Penyebab Serangan Jantung dan Faktor Resikonya

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 9 menit
Penyebab Serangan Jantung dan Faktor Resikonya

Serangan jantung menjadi momok menakutkan bagi kebanyakan orang. Terlebih saat ini jumlah korbannya dari golongan usia produktif mengalami peningkatan. Jika kita bicara penyebab serangan jantung yang utama maka jawabannya tak lain adalah penyakit jantung koroner. Namun yang menjadi pertanyaan, adakah faktor-faktor lain yang memicu terjadinya penyakit jantung koroner dan serangan jantung?

Untuk menjawabnya, mari kita ulas satu persatu tentang apa itu serangan jantung, bagaimana gejalanya dan apa saja faktor-faktor yang harus kita perhatikan guna mencegah terjadinya serangan jantung.

Apa itu Serangan Jantung? 

Serangan jantung atau infark miokard merupakan kondisi dimana pasokan darah menuju jantung terhambat. Tak ayal kondisi ini termasuk dalam kondisi medis darurat yang harus segera ditangani karena dapat berakibat fatal.

Sebenarnya, serangan jantung tidak serta merta datang begitu saja. Ada gejalanya yang kerap diabaikan dan hanya dianggap sebagai 'masuk angin' atau kelelahan biasa.

Seseorang yang menderita serangan jantung biasanya akan mengalami gejala-gejala seperti tekanan berat atau nyeri di dada yang dapat menjalar ke punggung, tenggorokan, atau rahang, sesak napas, pusing, merasa cemas atau kelelahan, pembengkakan pada kaki dan beberapa gejala lainnya. Lebih lanjut pelajari disini: 11 Gejala dan Ciri-Ciri Sakit Jantung yang Harus Anda Waspadai

Apabila sering merasakan satu atau beberapa gejala tersebut, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

Apa Penyebab Serangan Jantung?

Penyebab utama yang acap kali memicu terjadinya serangan jantung yaitu penyakit jantung koroner. Jantung koroner sendiri merupakan penyakit jantung yang terjadi karena pembuluh darah koroner mengalami penyempitan akibat penumpukan plak dari zat-zat seperti lemak dan kolesterol di dinding pembuluh darah koroner.

Plak yang lepas atau retak dapat menimbulkan gumpalan darah (trombus) yang kemudian menghambat suplai oksigen juga pasokan darah ke jantung melalui pembuluh darah koroner. Sudah bisa ditebak, kondisi inilah yang pada akhirnya akan menyebabkan seseorang terkena serangan jantung.

Sebenarnya masih ada waktu sebelum trombus atau gumpalan darah mengeras dan otot jantung berhenti bekerja. Oleh sebab itu, seseorang yang mengalami serangan jantung harus segera mendapat tindakan medis.

Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan menghilangkan trombus dengan cara disedot atau dicairkan dengan obat. Untuk kemudian dapat dilanjutkan melalui prosedur sederhana yang disebut dengan angioplasti koroner atau bila penyumbatan terjadi di banyak tempat dapat menjalani operasi by pass.

Faktor Risiko Terjadinya Serangan Jantung

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengidap penyakit jantung koroner dan mengalami serangan jantung. Beberapa diantaranya dapat dikendalikan dan yang lainnya diluar kemampuan kita sebagai manusia. Faktor-faktor penyebab serangan jantung tersebut, antara lain:

Faktor Risiko yang Dapat Dikendalikan

Beberapa faktor resiko dibawah ini masih dapat dikendalikan, artinya kita bisa mengubahnya dengan menerapkan pola hidup sehat.

1. Merokok

Sebenarnya tak mengherankan bila merokok menjadi salah satu faktor penyebab serangan jantung. Namun, entah mengapa kesadaran akan bahaya merokok masih sangat minim. Terbukti dari jumlah perokok yang sampai saat ini masih banyak saja dan sudah sampai tahap mengkhawatirkan.

Faktanya, di dalam satu batang rokok ada sekitar 4.000 senyawa kimia termasuk didalamnya mengandung racun dan zat karsiogenik yang menyebabkan kanker. Merokok dapat meningkatkan risiko serangan jantung hingga 40%. Risiko ini pun akan semakin meningkat hingga 4-9 kali lipat hanya dengan menghabiskan minimal satu bungkus rokok dalam sehari.

