Kenali Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis (RHZE)

Dipublish tanggal: Jun 1, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Waktu baca: 3 menit
Kenali Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis (RHZE)

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi pernafasan yang sangat sering ditemukan pada negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia. Walaupun tergolong ke dalam penyakit kronis yang dapat meregang nyawa, tuberkulosis bukanlah penyakit yang tidak dapat diobati. Dengan pengobatan yang tersedia saat ini, tuberkulosis dapat ditangani dengan pemberian obat secara teratur.

Namun yang perlu Anda ketahui adalah pengobatan menggunakan obat-obatan anti tuberkulosis atau OAT, memerlukan waktu yang cukup panjang. Pengobatan tuberkulosis berkisar 6 bulan hingga 12 bulan. 

Dengan pengobatan yang memakan waktu yang cukup lama, penggunaan OAT tentu saja tidak luput dari efek samping yang dapat menjadi masalah tersendiri di kemudian hari. Berikut di bawah ini adalah informasi dan efek samping yang perlu Anda ketahui dari masing-masing jenis OAT.

Obat-obatan berikut ini biasanya digunakan untuk mengobati Tuberkulosis:

Isoniazid (H)

Isoniazid tersedia dalam bentuk tablet dengan sediaan 100 mg per tablet. Dosis Isoniazid adalah 5-15 mg per kg berat badan dengan dosis maksimal 300 mg perhari.

Efek Samping :

  • Isoniazid jarang menyebabkan efek samping, tetapi kadang-kadang dapat menyebabkan gejala kecil seperti kelelahan, kurang konsentrasi, dan memperburuk kondisi jerawat.
  • Isoniazid dapat mempengaruhi kesehatan hati. Tanda dari kerusakan hati yang ditimbulkan oleh penggunaan obat isoniazid meliputi mual (merasa sakit), muntah, sakit perut, kulit atau mata kuning, atau urin berwarna lebih gelap.
  • Isoniazid dapat menghambat penyerapan vitamin B6 sehingga menyebabkan kesemutan pada jari tangan dan kaki
  • Gatal-gatal pada kulit dan muncul ruam.
  • Penggunaan obat isoniazid tidak dapat digunakan bersamaan dengan obat anti kejang.

Rifampisin (R)

Kapsul Rifampisin tersedia dalam dua sediaan, 150 mg atau 300 mg, sedangkan dosis penggunaan rifampisin adalah 10-15 mg per kilogram berat badan dengan dosis maksimal 600 mg. Rifampisin harus diminum dengan perut dalam keadaan kosong.

Efek Samping :

  • Rifampisin dapat merubah warna urin, keringat, air mata, air mani, dan air liur menjadi warna merah-oranye. Efek samping ini tidak berbahaya.
  • Efek samping utama adalah gangguan saluran pencernaan seperti mual, kehilangan nafsu makan, muntah dan diare.
  • Gatal-gatal dan timbul ruam pada kulit juga dapat muncul sebagai efek samping dari penggunaan obat ini, Namun efek samping ini bukan alasan untuk menghentikan pengobatan Tuberkulosis. Kadang-kadang gejala ini bisa memburuk dan menimbulkan demam. Ketika hal ini terjadi, Anda perlu menghentikan semua pengobatan Tuberkulosis dan berkonsultasi dengan dokter.
  • Rifampisin tidak menyebabkan gangguan hati, namun jika seseorang sudah memiliki kondisi gangguan hati akibat suatu penyakit lain atau penggunaan alkohol, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat ini untuk mencegah terjadinya kerusakan hati yang lebih parah.
  • Rifampisin dapat mengurangi efektivitas pil KB. Wanita yang menggunakan pil KB disarankan untuk mengganti metode kontrasepsi yang tidak memiliki interaksi dengan penggunaan rifampisin.

Pyrazinamide (Z)

Pyrazinamide tersedia dalam bentuk tablet putih besar yang mengandung 500 mg bahan aktif, pirazinamid. Dosis harian pyrazinamide adalah 15-40 mg per kilogram berat badan dengan dosis harian maksimum mencapai 2 gram. Pyrazinamide memiliki efek yang kuat melawan bakteri Tuberkulosis pada tahap awal pengobatan.

