Malaria - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 6, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Apr 2, 2019 Waktu baca: 4 menit

Apakah Penyakit Malaria?

Malaria adalah penyakit menular yang menimbulkan gejala utama berupa demam dan menggigil, hal ini terjadi karena proses infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium. Seseorang bisa terkena penyakit malaria akibat gigitan nyamuk yang telah terinfeksi oleh parasit tersebut. Malaria harus ditangani dengan cepat dan tepat karena dapat menimbulkan komplikasi berat yang dapat menimbulkan risiko kematian.

Penyakit malaria di Indonesia memiliki insidensi hampir setengah juta penduduk dengan kasus malaria positif yang terjadi pada setiap tahunnya, dimana sekitar 1 dari 100 orangnya dapat mengalami komplikasi yang meyebabkan kematian. Daerah endemis untuk kasus malaria paling banyak terjadi di daerah yang termasuk Wilayah Indonesia Timur terutama Papua, Maluku, Nusa Tenggara dan Sulawesi.

Mengenal Organisme Penyebab Malaria

Telah disinggung sebelumnya, penyebab penyakit malaria adalah parasit Plasmodium. Ada lima jenis plasmodium yang menjadi penyebab malaria yaitu : Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium knowlesi. Di Indonesia Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax merupakan parasit malaria yang paling banyak ditemukan, dan kedua parasit ini merupakan parasit yang dapat menyebabkan malaria yang berat dan dapat menyebabkan kematian.

Seseorang sudah dapat terinfeksi oleh malaria hanya dari satu kali gigitan nyamuk saja. Parasit malaria hanya disebarkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi. Gigitan nyamuk malaria ini terutama lebih sering terjadi pada saat malam hari. Setelah terjadi gigitan parasit akan masuk ke dalam aliran darah dan berkembang biak di dalam sel darah, apabila ada nyamuk Anopheles betina yang menggigit penderita malaria, maka nyamuk tersebut terinfeksi oleh parasit dan akan menularkan parasit apabila menggigit orang lain.

Meskipun sangat jarang terjadi, penyebaran malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi darah, pemakaiaan jarum suntik yang berulang, dan dari darah ibu ke janin, oleh karena itu kita harus tetap berhati - hati

Apa yang dilakukan parasit malaria?

Organ target yang diserang oleh plasmodium adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah akan dimasuki oleh parasit tersebut dalam kurun waktu tertentu dan menimbulkan kerusakan. Sebagai akibatnya sel darah merah akan banyak yang pecah sebelum waktunya pecah. Seperti kita ketahui bahwa sel darah merah normal akan mati secara alami setelah berusia 120 hari. Mekanisme inilah yang membuat penyakit malaria begitu berbahaya.

Cermati Gejala Malaria

Ketika seseorang digigit oleh nyamuk pembawa malaria, tidak serta merta akan langsung muncul gejala malaria, melainkan ada masa tunggu yang disebut dengan masa inkubasi. Gejala malaria yang muncul tergantung dari parasit penyebabnya dengan lama masa inkubasi yang bervariasi antara parasit yang satu dengan parasit lainnya, secara umum masa inkubasi rerata berlangsung sekitar 2 sampai 3 minggu.

Gejala malaria yang khas adalah terjadinya demam yang tinggi, diikuti dengan menggigil atau kedinginan, dan kemudian berkeringat. Ketiga gejala utama tersebut dikenal dengan sebutan Trias Malaria.

Gejala malaria lainnya adalah adanya sakit kepala, muntah berulang, buang air besar cair dan nyeri otot dan sendi. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan mata dan kulit menguning hingga gangguan kesadaran atau koma.

Diagnosis Malaria

Untuk mendiagnosis penyakit malaria, dokter akan menanyakan gejala yang dialami serta melakukan pemeriksaan fisik. Tes penunjang lainnya seperti tes diagnostik cepat (rapid diagnostic test/RDT) akan dilakukan untuk memeriksa keberadaan dan jenis parasit yang menyebabkan malaria (apakah itu Plasmodium falciparum atau jenis lain). Sampel darah pasien akan di ambil untuk tes ini.

Hasil tes ini dapat didapatkan dalam waktu 15-20 menit. Hasil tes RDT dapat sangat membantu dokter untuk memilih kombinasi obat antimalaria mana yang paling cocok dengan kondisi penderita.

Selain tes RDT, malaria juga bisa didiagnosis dengan cara yang lebih conventional yaitu dengan pemeriksaan mikroskopi. Tes mikroskopi ini dapat memastikan keberadaan dan jenis parasit yang menyebabkan malaria serta proporsi sel darah merah yang terinfeksi.

Pemeriksaan darah juga bisa dilakukan untuk memeriksa apakah pasien menderita anemia. Anemia merupakan salah satu komplikasi yang bisa terjadi akibat malaria.

Pengobatan Malaria

Meskipun dapat berisiko kematian jika diobati dengan cepat dan tepat maka malaria dapat sembuh sempurna. Pemilihan obat malaria yang tepat tergantung kepada beberapa hal yaitu :

  • Parasit penyebab malaria
  • Berat ringannya gejala malaria
  • Ada kehamilan atau tidak

Pada pengobatan penyakit malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium falciparum digunakan obat - obatan sebagai berikut :

  • Kombinasi dihydroartemisinin, piperakuin dan primakuin
  • Kombinasi kina, doksisiklin dan primakuin

Pada pengobatan penyakit malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium vivax digunakan obat - obatan sebagai berikut :

  • Kombinasi dihydroartemisinin, piperakuin
  • Kombinasi kina, dan primakuin

Pada pengobatan penyakit malaria yang berat digunakan obat- obatan sebagai berikut :

  • Kombinasi artesunate dan amodiaquine

Pada kasus penyakit malaria yang disertai dengan kehamilan memerlukan perhatian dan kombinasi obat yang khusus, dikarenakan beberapa obat - obatan malaria yang ada tidak cocok untuk ibu hamil karena berpotensi menimbulkan efek samping bagi janin. Pada kasus ini sebaiknya segera merujuk pengobatan ke dokter ahli yaitu dokter ahli penyakit dalam atau dokter ahli penyakit kandungan, sebelum terjadi komplikasi yang serius terhadap ibu dan janin.

Bahaya Malaria Jika tidak diobati

Malaria adalah penyakit serius yang dapat memburuk dengan sangat cepat. Hal ini dapat berakibat fatal jika tidak segera diobati. beberapa komplikasi serius akibat malaria, termasuk:

  • Anemia berat - di mana sel-sel darah merah tidak dapat membawa cukup oksigen ke seluruh tubuh, yang menyebabkan rasa kantuk dan kelemahan.
  • Malaria cerebral - dalam kasus yang jarang,gt;pembuluh darah kecil yang menuju ke otak dapat terhambat atau bahkan tersumbat, menyebabkan kejang, kerusakan otak dan koma.

Efek dari malaria biasanya lebih berat pada ibu hamil, bayi, anak-anak dan orang tua. Ibu hamil khususnya biasanya disarankan untuk tidak melakukan perjalanan ke daerah berisiko atau endemis malaria.


26 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Herchline, T.E. Simon, R.Q. Medscape (2019). Malaria. (https://emedicine.medscape.com/article/221134-overview)
Davis, CP. MedicineNet (2018). Malaria (https://www.medicinenet.com/schistosomiasis/article.htm)
Lab Tests Online (2015). Malaria (https://labtestsonline.org/conditions/malaria)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app