Selain menjadi penyebab serangan jantung dan kanker, merokok juga dapat meningkatkan produksi LDL (low-density lipoprotein) dan mengurangi produksi HDL (high-density lipoprotein).

Lantas, setelah melihat berbagai dampak buruk dari merokok, adakah hal yang lebih baik dibandingkan dengan segera meninggalkan kebiasaan buruk ini? Ingat, merokok bukan hanya merusak diri sendiri, orang lain disekitar pun dapat terkena imbasnya!

2. Tekanan Darah Tinggi

Pada tahun 2013 yang lalu, para ahli mengatakan bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi memiliki andil sebesar 45% kematian akibat serangan jantung di seluruh dunia. Kondisi ini dilatarbelakangi dengan meningkatnya jumlah penderita hipertensi yang cenderung diakibatkan oleh konsumsi kadar garam yang tinggi dalam makanan, obesitas dan konsumsi alkohol.

Sesuai julukannya 'silent killer', penyakit ini seringkali tidak menunjukkan gejala sama sekali. Sampai suatu saat penderitanya mengalami kondisi yang mengancam nyawa barulah menyadarinya. Untuk itu, mulailah untuk rutin mengecek tekanan darah setidaknya tiga kali setahun.

3. Kolesterol Tinggi

Ukuran kolesterol LDL yang lebih kecil dan padat atau disebut juga dengan small denseLDL (sdLDL) berperan besar terhadap meningkatnya risiko serangan jantung. sdLDL ini terbentuk oleh karena meningkatnya kadar trigliserida dalam jumlah tinggi (hipertrigliseridemia).

Small denseLDL (sdLDL) ini sangat berbahaya karena ukurannya yang lebih kecil, membuatnya jadi lebih mudah masuk ke lapisan pembuluh darah dan menciptakan aterosklerosis. Semakin kecil ukuran LDL maka semakin tinggi pula risiko terkena penyakit jantung termasuk serangan jantung.

Jadi, apabila merasa memiliki kadar kolesterol normal namun terkena penyakit jantung. Coba periksakan ukuran kolesterol LDL Anda. Apabila didapati ukuran LDL berbentuk sangat kecil dan padat bisa jadi itulah penyebabnya.

Selengkapnya mengenai Kolesterol Jahat (LDL)

4. Kelebihan Berat Badan

Lingkar pinggang lebih dari 80 cm pada wanita dan lebih dari 85 cm pada pria menjadi pertanda berat badan berlebih yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung.

Mengapa mengambil ukuran lingkar pinggang bukan menghitung indeks massa tubuh sebagai prediktor? Karena menurut para ahli, lingkar pinggang merupakan prediktor yang lebih baik. Lingkar pinggang membesar karena lemak perut, lemak perut inilah yang merupakan jenis lemak yang paling erat kaitannya dengan serangan jantung.

Jadi berhati-hatilah, bila mendapati lingkar perut melebihi ukuran diatas. Segera kecilkan lingkar pinggang dan turunkan berat badan dengan berolahraga yang disertai dengan pola makan sehat.

5. Diabetes

Penderita diabetes harus lebih berhati-hati, sebab diabetes termasuk ke dalam salah satu faktor penyebab serangan jantung. Kadar gula darah yang terlalu tinggi berpengaruh langsung terhadap aliran darah yang tidak lancar.

Kondisi ini memengaruhi kerja otot jantung dalam memompa darah akibat kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Pada akhirnya bila ini terus berlanjut, akan dapat merusak saraf serta pembuluh darah dan memicu terjadinya serangan jantung juga stroke. Kapan serangan jantung itu datang bergantung pada seberapa tingginya kandungan gula darah dan berat badan.

Ada satu hal yang mesti diketahui oleh para penderita diabetes. Mungkin terdengar menakutkan, namun inilah faktanya. Tahukah Anda, serangan jantung pada penderita diabetes lebih berisiko kematian dibandingkan yang tanpa diabetes. Alasannya? apalagi jika bukan karena penumpukan gula darah yang semakin tinggi dan tidak terkontrol yang membuka peluang lebar-lebar terjadinya aterosklerosis.

