Laxadine: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 26, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Laxadine adalah obat pencahar yang dapat merangsang gerak peristaltik pada usus besar sehingga feses lebih mudah dikeluarkan.
  • Laxadine tersedia dalam kemasan syrup dan dapat dibeli di apotek tanpa resep dokter. 
  • Dosis Laxadine untuk dewasa adalah 1 x sehari 15-30 ml, diminum sebelum tidur. Sedangkan untuk anak usia 6-12 tahun diberikan 1/2 dosis orang dewasa.
  • Meskipun cukup aman, hindari penggunaan obat ini untuk waktu yang lama karena dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan dan elektrolit hingga penurunan berat badan.
  • Hentikan penggunaan obat ini jika muncul reaksi pada usus seperti mual dan muntah maupun reaksi alergi pada kulit.
  • Klik untuk mendapatkan Laxadine atau obat lambung & saluran pencernaan lainnya ke rumah Anda di HDmall. *Gratis ongkir ke seluruh Indonesia & bisa COD.

Laxadine adalah obat pencahar atau laksatif yang bekerja dengan cara merangsang gerak peristaltik pada usus besar serta menghambat penyerapan air berlebih dari feses dan melicinkan jalan keluar feses. Bahan aktif utamanya yang berupa parafin cair, yakni senyawa yang sering digunakan sebagai emolien atau pelembut yang juga dapat melembutkan feses.

Laxadine tersedia dalam kemasan syrup dan dapat dibeli di apotek tanpa resep dokter. Meskipun cukup aman, hindari penggunaan obat ini untuk waktu yang lama karena dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan dan elektrolit hingga penurunan berat badan.

Mengenai Laxadine

Jenis obat Laksatif
Kandungan Phenolphtalein, paraffin cair, glycerin
Kegunaan Obat pencahar, untuk melancarkan buang air besar
Kategori Obat Resep atau obat bebas
Konsumen Dewasa dan Anak
Kehamilan Kategori B
Sediaan Laxadine Syrup 30 ml, 60 ml dan 110 ml

Mekanisme kerja Laxadine

Mekanisme kerja laxadine dapat ditilik dari cara kerja bahan aktifnya, yaitu:

  • Phenolphtalein merupakan senyawa organik yang umum digunakan sebagai pH indikator di laboratorium. Senyawa ini juga memiliki efek pencahar pada usus dengan merangsang jaringan mukosa usus dan mengendurkan otot-ototnya. Namun, senyawa ini sudah mulai dihindari penggunaannya karena dianggap bersifat karsinogen.
  • Pharafin cair saat digunakan sebagai obat oral dapat bertindak sebagai pelumas dan menjaga kotoran tetap lembek, sehingga sering digunakan untuk mengobati sembelit dan fisura dubur.
  • Glycerin diklasifikasikan sebagai obat pencahar jenis osmotik dengan menarik air dari jaringan sekitar menuju feses sehingga feses mengandung cukup air untuk dikeluarkan.

Manfaat Laxadine

Laxadine dapat digunakan untuk mengatasi konstipasi atau susah buang air besar yang memerlukan perbaikan pada gerak peristaltik usus, melembutkan feses, pelicin jalan feses sehingga lebih mudah dikeluarkan. Laxadien juga digunakan dalam prosedur pengosongan usus sebelum proses radiologi atau operasi.

Kontraindikasi

Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini. Penderita yang diketahui memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan Laxadine:

  • Orang dengan riwayat hipersensitif/alergi terhadap kandungan obat ini.
  • Penderita obstruksi usus.
  • Penderita nyeri perut yang belum diketahui penyebabnya.

Dosis Laxadine

Laxadine tersedia dalam bentuk sediaan syrup 30 ml, 60 ml, dan 60 ml dengan kekuatan dosis tiap sendok takarnya (5 ml) mengandung:

  • Phenolphtalein 55 mg
  • Paraffin cair 1.200 mg
  • Glycerin 378 mg

Adapun dosis Laxadine yang lazim digunakan adalah sebagai berikut:

  • Dosis Laxadine untuk dewasa: 1 x sehari 15-30 ml, diminum sebelum tidur.
  • Dosis Laxadine untuk anak-anak: anak umur 6-12 tahun diberikan ½ dosis dewasa. Efektifitas dan keamanannya untuk anak di bawah 6 tahun masih belum diketahui. Konsultasikan dengan dokter jika ingin menggunakan obat ini untuk anak kecil dari 6 tahun.

