?

Priapismus ini bisa kambuh hingga berkali-kali dan berlangsung lama. Ketika penyakit ini muncul yang terjadi adalah utamanya ereksi berulang terus-menerus, berlangsung kurang dari 3 jam, kondisi ini menyebabkan penis menjadi nyeri. Kondisi pada priapismus ini biasanya berlangsung hingga beberapa jam, bahkan beberapa hari. 

Berdasarkan penggolongannya ada priapismus iskemik dan non iskemik memiliki gejala yang berbeda:

  • Pada priapismus iskemik gejala yang muncul seperti batang penis terasa lebih kaku diikuti rasa sakit yang meningkat secara bertahap di penis dan jenis ini dapat terjadi kambuhan sewaktu-waktu namun durasinya lebih pendek. Priapismus iskemik lebih sering terjadi pada para penderita anemia sel sabit. Beberapa faktor yang diduga memicu priapismus iskemik adalah penyakit leukemia, anemia sel sabit, multiple myeloma, obat-obatan seperti warfarin, papaverin, obat antidepresan, terapi hormon dan kebiasan minum minuman beralkohol. 
  • Pada priapismus non iskemik biasanya gejalanya berbanding terbalik dengan jenis iskemik yaitu batang penisnya tidak terlalu kaku dan tidak ada rasa sakit. Pada jenis ini, pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menuju penis sangatlah besar. Faktor yang memicu priapismus non iskemik adalah kanker prostat, kanker kandung kemih, gangguan saraf, gigitan laba-laba. 

Apa saja tes untuk mengetahui priapismus ?

Untuk memudahkan dokter untuk memastikan seseorang terkena priapismus agar mendapatkan pengobatan segera khususnya yang jenis iskemik, dokter terkadang membutuhkan beberapa tes penunjang. 

Tes-tes yang dibutuhkan adalah mulai dari tes darah untuk mengukur jumlah sel darah merah dan trombosit dalam mengetahui penyebab dasarnya, tes toksikologi juga dibutuhkan untuk mengecek kandungan urin akibat priapismus penyebab obat, tes pengukuran gas dalam darah untuk memastikan jumlah gas tertentu yang terkandung dalamnya dan membedakan apabila jenis iskemik ditandai warna darahnya hitam dan non iskemik ditandai darah merah yang cerah, dan tes yang paling utama adalah ultrasound Doppler untuk mengukur aliran darah dalam penis, jenis priapismus, dan kelainan lainnya yang menyebabkan priapismus. 

Bagaimana pengobatan pada penderita priapismus ?

Untuk priapismus yang belum terlalu berat, penanganan awalnya dapat dengan minum air yang banyak dan sering buang air kecil ketika penis menjadi kaku, serta untuk mengurangi kemungkinan kambuhnya dapat dengan kebiasaan mandi dengan air panas dan rutin berolahraga. 

Namun apabila gejala priapismus berlangsung dengan ereksi lebih dari 4 jam, maka diperlukan penanganan khusus mulai dari terapi obat-obatan seperti fenilefrin untuk menyempitkan pembuluh darah yang membawa darah ke penis, melalui penyuntikan langsung pada penis. 

Selain itu, dibantu dengan prosedur pengeluaran darah dari penis menggunakan sebuah jarum kecil dan alat penyuntik untuk mengeluarkan darah dengan kandungan oksigen yang rendah dari penis agar mengurangi rasa sakit dan menghentikan ereksi. Apabila tidak berhasil, dapat dilakukan operasi untuk mengubah rute aliran darah dalam penis agar kembali normal.


23 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Medical News Todays, Priapismus (https://www.medicalnewstoday.com/articles/318737.php), 1 August 2018.
Health Line, Priapismus (https://www.healthline.com/health/priapism), 29 September 2016.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app