Sebenarnya, penyakit diabetes ini juga tidak langsung datang begitu saja. Butuh waktu 5-10 tahun untuk mengubah penumpukan gula darah menjadi diabetes. Disinilah seharusnya kita mencermati sinyal-sinyal yang diberikan oleh tubuh sebagai pertanda diabetes. Baca: Kenali Gejala Awal Penyakit Diabetes Melitus

Biasanya gejala diabetes membuat penderitanya kerap merasa kelelahan, sering buang air kecil, cepat haus dan lapar dan mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis dalam beberapa bulan.

Untuk itu perbaikilah segera pola makan dan rutinitas sehari-hari agar lebih baik. Inilah sebenarnya kunci untuk mencegah terjadinya diabetes juga penyakit lainnya.

6. Kurang Olahraga

Siapa yang dapat menyangkal manfaat olahraga bagi kebaikan jantung dan tubuh secara keseluruhan. Kebiasaan rutin berolahraga dapat menjaga tubuh agar selalu dalam kondisi fit dan bugar sehingga tidak rentan terserang penyakit. Olahraga juga menjadi salah satu cara untuk melindungi kesehatan jantung agar selalu bekerja maksimal dalam memompa darah ke seluruh tubuh.

Lantas, adakah dampak buruk bagi seseorang yang kurang berolahraga? Tentu saja banyak. Kurang berolahraga terlebih disertai dengan pola makan yang buruk berpengaruh langsung terhadap kesehatan. Seperti yang kita ketahui, tubuh manusia diciptakan untuk banyak bergerak dan dengan berolahraga kebutuhan akan gaya hidup yang aktif pun terpenuhi.

Kurang berolahraga sama dengan menabung lemak dan kolesterol dalam tubuh. Tentunya hal ini pada akhirnya akan memengaruhi kerja jantung juga organ tubuh lainnya. Maka tak heran, seseorang yang jarang berolahraga lebih rentan terserang penyakit. Kondisi tubuh yang tidak bugar cenderung cepat lelah membuat imunitas tubuh lemah dan sulit melawan bakteri atau virus penyebab penyakit.

Meski begitu, olahraga juga jangan dilakukan secara berlebihan. Alih-alih ingin memiliki jantung dan tubuh yang sehat malah mencelakai diri sendiri.

Olahraga yang baik untuk kesehatan jantung sebenarnya bukanlah olahraga yang kompetitif atau membutuhkan energi yang sangat besar. Hanya dengan melakukan senam, jogging atau bersepeda disekitar lingkungan setiap harinya, sudah cukup untuk memenuhi syarat menjaga kesehatan jantung.

7. Stres

Stres yang terlalu sering atau terus menerus dapat memengaruhi kerja organ tubuh, hormon dan metabolisme tubuh. Hormon stres yang meningkat dapat meracuni saraf dan organ tubuh, akibatnya daya tahan tubuh pun menurun dan rentan terserang penyakit.

Pada jantung, stres akan merangsang sistem saraf simpatik yang merupakan bagian dari sistem saraf otonom. Saraf otonom sendiri memiliki peran penting terhadap kinerja jantung. Sistem saraf simpatik yang terganggu menyebabkan irama detak jantung tidak teratur hingga menimbulkan gangguan pada pembuluh darah. Akhirnya sudah dapat di duga, jika stres ini tidak segera ditangani bukan tidak mungkin sewaktu-waktu serangan jantung akan datang mengancam dan berakibat fatal.

Untuk mengendalikan stres, penulis akan memberikan beberapa tips yang mungkin berguna dan semoga dapat langsung diterapkan, diantaranya:

  • Lakukan berbagai hal positif dan menyenangkan bersama teman, keluarga atau pasangan.
  • Jangan pernah memendam masalah sendirian, cobalah untuk berbagi dengan orang terdekat.
  • Cintailah pekerjaan Anda, jangan hanya mencari materi dan mengorbankan kesenangan diri sendiri karena pekerjaan.
  • Cobalah untuk memaknai dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang dialami.
  • Selalu berpikir positif dan optimis, yakinkan pada diri sendiri bahwa Anda bisa mewujudkan cita-cita atau keinginan.
  • Jangan mengungkit-ungkit kesalahan di masa lalu dan berlebihan dalam mengkhawatirkan keadaan di masa depan.
  • Lakukan meditasi atau teknik relaksasi lainnya.
  • Dekatkan diri pada Pencipta.

