Mengenal Tanda Antibiotik Tak Lagi Mempan Lawan Penyakit

Dipublish tanggal: Agu 28, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mar 20, 2020 Waktu baca: 3 menit
Mengenal Tanda Antibiotik Tak Lagi Mempan Lawan Penyakit

Selama 70 tahun terakhir, dokter telah meresepkan obat yang dikenal sebagai agen antimikroba (antibiotik) untuk mengobati penyakit akibat infeksi menular. Penyakit akibat infeksi adalah penyakit yang terjadi karena mikroba, seperti bakteri, virus, dan parasit. 

Namun, karena saat ini jenis obat-obatan ini terlalu sering digunakan, beberapa mikroba telah beradaptasi dan mulai melawan efek dari obat yang bersangkutan. 

Kondisi ini berpotensi berbahaya karena dapat mengakibatkan berkurangnya efek perawatan yang efektif untuk mengatasi beberapa penyakit.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (CDC), setidaknya 2 juta orang terinfeksi bakteri resisten antimikroba di Amerika Serikat setiap tahun. Sekitar 23.000 orang di antaranya meninggal dunia akibat penyakit infeksi terkait.

Apa itu Resistensi Antimikroba?

Antibiotik dan obat antimikroba adalah golongan obat yang sangat penting untuk melawan infeksi infeksi dan menyelamatkan nyawa, dengan catatan obat ini harus digunakan dengan benar.

Resistensi antimikroba (AMR), atau resistensi obat, adalah suatu kondisi yang berkembang ketika mikroba, termasuk bakteri, jamur, parasit, dan virus, tidak lagi mempan terhadap obat yang sebelumnya dapat digunakan untuk mengatasi infeksi tersebut. 

Beberapa tanda bahwa obat golongan antimikroba yang Anda gunakan tidak mempan melawan penyakit meliputi :

  • Penyakit akibat infeksi menjadi lebih sulit dikendalikan dan bertahan lebih lama di dalam tubuh.
  • Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menjalani perawatan di rumah sakit. 
  • Risiko penyebaran penyakit yang lebih tinggi
  • Memiliki peluang kematian yang lebih besar karena infeksi

Para ahli memiliki kekhawatiran yang signifikan di mana antibiotik tidak lagi berfungsi. Sehingga menyebabkan infeksi umum dan luka ringan yang langsung diobati pada abad ke-20 dapat kembali menjadi mematikan.

Beberapa Contoh Penyakit yang Telah Mengalami Resistensi Antibiotik

Tuberkulosis (TB): Penyakit paru-paru di udara ini disebabkan oleh infeksi bakteri. TB adalah pembunuh utama sebelum antibiotik tersedia. Baru-baru ini, ditemukan bentuk TB yang resisten terhadap obat telah digunakan di seluruh dunia. 

Perawatan antibiotik standar tidak akan bekerja melawan bentuk penyakit ini.

Seseorang yang memiliki TB yang tidak resisten terhadap obat akan memerlukan perawatan setiap hari dengan beberapa obat selama 6 hingga 9 bulan. TB yang resisten terhadap obat lebih kompleks untuk diobati. 

Orang tersebut perlu minum obat untuk waktu yang lebih lama, dan mereka akan membutuhkan pengawasan ketat. Manajemen yang buruk dapat mengakibatkan kematian.

  • Infeksi MRSA

Staphylococcus aureus (MRSA) yang resistan terhadap metisilin adalah infeksi bakteri yang bisa berakibat fatal. Orang-orang biasanya terinfeksi MRSA ketika mereka tinggal di rumah sakit. 

Di masa lalu, kondisi ini adalah infeksi yang dapat terkontrol dengan baik, tetapi sekarang CDC melihatnya sebagai masalah kesehatan masyarakat utama karena resistensi antibiotik.

Gonore adalah infeksi bakteri yang ditularkan secara seksual yang paling sering ditemukan. Kasus gonore yang resisten terhadap obat sudah mulai terjadi. Sekarang, hanya ada sedikit jenis obat yang masih efektif melawan bentuk penyakit yang kebal terhadap obat ini.

  • Infeksi E. Coli

Escherichia coli (E. coli) adalah penyebab umum penyakit bawaan makanan dan infeksi saluran kemih. Tingkat resistensi antibiotik pada E. coli meningkat dengan cepat.

Apa yang dapat Anda lakukan untuk mencegah terjadinya Resistensi Antibiotik?

Untuk membantu melawan resistensi antibiotik dan melindungi diri Anda dari infeksi:

  • Hindari penggunaan antibiotik kecuali dengan resep dokter. Selalu tanyakan kepada dokter Anda apakah antibiotik benar-benar akan membantu. 

Untuk penyakit yang disebabkan oleh virus - pilek biasa, bronkitis, dan banyak infeksi telinga dan sinus, biasanya tidak membutuhkan pengobatan menggunakan antibiotik.

  • Minum obat sesuai arahan dokter. Habiskan seluruh resep yang diberikan dokter sesuai petunjuk. Anda perlu menghabiskan seluruh obat bahkan jika Anda mulai merasa lebih baik. 

Jika Anda berhenti sebelum infeksi benar-benar hilang, bakteri-bakteri itu lebih cenderung menjadi resisten terhadap obat.

  • Mendapatkan vaksinasi. Imunisasi dapat melindungi Anda dari beberapa penyakit yang dapat diobati dengan antibiotik. Contohnya tetanus dan batuk rejan.
  • Mendapatkan perlindungan tambahan ketika dirawat di rumah sakit. Bakteri resisten antibiotik biasanya ditemukan di rumah sakit. Pastikan pengasuh Anda mencuci tangan dengan benar. Juga, tanyakan bagaimana menjaga luka operasi bebas dari infeksi.

5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Antibiotic resistance. World Health Organization (WHO). (https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antibiotic-resistance)
Antibiotics: Uses, resistance, and side effects. Medical News Today. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/10278)
Antibiotic Resistance Questions and Answers. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (https://www.cdc.gov/antibiotic-use/community/about/antibiotic-resistance-faqs.html)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app