Petunjuk penggunaan:

  • Obat ini sebaiknya dikonsumsi dalam kondisi perut kosong lebih utamanya lagi di minum sebelum tidur untuk memaksimalkan fungsinya.
  • Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan sebelum mulai mengonsumsinya.
  • Hentikan penggunaan obat ini jika muncul reaksi pada usus seperti mual dan muntah.
  • Hentikan segera dan hubungi dokter jika muncul reaksi alergi seperti ruam kulit atau timbul bengkak di mulut atau mata.

Efek samping Laxadine

Laxadine umumnya ditoleransi dengan baik oleh tubuh. Namun, beberapa efek samping mungkin muncul dan perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut:

Jika efek samping ini muncul, hentikan sementara penggunaan obat dan hubungi dokter untuk mendapat perawatan medis segera.

Efek overdosis Laxadine

Penggunaan berlebihan dalam periode yang lama dapat menyebabkan efek overdosis seperti:

  • Kehilangan cairan tubuh parah
  • Diare parah
  • Mual dan muntah
  • Turunnya berat badan

Jika hal ini terjadi, segera hubungi unit kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan segera. Umumnya penanganan akan disesuaikan dengan gejala yang muncul.

Interaksi Laxadine

Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain sehingga dapat mengubah cara kerja obat tersebut. Akibatnya, risiko efek samping dapat meningkat, obat tidak bekerja, atau bahkan menimbulkan efek samping yang membahayakan tubuh.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang Anda konsumsi dan beritahukan kepada dokter. Beberapa jenis obat dapat berinteraksi dengan Laxadine, di antaranya yaitu:

  • Obat hydrocortisone/dexamethasone: terutama untuk penggunaan jangka waktu lama dapat meningkatkan risiko dehidrasi, hipokalemia dan darah kekurangan potassium.
  • Amoxicillin/clarithromycin/lansoprazole: Amoxicillin diketahui memiliki efek samping yang mempengaruhi detak jantung, dan kondisi ini bisa meningkat jika terjadi penurunan kadar potassium dalam darah yang disebabkan oleh glycerin.

Daftar interaksi obat ini belum mencakup keseluruhan obat yang dapat berinteraksi dengan Laxadine. Untuk itu selalu konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan dua jenis obat bersamaan, terutama yang tidak diresepkan oleh dokter.

Perhatian

Sebelum dan selama menggunakan Laxadine, harap perhatikan hal-hal di bawah ini:

  • Sampaikan pada dokter atau apoteker jika Anda memiliki riwayat hipersensitif atau alergi terhadap kandungan Laxadine.
  • Hindari penggunaan dalam jangka panjang karena dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit yang parah.

Kehamilan dan Menyusui

Bolehkah Laxadine untuk ibu hamil dan menyusui?

  • Laxadine harus diperhatikan penggunaannya pada ibu hamil atau berikan hanya jika diresepkan oleh dokter. Hal ini karena glycerin yang merupakan bahan aktif obat ini diketahui masuk dalam kategori C untuk obat ibu hamil, sementara bahan aktif lainnya juga disarankan untuk dihindari penggunaannya pada ibu hamil terutama pada kehamilan ditrisemester awal.
  • Bahan aktif Laxadine diketahui dapat terekstraksi ke dalam ASi dan berpotensi mempengaruhi kesehatan bayi. Untuk itu penggunaannya sebaiknya dihindari atau digunakan jika sudah diresepkan oleh dokter.

Artikel terkait:


14 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Murphy, James. (2009). Movement Away From Phenolphthalein in Laxatives. JAMA : the journal of the American Medical Association. 301. 1770; author reply 1770. 10.1001/jama.2009.585.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/24403403_Movement_Away_From_Phenolphthalein_in_Laxatives)
Herrera-Covarrubias, Deissy & C, Fernández-Pomarez & Coria-Avila, Genaro & Manzo, Jorge & GE, Aranda-Abreu & ME, Hernández-Aguilar. (2015). Phenolphthalein-based laxatives and its relation to cancer development. Rev Med Universidad Veracruzana. 2. 91-101.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/287215949_Phenolphthalein-based_laxatives_and_its_relation_to_cancer_development)
Murphy J. Movement Away From Phenolphthalein in Laxatives. JAMA. 2009;301(17):1770. doi:10.1001/jama.2009.585. JAMA Network. (https://jamanetwork.com/journals/jama/article-abstract/183837)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app