Faktor Risiko yang tidak dapat Dikendalikan

1. Usia

Semua orang tentunya akan mengalami penuaan. Seiring bertambahnya usia, kondisi fisik pun semakin melemah karena fungsi organ-organ tubuh termasuk jantung yang mulai menurun.

Pada pria yang berusia di atas 45 tahun dan wanita di atas 55 tahun, risiko penyakit jantung pun akan meningkat. Karena pada usia ini rentan terjadi penyempitan pembuluh darah karena kualitas pembuluh darah yang mengalami penurunan.

Tentu saja hal ini bukan indikator pasti. Karena di usia produktif pun seseorang dapat menderita penyakit jantung apabila gaya hidupnya berlawanan arah dengan yang semestinya dilakukan.

Sering begadang, merokok, terlalu sering mengonsumsi goreng-gorengan acap kali menjadi kebiasaan yang sulit dihindari seseorang di usia produktif. Memang dampak buruk dari kebiasaan-kebiasaan tersebut tidak serta merta langsung terasa. Namun dampaknya akan terlihat beberapa tahun ke depan.

Untuk itu, manfaatkanlah masa muda sebaik mungkin. Lakukan lebih banyak hal-hal yang positif dan berguna. Hindari gaya hidup serampangan dan biasakan diri untuk berolahraga. Ingat, masa muda akan menentukan seperti apa kondisi Anda di masa tua kelak.

2. Genetika

Risiko terkena serangan jantung akan meningkat apabila Anda memiliki ayah atau saudara laki-laki yang didiagnosis menderita penyakit jantung sebelum berusia 55 tahun, atau memiliki ibu atau saudara perempuan yang didiagnosis menderita penyakit jantung sebelum berusia 65 tahun.

Memang kita tidak dapat memilih dilahirkan dari keluarga siapa dan dengan kondisi yang seperti apa. Namun, jangan lantas keadaan ini membuat kita berserah diri begitu saja. Faktor genetika memang ikut bersumbangsih terhadap meningkatnya risiko serangan jantung. Meski begitu, kita juga dapat meminimalisir kemungkinan ini dengan menerapkan gaya hidup sehat.

Jadi, jangan terlalu mencemaskan diri akan ketakutan terkena serangan jantung ketika melihat orang tua atau saudara kandung yang mengalaminya. Tetap fokus jalani gaya hidup sehat dan berpikiran positif, karena bukan tidak mungkin dengan konsisten menerapkan kebiasaan baik ini, tubuh akan senantiasa sehat meski telah memasuki usia senja.

3. Preeklampsia

Preeklampsia juga menjadi salah satu dari beberapa faktor penyebab serangan jantung. Kondisi ini merupakan sebuah komplikasi saat kehamilan yang ditandai dengan naiknya tekanan darah serta tingginya kadar protein pada urine.

Preeklampsia tak hanya dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Ada beberapa komplikasi lain yang bisa datang akibat kondisi ini, seperti gagal ginjal, stroke hemoragik dan komplikasi pada janin.

Oleh sebab itu, penting bagi ibu hamil untuk rutin memeriksakan kandungannya setiap bulan. Agar bila terjadi gejala preeklampsia dapat segera didiagnosis dan ditangani oleh dokter.

Pada akhirnya kita sampai pada konklusi dari semua penyebab serangan jantung yang lagi-lagi kembali pada gaya hidup sehat. Kita perlu membangun lingkungan dan gaya hidup sehat yang dimulai dari diri sendiri untuk kemudian ditularkan ke banyak orang.

Dalam banyak kasus penyakit yang serius dan mematikan, jika ditarik satu garis lurus, kebanyakan penyebabnya mengerucut pada gaya hidup. Jadi, sebenarnya sederhana sekali cara yang mesti kita lakukan untuk mencegah datangnya penyakit. Namun sayangnya bagi banyak orang, menjalani gaya hidup sehat menjadi sesuatu yang begitu berat untuk dilakukan.


26 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app