Penyebab Kaki Kram dan Cara Mengatasinya

Cara mengatasi kaki kram yang benar tentu saja tergantung dari penyebabnya. Berikut kami bagikan beberapa cara mengatasi kaki kram yang biasa dilakukan::
Dipublish tanggal: Agu 26, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mar 24, 2020 Waktu baca: 3 menit
Penyebab Kaki Kram dan Cara Mengatasinya

Walau sangat beragam, untungnya penyebab kaki kram rata-rata tidak berbahaya dan sifatnya juga hanya sementara. Kaki kram terjadi saat otot di area tersebut menegang atau mengalami kontraksi kuat, dan biasanya datang secara tiba-tiba. 

Penyebab kaki kram

Di bawah ini merupakan beragam faktor yang seringkali menjadi penyebab kaki kram:

1. Saraf tertekan

Saat saraf tulang belakang tertekan, maka itu dapat membuat kaki kram dan nyeri. Kondisi ini biasanya kian parah kalau dipakai berjalan. Alhasil, penderitanya harus berjalan dengan posisi sedikit membungkuk agar nyerinya reda.

2. Kerusakan saraf

Meski kerusakan saraf pada dasarnya tidak memicu kram, namun sensasi sakit yang ditimbulkannya dapat membuat otot seperti terkena kram. 

Selain mengidap diabetes, beberapa kondisi yang berisiko merusak saraf adalah paparan toksin, kelainan genetik tertentu, gangguan metabolisme, cedera kaki, serta akibat minum obat kanker.

3. Sirkulasi darah tidak lancar

Nyeri atau kram kaki juga dapat timbul saat pembuluh yang menyuplai darah ke kaki mengalami penyempitan. Ini biasanya terjadi ketika sedang olahraga. Kram umumnya baru hilang setelah beristirahat beberapa saat.

4. Sedang hamil

Bumil pasti tahu bahwa di bulan-bulan terakhir kaki akan mudah sekali kram. Alasan kondisi ini umumnya karena tubuh mengalami defisiensi kalium serta magnesium. Tapi dapat juga akibat kurang lancarnya sirkulasi darah ke kaki.

5. Otot lelah/ cedera

Ketika otot merasa lelah atau bahkan cedera, maka hal itu juga dapat memicu kram. Contoh yang paling sering terjadi adalah akibat kelamaan duduk, berdiri (terutama di atas permukaan keras), atau tidur dalam posisi kurang nyaman, hingga tidak pemanasan sebelum berolahraga.  

Terlalu bersemangat saat latihan juga dijumpai menjadi salah satu penyebab utama mengapa para olahragawan sering mengalami kram kaki. 

6. Defisiensi mineral

Seperti disinggung sebelumnya, kekurangan kalium, kalsium, potasium, serta magnesium juga berpotensi membuat kaki kram. Potasium merupakan elektrolit yang membantu mengontrol berbagai fungsi yang penting untuk pergerakan otot. 

Ketika kadarnya terlalu rendah, maka akan timbul gejala seperti kram, lelah, lemas, detak jantung abnormal, serta konstipasi.

7. Dehidrasi

Ketika tubuh kurang cairan, maka keseimbangan elektrolit akan terganggu. Kondisi inilah yang memicu munculnya kram.

8. Alas kaki terlalu sempit

Mengenakan sepatu kekecilan, hal tersebut dapat mengurangi aliran darah ke kaki. Begitu darah tidak mengalir sebagaimana seharusnya, maka otot kaki berisiko mengalami kram. Jadi segera ganti apabila tanda sepatu kekecilan seperti kaki terasa kebas/ mati rasa, serta tidak mampu menggoyangkan jari mulai dirasakan.

9. Penyakit tertentu

Infeksi tetanus; diabetes; penyakit arteri perifer, serta gangguan hati, ginjal, maupun tiroid, semua ini juga berpotensi meningkatkan risiko kram otot

10. Efek samping obat

Meski tak dialami semua orang, tapi beberapa jenis obat ini juga bisa bikin kaki kram, misalnya obat Parkinson, Alzheimer, asma, osteoporosis, diuretik, tekanan darah, statin (penurun kolesterol), hingga neostigmine (Prostigmin). 

Cara mengatasi kaki kram

Cara mengatasi kaki kram yang benar tentu saja tergantung dari penyebabnya. Berikut kami bagikan beberapa cara mengatasi kaki kram yang biasa dilakukan::

1. Istirahat sejenak

Ketika serangan kram otot tiba-tiba datang, segeralah hentikan semua aktivitas. Sebaliknya, lakukan peregangan ringan agar otot kembali lemas. Menggerakkan kaki atau berjalan pelan juga dapat membantu.

2. Pijat

Kaki kram juga bisa diredakan dengan memijat perlahan area otot yang berkontraksi. Dengan begitu, aliran darah bisa lancar kembali.

3. Kompres panas dan dingin

Cara mengatasi kram lainnya adalah dengan mengompres atau merendam kaki menggunakan air panas bergantian dengan air dingin. Sayangnya, metode ini tidak diperbolehkan untuk penderita diabetes dan pasien yang mengalami cedera saraf tulang belakang. 

4. Minum air

Seperti disebutkan sebelumnya, dehidrasi merupakan salah satu penyebab kaki kram. Karenanya, jangan lupa minum air putih atau yang memuat elektrolit agar keseimbangan cairan tubuh kembali pulih.

5. Konsumsi sumber magnesium dan potasium

Buat yang sering mengalami kaki kram tapi bukan karena kondisi medis tertentu, cobalah atasi itu dengan rutin mengonsumsi makanan sumber magnesium seperti kacang-kacangan dan biji-bijian. Sedangkan untuk potasium, nutrisi ini dapat diperoleh dari buah pisang.

Alternatif lain yang lebih praktis adalah dengan minum suplemen magnesium atau potasium. Tapi untuk ini, sebaiknya konsultasikan lebih dulu dengan dokter.

6. Gunakan obat pereda rasa sakit

Walau disarankan untuk tidak sering dilakukan, namun penggunaan obat pereda rasa sakit seperti paracetamol atau gel anti-nyeri juga boleh dicoba. Yang jelas ikuti petunjuk pemakaian ya!

Tips mencegah kaki kram

Terakhir, untuk ke depannya supaya kaki kram tak sering dialami, coba lakukan beberapa tips berikut:

  • Sering-seringlah memijat area otot yang sering kram
  • Jangan lupa pemanasan sebelum olahraga
  • Hindari berolahraga secara berlebihan
  • Jaga agar tubuh tetap terhidrasi
  • Kenakan alas kaki yang nyaman
  • Tanyakan pada dokter alternatif obat lain yang tidak memicu kram

16 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Winkelman JW. Nocturnal leg cramps. http://www.uptodate.com/home.
Muscle cramp. American Academy of Orthopaedic Surgeons. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00200.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app