Puting Mengeras: Penyebab dan Ciri-Ciri yang Harus Diwaspadai

Dipublish tanggal: Des 4, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Puting Mengeras: Penyebab dan Ciri-Ciri yang Harus Diwaspadai

Puting susu merupakan salah satu bagian sensitif tubuh. Bagian yang satu ini sangat peka terhadap rangsangan sehingga ketika disentuh atau dirangsang secara seksual, maka permukaannya bisa mengeras alias menegang. Namun, kondisi ini tidak selalu hanya bisa terjadi akibat rangsangan seksual saja, lho! Kenali berbagai penyebab puting mengeras dan ciri-ciri yang perlu diwaspadai pada ulasan berikut ini.

Berbagai penyebab puting mengeras

Puting adalah area di tengah areola (bagian berwarna coklat), yang memiliki lubang di tengah untuk mengeluarkan susu. Puting terbentuk dari serat-serat otot yang apabila berkontraksi, maka puting susu akan mengeras. 

Pengerasan puting terjadi karena saraf yang berada di puting sedang bereaksi terhadap rangsangan, baik secara fisik maupun psikologis. Dalam Journal of Sexual Medicine tahun 2011 disebutkan bahwa aktivitas di bagian otak bernama korteks sensorik meningkat ketika payudara, tepatnya puting susu, dirangsang secara seksual.

Selain karena rangsangan seksual, terdapat juga beberapa hal lainnya yang bisa menyebabkan puting susu mengeras. Beberapa penyebab puting mengeras yaitu:

1. Perubahan hormon mendekati menstruasi

Saat mendekati jadwal menstruasi, tubuh wanita akan mengalami peningkatan hormon yang drastis. Salah satunya adalah naiknya kadar hormon estrogen yang menyebabkan payudara mengeras, menegang, dan terkadang agak nyeri. 

2. Perubahan suhu

Faktor cuaca juga berpengaruh terhadap keadaan puting susu, di mana saat cuaca dingin puting susu dapat mengeras. Kondisi ini mirip dengan saat kita merinding ketika terkena udara dingin. Puting susu akan kembali ke kondisi normal saat tubuh lebih rileks dan suhu kembali normal.

3. Kehamilan

Hormon kehamilan yang lebih tinggi dari biasanya dapat menyebabkan perubahan pada payudara, salah satunya adalah puting mengeras. Selain itu, kehamilan akan membuat payudara dan areola berubah menjadi lebih besar dan lebih sensitif.

4. Menyusui

Mengalami puting mengeras saat sedang menyusui adalah hal yang wajar. Pasalnya, hal ini merupakan respon alami yang terjadi pada tubuh agar bayi lebih gampang menyusui. Adanya rangsangan dari mulut bayi yang sedang menyusu dapat membuat otot di areola terangsang dan mengeras.

5. Alergi

Seperti bagian tubuh lainnya, puting susu juga dapat mengalami alergi terhadap zat-zat yang terkandung di dalam losion, sabun, detergen, atau bahan pakaian. Alergi dapat menyebabkan puting keras, tegang, dan bengkak. 

6. Ovulasi

Tingginya hormon estrogen saat masa subur bisa menjadi salah satu penyebab puting mengeras. Selain itu, masa subur juga dapat mengubah kekentalan cairan serviks, menimbulkan bercak di celana dalam, nyeri panggul, hingga meningkatnya gairah seksual.

7. Konsumsi obat-obatan tertentu

Coba ingat-ingat lagi, apakah Anda sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu? Jika iya, maka bisa jadi itulah penyebab puting mengeras yang Anda alami.

Obat herbal yang berfungsi untuk meningkatkan jumlah ASI biasanya memiliki efek samping yang dapat menyebabkan puting menjadi nyeri, lebih sensitif, dan mengeras.

8. Pil KB

Menggunakan alat kontrasepsi seperti pil KB memiliki efek samping yang mirip dengan gejala saat hamil, salah satunya adalah puting mengeras. Namun, gejala tersebut hanya akan muncul di waktu awal minum pil KB saja. Setelah tubuh mulai terbiasa dengan pil KB, maka gejala puting mengeras akan hilang secara perlahan.

Baca Juga: Kenali 7 Penyebab Puting Payudara Menghitam

Perubahan pada puting yang perlu diwaspadai

Puting susu mengeras adalah hal yang normal dialami oleh wanita. Beberapa penyebab puting mengeras antara lain rangsangan fisik dan psikologis, perubahan suhu, atau gesekan antara pakaian dan puting.

Meski biasanya normal dan wajar terjadi, puting mengeras juga bisa disebabkan oleh masalah kesehatan tertentu yang perlu diwaspadai. Perhatikan apabila puting mengeras disertai gejala berikut:

1. Puting berdarah

Puting dan areola yang berdarah dapat menjadi salah satu gejala kanker payudara. Terlebih apabila terdapat benjolan, perubahan warna dan tekstur kulit, serta puting masuk ke dalam, maka segera periksakan diri ke dokter.

Baca Juga: Cara Mengatasi Puting Lecet Saat Menyusui dan Mencegahnya

2. Puting bernanah

Puting keras dan mengeluarkan nanah bisa menjadi pertanda adanya infeksi pada payudara ataupun puting. Segera konsultasikan ke dokter untuk memastikan penyebabnya.

3. Puting mengeluarkan cairan kehijauan

Waspadai bila puting mengeluarkan cairan berwarna kehijauan. Kondisi ini disebabkan oleh duct ectasia atau kondisi saluran susu yang membesar dan tersumbat, biasanya dialami oleh wanita mendekati masa menopause. Jika dibiarkan, kondisi ini akan menyebabkan infeksi payudara lain seperti mastitis.

Baca Selengkapnya: Mengenal Penyebab Mastitis dan Langkah Pencegahannya

4. Abses pada payudara

Abses dapat terjadi akibat adanya luka terbuka di payudara yang menjadi jalan masuk bakteri ke dalam jaringan payudara. Kondisi ini dapat menimbulkan nyeri pada puting, perubahan warna, dan keras jika disentuh. Nanah di dalam abses harus segera dikeluarkan.

Puting susu mengeras merupakan hal normal dan dapat terjadi karena berbagai macam alasan. Namun, apabila puting mengeras disertai dengan munculnya darah, nanah, atau nyeri yang tidak hilang untuk waktu lama, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk penanganan lebih lanjut. 


21 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Underactive thyroid: Overview. (2014, October 8) (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0072785/)
Mayo Clinic Staff. (2014, April 9). Nipple discharge (http://www.mayoclinic.org/symptoms/nipple-discharge/basics/causes/sym-20050946)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app