Penyebab Bayi Ngorok dan Cara Jitu Mengatasinya

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 7 menit
Penyebab Bayi Ngorok dan Cara Jitu Mengatasinya

Memang mengagumkan ya bunda saat bisa memandang si kecil yang sedang asyik tertidur pulas. Ekspresi innocent dari wajahnya itu lho, seringkali bikin orang yang melihat jadi menangis terharu karena bahagia. Tapi sekarang coba bayangkan kalau di tengah-tengah momen berharga itu, tiba-tiba si kecil ngorok.

Wah, kekaguman tadi mungkin bakal buyar seketika dan berubah menjadi kekhawatiran. Masak sih ada bayi yang ngorok?! Sehat apa nggak kalau si kecil sampai ngorok saat tidur?! Semua pertanyaan ini akan kita jawab dalam ulasan Mediskus kali ini.

Normalkah kalau bayi ngorok?

Ternyata, adalah hal yang wajar kalau bayi ngorok saat tidur. Ngoroknya si kecil ini muncul saat jalan napasnya terganggu atau terhambat sehingga menyebabkan udara yang masuk menggetarkan jaringan di tenggorokan. Faktanya, 1 dari 10 bayi ngorok hampir tiap malam.

Otot bayi, termasuk di bagian leher, akan rileks saat tidur sehingga akan 'jatuh' dan sedikit menghalangi jalan nafasnya. Inilah yang menyebabkan si kecil ngorok saat tidur. Selain mendengkur, jenis suara lain yang biasa dikeluarkan bayi adalah dengusan. Dengusan ini muncul kalau jalan napas di sekitar hidungnya tersumbat.

Walau ngorok maupun mendengus merupakan kondisi yang wajar pada bayi, namun bunda harus tahu juga kapan saatnya keduanya berubah menjadi gejala dari penyakit serius.

Baca juga: 10 Penyebab Bayi Susah Tidur Malam dan Cara Mengatasinya

Apa saja penyebab bayi ngorok dan solusinya?

Yang perlu bunda ketahui adalah frekuensi dan kemungkinan bayi mendengkur dan mendengus. Jika hanya sesekali maka tidak masalah, dan biasanya semakin berkurang seiring bertambahnya usia si kecil.

Namun jika ngorok sering terjadi dan tidak ada tanda-tanda mereda dari waktu ke waktu, maka ngorok atau dengusan tersebut bisa jadi merupakan gejala gangguan kesehatan lainnya, misalnya seperti:

1. Apnea tidur obstruktif

Kondisi ini biasanya memicu ngorok pada bayi. Apnea tidur obstruktif muncul ketika jalan napas bayi terhalang sebagian maupun seluruhnya akibat tekanan bagian anterior pada posteriornya. Udara yang masuk melalui jalan napas ini kemudian menyebabkan jaringan leher bergetar sehingga muncullah dengkuran.

Apnea tidur seringkali disebabkan karena timbunan lendir pada jalan napas bayi, atau gangguan lain seperti membesarnya adenoid atau amandel (nanti akan kita bahas soal ini).

Gejalanya:  selain ngorok dan mendengus, adalah bayi terbangun sambil terkejut (sedikitnya sekali selama tidur), terengah-engah, dan tercekik. Saat siang hari, ia mungkin tampak sangat mengantuk tanpa penyebab yang jelas.

Solusinya: otak bayi masih dalam tahap perkembangan sehingga tak boleh sampai kekurangan oksigen walau hanya beberapa detik saja. Untuk itu, kondisi ini tidak boleh dianggap remeh. Bunda perlu segera memeriksakan si kecil ke dokter supaya beliau bisa mengetahui penyebab munculnya apnea tidur.

Dengan begitu, perawatan tepat dapat diberikan kepada si kecil, termasuk operasi. Tapi tenang bunda, karena operasi hanyalah untuk kasus yang tergolong ekstrim saja sebab biasanya dengkuran ini bisa mereda tanpa metode pengobatan yang membahayakan si kecil.

2. Hidung tersumbat

Hidung tersumbat merupakan gangguan yang normal di antara bayi baru lahir karena mereka belum mampu untuk mengeluarkan ingusnya sendiri dari hidung. Akan tetapi, hidung tersumbat ini juga bisa disebabkan oleh penyakit yang lebih serius seperti atresia koana.

