Keluar Flek Saat Hamil, Berbahayakah?

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 4 menit
Keluar Flek Saat Hamil, Berbahayakah?

Bagi Anda yang begitu mengharapkan kehadiran sang Buah Hati, tentu akan merasa cemas ketika terjadi pendarahan atau bercak darah yang berupa flek saat hamil. Oleh karena itu sangat penting bagi kita mengetahui apa saja penyebab pendarahan selama kehamilan dan apa yang harus kita lakukan jika hal itu terjadi.

Memang setiap jenis pendarahan, baik banyak ataupun sedikit yang hanya berupa flek coklat atau merah selama kehamilan tentu akan menjadi hal yang sangat menakutkan bahkan bagi ibu-ibu yang pernah mengalami hal itu sebelumnya. Namun kabar baiknya, meskipun flek saat hamil ini sering terjadi dan hampir mengenai sepertiga dari seluruh kehamilan, kasusnya seringkali tidak menimbulkan bahaya apapun baik bagi ibu ataupun janinnya.

Secara umum bercak pendarahan selama kehamilan bisa disebabkan oleh masalah pada kehamilan itu sendiri ataupun yang tidak berhubungan dengan kehamilan misalnya adanya infeksi atau lecet pada dinding vagina. Adapun pendarahan yang diakibatkan oleh masalah pada kehamilan, antara lain: plasenta previa, kehamilan di luar kandungan, dan keguguran.

Jadi, setiap adanya flek saat hamil, baik sedikit ataupun banyak maka kita harus mewaspadai nya dan tidak boleh mengabaikannya begitu saja. Berikut ini akan kami jelaskan beberapa penyebab keluarnya flek saat hamil berdasarkan usia kehamilannya dan mengetahui kapan saat Anda harus mengkhawatirkannya.

Flek Saat Hamil Usia 20 Minggu Pertama

Pendarahan selama kehamilan 20 minggu pertama atau biasa kita sebut sebagai keluar flek saat hamil muda, memang kerap terjadi. Bahkan dokter memperkirakan 25 - 40 persen wanita akan mengalami beberapa perdarahan flek selama trimester pertama kehamilan, dan lebih sering terdapat pada kehamilan normal, ada sejumlah kemungkinan penyebab dari perdarahan atau flek darah saat hamil muda, termasuk:

  • Pendarahan implantasi, yang terjadi sekitar 4 minggu ke kehamilan, terjadi ketika telur yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim. Biasanya keluar sebagai flek coklat.
  • Perubahan hormon
  • Akibat ber'Hubungan' selama kehamilan
  • Infeksi
  • Pemeriksaan dalam yang dilakukan oleh dokter kandungan atau bidan

Baca: Pendarahan Saat Hamil Muda, Jangan Abaikan!

Kadang-kadang perdarahan selama hamil muda dapat menjadi tanda dari kondisi yang lebih serius, seperti:

  • Perdarahan subkorionik, yang berdarah adalah daerah sekitar plasenta. Meskipun ada kemungkinan untuk berlanjut sebagai kehamilan normal , diagnosis dan pengobatan secara dini sangatlah penting. Karena jika tidak akan meningkatkan persalinan prematur.
  • Kehamilan kimia, terjadi ketika telur dibuahi tetapi tidak pernah sepenuhnya menempel di dalam rahim.
  • Keguguran (baik terancam atau tidak), yang merupakan hilangnya kehamilan secara spontan saat usia kehmilan berusia 20 minggu pertama. Seringkali, perdarahan atau flek darah yang terjadi akibat keguguran akan disertai dengan gejala lain, seperti kram atau sakit perut.
  • Kehamilan ektopik, yang terjadi bila sel telur dibuahi namun tidak menempel pada rahim, malinkan menempel di tempat lain selain rahim, paling sering dalam tuba falopi. Oleh karena itu, terkadang disebut sebagai kehamilan tuba, kehamilan ektopik tidak bisa berjalan dengan normal dan mungkin dapat mengancam nyawa sang ibu jika dibiarkan tidak terdiagnosis.
  • Hamil Anggur, disebut juga sebagai kehamilan mola yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal pada plasenta, dan, bisa dengan janin yang normal ataupun tidak.

Baca: Ibu hamil harus tahu tanda-tanda keguguran

Keluar Flek Saat Hamil Usia 20 Minggu Berikutnya

Meskipun risiko keguguran berkurang setelah trimester pertama, dan sebagian penyebab-penyebab lain sudah tidak ada lagi (seperti kehamilan ektopik dan hamil anggur), keluarnya flek saat selama kehamilan paruh ke dua ini harus diperlakukan dengan sangat serius, terutama jika itu berlangsung terus menerus.

Penyebab Flek Perdarahan pada Kehamilan 20 Minggu terakhir, meliputi:

  • Akibat ber 'Hubungan'
  • Pemeriksaan serviks oleh dokter atau bidan, terutama di akhir trimester ketiga
  • Plasenta previa, yang terjadi ketika plasenta menutupi leher rahim baik sebagian atau seluruhnya
  • Solusio plasenta, dimana plasenta dan dinding rahim seolah hampir terpisah, dapat menyebabkan perdarahan yang berat dari jalan lahir dan untuk kedua dapat mengancam nyawa Ibu dan Bayi. Menurut American Academy of Family Physicians, solusio plasenta adalah penyebab paling umum dari perdarahan serius selama kehamilan. Kondisi ini jarang terjadi, dan hanya terjadi pada sekitar satu persen dari seluruh kehamilan.
  • Persalinan Prematur, di mana perdarahan yang disertai dengan kram atau kontraksi, nyeri panggul, atau sakit pinggang sebelum kehamilan berusia 37 minggu, bisa berakibat serius untuk bayi jika tidak ditangani dengan baik. Setelah usia kehamilan menginjak 37 minggu, gejala ini bisa menjadi tanda awal persalinan normal.

Intinya: Setiap adanya bercak atau flek pendarahan selama khamilan dapat merupakan gejala dari masalah yang lebih serius, jadi penting sekali untuk menghubungi dokter dengan segera. Bersiaplah untuk memberikan informasi tentang jumlah darah yang keluar dan keluah-keluhan apa saja yang menyertai, misalnya sakit perut, demam, lemas, pusing, dan sebagainya.

Apa yang bisa Anda Lakukan?

Semua perdarahan atau flek selama kehamilan harus dilaporkan kepada dokter atau bidan. Bersiaplah bahwa Anda mungkin dianjurkan untuk beristirahat atau 'menunggu dan melihat' (wait and see) apabila perdarahan ringan, jumlahnya kecil atau jika usia kehamilan Anda tergolong muda.

Jika pendarahan berat atau mengandung gumpalan dan disertai dengan kram perut, sakit punggung, maka biasanya Anda akan segera di rujuk ke unit gawat darurat atau bagian bersalin di rumah sakit.


27 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Von Stein GA, et al. (1992). Fetomaternal hemorrhage in threatened abortion. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=1738519)
Urbaniak SJ. (1998). The scientific basis of antenatal prophylaxis. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=9863973)
Tulandi T. (2017). Miscarriage (beyond the basics). (https://www.uptodate.com/contents/miscarriage-beyond-the-basics)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app