Obsessive Compulsory Disorder (OCD) - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Mei 13, 2019 Update terakhir: Nov 9, 2020 Waktu baca: 3 menit

Semua orang pasti pernah memeriksa sesuatu hingga dua atau tiga kali. Saat Anda lupa untuk mengunci pintu atau lupa mematikan keran air, pasti Anda ingin segera memastikannya. Kondisi tersebut bukanlah suatu perilaku yang abnormal. 

Beberapa orang memiliki sifat yang perfeksionis, jadi orang tersebut ingin selalu memeriksa sesuatu hingga beberapa kali untuk memastikan hal tersebut sudah benar. 

Tetapi jika Anda memiliki Obsessive compulsory disorder (OCD) atau gangguan obsesif-kompulsif, Anda merasa ingin melakukan sesuatu hingga berulang kali dan bahkan jika hal tersebut dapat menyulitkan hidup Anda karena tidak perlu dilakukan.

Obsessive compulsory disorder (OCD) atau gangguan obsesif- kompulsif adalah suatu kondisi kesehatan mental yang berpusat pada obsesi atau dorongan yang menguras tenaga, tindakan yang menyusahkan, dan pikiran yang berulang-ulang.

OCD selalu dikaitkan dengan berbagai gangguan fungsional dan memiliki dampak signifikan pada kehidupan sosial dan kerja seseorang.

Penyebab Obsessive Compulsory Disorder (OCD)

Penyebab pasti dari OCD masih belum dapat diidentifikasi. Namun OCD dianggap memiliki dasar neurobiologis, dengan studi neuroimaging yang menunjukkan bahwa fungsi otak setiap orang berbeda-beda pada gangguan tersebut. 

Abnormalitas, atau ketidakseimbangan neurotransmiter, diduga juga terlibat dalam OCD. Gangguan tersebut sama-sama dapat terjadi pada pria maupun wanita.

Berikut beberapa kondisi yang diduga dapat menyebabkan OCD:

  • Masalah genetik
  • Masalah autoimun
  • Masalah perilaku
  • Masalah kognitif
  • Masalah neurologis
  • Masalah di otak. Ketidakseimbangan bahan kimia otak serotonin dan glutamat dapat berperan dalam OCD.
  • Masalah lingkungan. Stressor lingkungan dapat menjadi pemicu munculnya OCD.

Cedera otak traumatis pada remaja dan anak-anak juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko timbulnya OCD. Salah satu penelitian menemukan bahwa 30 persen anak-anak yang berusia 6 hingga 18 tahun yang mengalami cedera otak traumatis mengalami gejala OCD dalam waktu 12 bulan setelah terjadi cedera.

Tanda dan gejala Obsessive Compulsory Disorder (OCD)

Tanda dan gejala OCD biasanya menjadi lebih terlihat pada masa kanak-kanak atau dewasa. Kondisi tersebut cenderung muncul secara perlahan dan menjadi lebih intens saat seseorang dewasa. 

Bagi banyak orang, gejala biasanya datang dan pergi, tetapi biasanya merupakan masalah atau gangguan seumur hidup. Dalam kasus yang parah, OCD memiliki dampak mendalam pada kualitas hidup seseorang. Tanpa pengobatan yang tepat, OCD bisa sangat membahayakan.

Beberapa gangguan pikiran yang berkaitan dengan OCD meliputi:

  • Rasa cemas tentang keberadaan kuman dan kotoran, atau takut terkontaminasi
  • Butuh membuat atau melakukan sesuatu dengan simetris dan rapi
  • Khawatir bahwa pikiran atau obsesi Anda akan membahayakan orang lain
  • Pikiran yang mengganggu tentang diri Anda atau orang lain

Beberapa perilaku yang berasal dari pikiran yang obsesif dapat meliputi:

  • Mencuci tangan secara berlebihan, mandi berulang-ulang, membersihkan rumah yang tidak perlu
  • Terus-menerus mengatur dan menyusun ulang sesuatu pada tempat atau posisinya
  • Memeriksa hal yang sama berulang kali meskipun Anda tahu Anda telah memeriksanya
  • Menyimpan atau menimbun harta benda yang tidak perlu
  • Menghitung atau mengulangi kata atau frasa tertentu.

Cara mencegah terjadinya Obsessive Compulsory Disorder (OCD)

Sampai saat ini masih tidak diketahui secara pasti cara mencegah terjadinya obsessive compulsory disorder (OCD).

Cara mengobati Obsessive Compulsory Disorder (OCD)

Diagnosa

Menurut American Psychiatric Association (APA), kriteria diagnostik untuk OCD dapat meliputi:

  • adanya obsesi dan dorongan atau keduanya
  • obsesi dan kompulsi biasanya menyita waktu atau menyebabkan tekanan atau gangguan signifikan dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya
  • gejala obsesif-kompulsif bukan karena efek fisiologis suatu zat, misalnya, penyalahgunaan obat atau obat-obatan lain.

Jika kriteria di atas terpenuhi, maka diagnosis OCD mungkin dapat diberikan. Sejumlah gangguan kejiwaan dan neurologis lainnya, seperti depresi dan kecemasan, memiliki fitur yang mirip dengan OCD dan dapat terjadi di samping kondisi tersebut.

Pengobatan

OCD biasanya berkembang menjadi suatu kondisi kronis jika tidak diobati. Pengobatan lini pertama untuk OCD sering kali meliputi:

  • Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy(CBT)
  • Obat selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
  • Kombinasi SSRI dan CBT

CBT adalah metode yang efektif untuk mengobati OCD. CBT adalah jenis psikoterapi (terapi bicara) yang bertujuan untuk membantu individu mengubah cara mereka berpikir, merasakan, dan berperilaku.

Sedangkan sejumlah obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengobati OCD, dengan menggunakan obat jenis SSRI. SSRI yang mungkin diresepkan untuk membantu orang mengelola OCD, obat-obatan tersebut meliputi:

SSRI umumnya digunakan dalam dosis yang tinggi untuk pengobatan OCD dibandingkan dengan pengobatan depresi. Mungkin perlu waktu hingga 3 bulan agar hasilnya bisa terlihat. 

Namun sekitar setengah dari orang dengan OCD tidak menanggapi pengobatan hanya dengan SSRI, maka pemberian obat antipsikotik atipikal juga sering ditambahkan ke dalam pengobatan OCD.


20 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app