Ingin Operasi Lasik? Ketahui Terlebih Dahulu Prosedur dan Resikonya

Dipublish tanggal: Sep 10, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit

Operasi lasik semakin hari semakin populer. Meski terkenal mahal, prosedur bedah ini banyak dipilih karena sifatnya yang memberikan kesembuhan permanen pada penderita gangguan penglihatan

Sejak diperkenalkan pada tahun 1997 oleh salah satu klinik mata di Jakarta, hingga kini telah dilakukan lebih dari 30.000 prosedur lasik di Indonesia.

Apa Itu operasi lasik?

Lasik, yang merupakan singkatan dari Laser-Assisted In Situ Keratomileusis adalah prosedur bedah rawat jalan yang digunakan untuk mengobati rabun jauh, rabun dekat, dan astigmatisme.

Operasi lasik termasuk ke dalam jenis bedah refraktif atau prosedur bedah yang bertujuan mengubah bentuk kornea mata guna memperbaiki penglihatan.

Operasi lasik menggunakan sebuah laser yang digunakan untuk membentuk kornea untuk memperbaiki cara mata memfokuskan sinar cahaya ke retina di belakang mata. 

Prosedurnya, dokter menciptakan flap (pembukaan lapisan) tipis di kornea, baik menggunakan pisau atau laser. 

Flap tersebut dilipat kembali, lalu dengan akurat diangkat sejumlah jaringan kornea yang berada di bawah flap dengan menggunakan laser excimer. Flap ini kemudian dikembalikan ke tempat asalnya.

Operasi lasik berfungsi untuk meratakan kornea yang melengkung terlalu tajam bagi penderita rabun jauh. Namun, bagi orang yang memiliki rabun dekat, prosedur lasik berperan untuk melengkungkan kornea yang terlalu datar. 

Operasi lasik juga dapat menormalkan kornea mata bagi penderita astigmatisme.

Dengan melakukan operasi lasik, mata penggunaan kacamata dan softlens (lensa kontak) dapat dikurangi, atau bahkan bisa jadi terbebas dari keduanya.

Prosedur operasi lasik

Biasanya, untuk melakukan operasi lasik hanya membutuhkan waktu kurang lebih 10-15 menit. Bius yang digunakan hanyalah sejenis tetes mata yang membuat permukaan mata menjadi mati rasa

Sebelum dimulai pembedahan, penyangga kelopak mata dipasang untuk menjaga mata tetap terbuka dan mencegahnya berkedip. Cincin pengisap juga biasanya akan dipasang oleh ahli bedah untuk mencegah mata bergerak selama operasi.

Pembedahan dimulai dengan membuat sayatan kecil pada permukaan bola mata menggunakan pisau bedah kecil atau laser. Lipatan kornea kemudian akan dibentuk dari sayatan ini. 

Prosedur ini bertujuan untuk mengubah bentuk kornea yang akan diperbaiki sesuai kondisi yang dikehendaki.

Setelah itu, kornea mata akan ditutup kembali. Tidak perlu melakukan penjahitan, lipatan akan melekat dengan sendirinya dalam hitungan menit. Langkah selanjutnya, obat tetes mata diberikan untuk membantu penyembuhan.

Biasanya dokter akan menjadwalkan konsultasi satu hingga dua hari pasca operasi, tergantung hasil pemeriksaan. Pemulihan penglihatan akan memakan waktu tiga hingga enam bulan setelah operasi.

Resiko operasi lasik yang dapat terjadi

Seperti prosedur medis lainnya, operasi lasik juga memiliki sejumlah risiko, diantaranya:

  • Lipatan kornea yang bermasalah

Komplikasi, infeksi dan peradangan dapat terjadi pada saat prosedur pengangkatan lapisan luar kornea (flap). Flap tidak akan menempel pada kornea jika tidak dibuat secara benar

Kondisi mata kering biasanya terjadi selama enam bulan setelah operasi lasik. Akibatnya, produksi air mata berkurang. Obat tetes mata biasanya digunakan untuk mengatasi resiko ini.

  • Mata menjadi sensitif terhadap cahaya

Pasca operasi, pasien biasanya merasa silau dan seolah melihat lingkaran cahaya ketika berada di sekitar sumber cahaya.

  • Under Corrections

Kondisi ini terjadi ketika pengikisan jaringan mata yang terlalu sedikit oleh laser. Undercorrections lebih umum untuk orang-orang yang rabun jauh.

  • Over Corrections

Overcorrections terjadi saat laser mengikis terlalu banyak jaringan di mata Anda. Selain itu, overcorrections mungkin lebih sulit untuk diperbaiki daripada undercorrections.

Sebagai catatan, orang-orang yang memiliki mata kering, gangguan mata (glaukoma, katarak, herpes simpleks, atau cedera mata), penyakit autoimun, diabetes, dan penglihatan tidak stabil cenderung lebih tinggi kemungkinan mengalami resiko-resiko prosedur lasik di atas.

                    


11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
What should I expect before, during, and after surgery? U.S. Food and Drug Administration. https://www.fda.gov/medical-devices/lasik/what-should-i-expect-during-and-after-surgery#top.
When is LASIK not for me? U.S. Food and Drug Administration. https://www.fda.gov/medical-devices/lasik/when-lasik-not-me.
Yanoff M, et al., eds. LASIK. In: Ophthalmology. 5th ed. Elsevier; 2019. https://www.clinicalkey.com.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app