Efek Samping :

  • Efek samping yang paling sering ditimbulkan oleh penggunaan pyrazinamide adalah kehilangan nafsu makan dan mual.
  • Beberapa orang mengalami nyeri pada persendian mereka.
  • Dibandingkan dengan obat-obatan anti tuberkulosis yang lain, Pirazinamid paling berbahaya bagi hati. Efek hepatotoksik (bersifat racun terhadap organ hati) obat ini dapat menyebabkan mual (merasa sakit), muntah, sakit perut, kulit atau mata kuning dan urin berwarna lebih gelap.
  • Reaksi kulit seperti gatal, muncul ruam dan fotosensitifitas (mudah terbakar sinar matahari) juga dapat terjadi, walaupun relatif jarang terjadi.

Etambutol (E)

  • Etambutol tersedia dalam bentuk tablet dengan sediaan 400 mg dan 100 mg. Dosis harian etambutol adalah 15-25 mg per kilogram berat badan dengan dosis maksimal 2,5 gram.

Efek Samping :

  • Efek samping utama yang ditimbulkan oleh obat etambutol adalah gangguan penglihatan. Mulai dari penglihatan kabur hingga buta warna.
  • Efek samping lain yang dapat muncul meliputi rasa sakit pada persendian atau gatal dan munculnya ruam.

Efek Samping Obat Anti -Tuberkulosis Secara Umum

Pengobatan tuberkulosis membutuhkan kombinasi dari obat-obatan anti tuberkulosis. Efek Samping yang ditimbulkan oleh penggunaan obat anti Tuberkulosis secara umum meliputi :

  • Gatal
  • Muncul ruam kulit, memar atau kulit kuning
  • Sakit perut, mual, muntah, diare atau kehilangan nafsu makan
  • Mati rasa atau kesemutan di tangan atau kaki
  • Gangguan penglihatan, terutama gangguan dalam penglihatan warna merah atau hijau
  • Urin berwarna gelap
  • mata kuning.

Yang perlu Anda ketahui, efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obat-obatan anti tuberkulosis dapat lebih berat daripada yang tertera di atas, khususnya pada kondisi khusus seperti wanita hamil, anak-anak, penderita gangguan hati, memiliki penyakit kronis seperti HIV dan sebagainya. Sebelum memulai pengobatan anti tuberkulosis, pastikan Anda telah berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil pengobatan yang optimal dan mengurangi potensi munculnya efek samping.


41 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Park, J., Lee, J., Lee, Y., Kim, S., Cho, Y., & Yoon, H. et al. (2015). Serum Levels of Antituberculosis Drugs and Their Effect on Tuberculosis Treatment Outcome. Antimicrobial Agents And Chemotherapy, 60(1), 92-98. https://doi.org/10.1128/aac.00693-15. Antimicrobial Agents and Chemotherapy. (https://aac.asm.org/content/60/1/92)
Zumla, A., Gillespie, S., Hoelscher, M., Philips, P., Cole, S., & Abubakar, I. et al. (2014). New antituberculosis drugs, regimens, and adjunct therapies: needs, advances, and future prospects. The Lancet Infectious Diseases, 14(4), 327-340. https://doi.org/10.1016/s1473-3099(13)70328-1. The Lancet. (https://www.thelancet.com/journals/laninf/article/PIIS1473-3099(13)70328-1/fulltext)
Arbex, M., Varella, M., Siqueira, H., & Mello, F. (2010). Drogas antituberculose: interações medicamentosas, efeitos adversos e utilização em situações especiais - parte 1: fármacos de primeira linha. Jornal Brasileiro De Pneumologia, 36(5), 626-640. https://doi.org/10.1590/s1806-37132010000500016. Scientific Electronic Library Online (SciELO). (http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S1806-37132010000500016&script=sci_arttext&tlng=en)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app