Atresia koana merupakan kondisi bawaan dimana sisi belakang hidung bayi tersumbat oleh struktur tulang rawan (cartilaginous). Ini menyebabkan hanya sedikit saja udara yang bisa masuk lewat hidung, dan memaksa si kecil bernapas lewat mulutnya sehingga timbullah dengkuran.

Ada pula kondisi lain yang disebut deviasi septum nasal (terjadi karena pembengkokan sekat pembatas lubang hidung antara kanan dan kiri). Menyempitnya jalan napas di salah satu lubang hidung inilah yang memicu bayi ngorok dan mendengus.

Gejalanya: bayi mungkin tampak kurang nyaman saat bernapas dan hidungnya juga berair sepanjang waktu. Gangguan ini juga bisa memaksa si kecil bernapas lewat mulutnya.

Solusinya: operasi bisa memperbaiki atresia koana, yakni dengan cara mengambil struktur tulang yang menghalangi jalan napas. Jika tulang tersebut tidak memungkinkan untuk diangkat, maka dokter akan melubangi tulang tersebut lalu memasukkan semacam tabung kecil untuk mencegahnya tumbuh kembali.

Sedangkan untuk gangguan devitasi septum nasal, operasi dilakukan untuk meluruskan kembali pembatas lubang hidung yang bengkok. Jika ternyata hidung bayi tersumbat oleh ingus, maka dokter akan menyedotnya dengan pompa.

3. Membesarnya adenoid atau amandel

Infeksi adenoid dan tonsil/ amandel bisa menimbulkan tekanan pada jalan napas sehingga memicu apnea tidur. Baik adenoid maupun amandel merupakan bagian dari sistem limfa yang memegang peranan penting untuk melindungi sistem pernapasan dari infeksi.

Namun sayangnya, kedua agen pelindung ini ternyata rawan terkena infeksi. Bila sampai terinfeksi, baik adenoid atau tonsil akan membesar dan menutupi jalan napas bayi sehingga menyebabkan timbulnya dengkuran.

Gejalanya: jika membesarnya amandel bisa dideteksi dengan mudah karena terletak dekat sisi lateral tenggorokan dalam mulut bayi, namun adenoid lain. Adenoid tidak tampak dari dalam mulut sehingga pembesarannya hanya dapat didiagnosa melalui gejala seperti bayi kesulitan bernapas dari hidung sehingga sampai membuka rahang dan mulutnya untuk bernapas.

Solusinya: Infeksi adenoid dan amandel ini bisa dirawat dengan antibiotik. Tapi kalau tingkat infeksinya parah, maka prosedur bedah mungkin perlu dilakukan.

Penjelasan selengkapnya mengenai Radang Amandel (Tonsilitis) pada Anak

4. Penyakit genetik dan kelainan neuromuskular

Penyebab bayi ngorok berikutnya juga bisa karena melemahnya otot dan fitur wajah akibat penyakit genetik seperti down syndrome. Kondisi ini menyebabkan lidah membesar, hidung datar, dan rahang kecil – semua kondisi yang menghambat jalan napas.

Beberapa kelainan neuromuskular seperti cerebral palsy atau distrofi otot malah mengendurkan otot lidah sehingga menyebabkannya jatuh ke belakang dan menghambat jalan napas. Karena gejalanya mirip seperti yang disebutkan barusan, maka dalam hal ini, ngorok hanyalah efek dari gejala tersebut.

Sayangnya, tidak ada cara mengatasi penyebab bayi ngorok satu ini. Namun dengan bantuan dokter, ayah-bunda bisa belajar memanage kondisi tersebut.

5. Asma dan alergi

Asma dan alergi merupakan penyebab bayi ngorok dan mendengus berikutnya. Asma seringkali muncul karena alergi. Gejalanya mirip asma pada orang dewasa yakni napas pendek serta mudah lelah. Walau tidak bisa sembuh total, namun asma bisa diatasi dengan obat tertentu.

6. Pilek dan ngiler

Pilek juga bisa menyebabkan bayi ngorok karena timbunan ingus di hidung menghalangi masuknya udara. Pada saat yang sama, ketika gigi mulai tumbuh, maka mulut bayi akan menghasilkan air liur yang cukup banyak. Air liur inipun dapat menetes dengan mudah ke lubang hidungnya ketika ia berbaring terlentang.

