6 Faktor Penyebab Menopause Dini dan Cara Mengatasinya

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit
6 Faktor Penyebab Menopause Dini dan Cara Mengatasinya

Menopause menjadi satu masa peralihan yang akan dialami wanita ketika telah menginjak usia 45 tahun ke atas. Namun dalam beberapa kasus, ada pula yang mendapatinya lebih awal kendati masih berusia di bawah 40 tahun. Apa hal yang melatarbelakanginya? Berikut beberapa faktor penyebab menopause dini yang perlu diketahui!

Apa saja penyebab menopause dini?

Menopause adalah fase alami yang menandai akhir dari masa reproduksi wanita. Kondisi ini terjadi ketika indung telur tak lagi dapat memproduksi hormon estrogen yang berperan penting dalam mengontrol siklus reproduksi.

Dikatakan menopause, bila seorang wanita telah mengalami amenorrhea atau penghentian menstruasi sekurang-kurangnya selama 12 bulan berturut-turut dengan kadar FSH yang secara konsisten berada di atas 30 mIU/mL.

Berbagai gejala yang dapat menyertai umumnya seperti menurunnya gairah bercinta, kekeringan pada organ kewanitaan dan hot flashes, yakni sensasi panas yang sangat dan dapat menyebar hingga ke tubuh bagian atas.

Normalnya menopause baru dijumpai wanita ketika berusia 45 tahun atau lebih, dengan usia rata-rata 51 tahun. Bila kondisi ini datang lebih awal, yakni sebelum usia 40 tahun, maka inilah yang dinamakan dengan menopause dini. Penyebabnya sangatlah beragam, mulai dari gaya hidup yang buruk, riwayat keluarga, pengobatan kanker hingga infeksi.

Berikut uraian selengkapnya:

1. Gaya Hidup yang Buruk

Penerapan gaya hidup yang buruk berdampak besar terhadap menopause dini, terlebih bagi mereka para wanita yang menjadi perokok berat. Merokok diketahui memiliki efek antiestrogen lantaran di dalam rokok begitu banyak terkandung bahan kimia berbahaya. Sebut saja asetaldehid, amin aromatik, arsenik, benzena dan polisiklik hidrokarbon.

Kondisi ini pun akan semakin bertambah parah bila saja disertai dengan sejumlah kebiasaan buruk lainnya, seperti konsumsi minuman beralkohol, kurang olahraga dan paparan sinar matahari serta kualitas tidur yang tak mumpuni.

2. Riwayat Keluarga

Alasan dibalik terjadinya menopause dini terkadang terletak pada warisan genetik. Artinya, seorang wanita lebih mungkin mengalami kondisi ini bila saja terdapat riwayat keluarga dengan menopause dini sebelumnya. Tinjauan studi tahun 2011 menemukan bahwa hingga 20% kasus menopause dini terjadi pada wanita dengan riwayat keluarga serupa.

3. Penyakit Autoimun

Peradangan yang disebabkan oleh beberapa jenis penyakit autoimun seperti tiroiditis Hashimoto dan penyakit Addison dapat merusak fungsi folikel ovarium, tempat dimana sel telur berkembang dan hormon estrogen dihasilkan. Akibatnya wanita dengan penyakit autoimun seperti ini berisiko besar mengalami menopause dini.

4. Kelainan Kromosom

Kelainan kromosom seperti pada kasus sindrom Turner menjadi penyebab menopause dini lainnya. Sindrom Turner sendiri merupakan suatu kondisi kelainan dimana seorang wanita hanya memiliki satu buah kromosom X yang normal sedang kromosom X pasangannya tak terbentuk sempurna atau justru hilang sepenuhnya (monosomi).

Kondisi tersebut lantas akan mengarah pada perkembangan ovarium yang kurang sempurna (disgenesis ovarium) sehingga dapat menimbulkan manifestasi klinis berupa amenore primer hingga infertilitas.

5. Kemoterapi

Pengobatan kanker berupa teknik radiasi dan kemoterapi dapat menyebabkan menopause dini namun dengan efek yang reversibel. Dimana ovarium dapat melanjutkan ovulasi dan kembali menstruasi setelah 1 tahun amenorrhea.

Kendati demikian, paparan lebih tinggi dari dosis kemoterapi dan radiasi bukan tidak mungkin dapat berujung pada kegagalan ovarium yang dapat mengarah pada mati haid permanen.

6. Infeksi

Infeksi seperti gondongan dan tuberkulosis erat kaitannya dengan menopause dini. Mengingat kedua infeksi tersebut dapat menimbulkan komplikasi serius berupa peradangan pada satu atau kedua indung telur (oophoritis) dan atau infeksi dinding rahim (endometritis) yang dapat menyebabkan amenore sekunder, kegagalan ovarium prematur serta infertilitas.

Beberapa penyebab menopause dini lainnya meliputi histerektomi (pengangkatan rahim), epilepsi, penggunaan obat-obatan tertentu seperti obat anti-psikosis (phenothiazine) dan obat kanker payudara (tamoxifen), berat badan kurang hingga olahraga berlebihan (overtraining).

Apa yang dapat dilakukan saat mengalami menopause dini?

Menopause dini bukanlah suatu kondisi yang dapat disembuhkan, terlebih bila kelainan kromosom yang memainkan peran didalamnya. Namun ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan guna meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup, beberapa diantaranya seperti:

1. Terapi sulih hormon

Disebut juga dengan terapi hormon estrogen merupakan pengobatan paling efektif dalam menangani gejala vasomotorik seperti hot flashes, keringat malam dan gangguan tidur. Estrogen dapat diberikan secara oral, intravagina atau transdermal, sering juga dikombinasikan dengan progesteron.

Pemberian terapi ini harus benar-benar disesuaikan dengan status kesehatan dan gejala dari setiap individu. Mengingat terapi hormon ini terkait dengan peningkatan risiko kesehatan seperti serangan jantung, stroke dan kanker payudara.

2. Obat antidepresan dan pil KB

Keduanya diketahui dapat membantu meringankan gejala menopause, terutama dalam mengendalikan gejala hot flashes.

3. Produk 'pelumas'

Untuk mencegah kekeringan dan mempertahankan kenikmatan dengan suami, gunakanlah produk 'pelumas' baik dalam bentuk krim maupun gel.

4. Teknologi reproduksi buatan

Teknologi reproduksi buatan (assisted reproductive technology, ART) seperti teknik bayi tabung (in vitro fertilization), teknik ibu pengganti (surrogate mother) dan beberapa metode teknologi reproduksi buatan lainnya memungkinkan seorang wanita dengan menopause dini agar dapat hamil dan memiliki anak.

Untuk membantu mencegah terjadinya osteoporosis, konsumsilah suplemen kalsium dan vitamin D disertai dengan olahraga secara rutin rata-rata 3 kali seminggu. Berkonsultasilah selalu dengan dokter ahli guna mendapat penanganan yang tepat sesuai dengan gejala yang dirasakan.


4 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app