Jika bayi pilek, maka ia pasti menunjukkan gejala seperti hidung berair atau bahkan demam ringan. Dan bila giginya mulai tumbuh, biasanya bayi akan sering mengeluarkan air liur. Cara mengatasi penyebab bayi ngorok satu ini bisa dengan pompa atau larutan garam (harus dilakukan di bawah pengawasan ahli).

Untungnya, setiap penyebab bayi ngorok tadi dapat didiagnosa oleh dokter. Dan ketika bayi menjalani perawatan tertentu, bunda harus memastikan kalau pengobatannya tepat waktu.

Stridor dan bukan ngorok?

Ada juga waktu dimana bayi tampaknya ngorok, namun suara yang keluar lebih kasar yang berasal dari tenggorokan yang lebih dalam. Kondisi abnormal ini biasanya disebut stridor. Penyebab stridor adalah laringomalasia (kelainan saluran napas) yang membuat bayi mengeluarkan bunyi 'ribut' ketika bernafas.

Selain bunyi ribut dan suara mirip dengkuran yang keras, bayi mungkin juga mengeluarkan bunyi ciutan saat mengembuskan napas. Ia mungkin juga ngorok saat menyusu atau setelahnya.

Ini terjadi karena bayi belum punya kemampuan untuk menelan dan bernapas secara serempak saat posisi pangkal tenggorokan lebih tinggi dari leher. Karena laringomalasia dapat sembuh dengan sendirinya, maka pada kebanyakan kasus, perawatan medis khusus tak perlu ditempuh.

Namun di samping bersifat bawaan dari lahir, kondisi ini juga bisa dipicu naiknya asam lambung. Untuk ini dokter akan melakukan perawatan agar asam lambung tidak sampai membuat pangkal tenggorokan meradang. Pada beberapa kasus, jalan operasi (supralottoplasty) mungkin perlu dilakukan untuk memotong lipatan jaringan berlebih agar tersedia ‘ruang’ yang lebih luas bagi udara untuk lewat.

Kapan saatnya membawa si kecil ke dokter?

Bunda harus segera memeriksakan si kecil ke dokter bila ia mengalami kondisi berikut:

  • Napas tak teratur – jika bayi berhenti bernapas selama beberapa detik selagi ngorok, maka pasti ada kondisi serius yang sedang terjadi. Bunda sebaiknya tidak menunggu hingga dengkurannya hilang sendiri. Tidak bernapas walau hanya beberapa detik bisa merusak organ dalam tubuh buah hati.
  • Sering ngorok dan mendengus setiap kali tidur – memang sesekali ngorok itu wajar, namun kalau itu terus terjadi setiap bayi tidur selama berminggu hingga bulanan lamanya, maka besar kemungkinan ada penyakit lain yang menyebabkannya.
  • Suara dengkurannya keras atau nyaring – tentu saja ada yang tidak beres kalau suara ngorok terlalu keras, apalagi bila itu keluar dari tubuh mungil seorang bayi.
  • Ngorok bikin bayi susah tidur – kalau ngorok membuat bayi sering terbangun dan susah tidur, saatnya memeriksakan ia ke dokter.

Tips mengontrol dengkuran dan dengusan bayi

Berikut ini ada cara sederhana yang bisa bunda lakukan untuk mengontrol dengkuran bayi:

1. Buat ia tidur dengan posisi yang tepat

Kalau orang dewasa disarankan tidur menyamping agar tidak ngorok, namun posisi ini tidak aman untuk bayi. Posisi tidur terbaik untuk bayi adalah terlentang, namun bunda bisa memiringkan kepalanya ke satu arah supaya kemungkinan terhalangnya jalan napas berkurang. Sesekali, putar kepalanya agar miring ke arah sebaliknya.

2. Jauhkan penyebab alergi

Ciptakan ruang tidur yang bersih dan banyak ventilasi agar bayi jauh dari alergen penyebab pilek, alergi, maupun gangguan pernapasan lainnya.

3. Gunakan humidifier jika udara kering

Udara kering dapat mengiritasi saluran napas bayi yang sedang berkembang. Untuk mencegah itu, gunakan humidifier agar ia lebih nyaman saat bernapas.

Sebagai pesan terakhir adalah, jangan coba-coba melakukan pengobatan anti-ngorok sendiri karena tidak semua cocok untuk bayi. Dan jika dengkuran bayi memang semakin menjadi dari hari ke hari, maka segera bawa ia ke dokter.


25 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app