Haid Tapi Hamil, Apakah Mungkin?

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 3 menit
Haid Tapi Hamil, Apakah Mungkin?

Jawabannya tidak, tidak mungkin seorang wanita yang haid tapi hamil. Atau sebaliknya, wanita yang sudah hamil tentu tidak akan mengalami menstruasi. Jika ternyata ada darah yang keluar padahal Anda sudah dinyatakan hamil, maka sesungguhnya darah itu bukanlah darah haid, bahkan bisa jadi itu salah satu tanda keguguran yang harus diwaspadai.

Di sisi lain, ada darah yang keluar di sekitar waktu menstruasi dan ternyata itu bukanlah darah haid, melainkan bercak darah tanda hamil, atau disebut juga pendarahan implantasi. Fenomena ini sering tak disadari oleh sebagian wanita, mereka mennganggapnya sebagai darah haid biasa padahal itu tanda awal kehamilan.

Bercak darah tanda hamil hanya sedikit, beberapa tetes saja. Jadi apabila darah yang keluar sampai membasahi pembalut atau celana dalam, maka dapat dipastikan itu bukanlah pendarahan implantasi, bisa darah haid atau jenis pendarahan lainnya.

Proses Menstruasi vs. Kehamilan

Menstruasi atau haid adalah peristiwa bulanan yang terjadi selama sel telur yang di keluarkan tidak dibuahi. Telur dilepaskan sebulan sekali dari ovarium. Ketika tidak dibuahi, telur berjalan keluar dari rahim beserta pengikisan lapisan permukaan rahim sebagai darah haid.

Perdarahan selama menstruasi "normal" umumnya diawali dengan pendarahan ringan, kemudian menjadi lebih berat dan berwarna lebih gelap. Ketika mendekati akhir menstruasi, warna dan kuantitas juga menjadi ringan kembali.

Berbeda ketika sel telur berhasil dibuahi, maka hasil pembuahan (embrio) akan menanamkan diri di dinding rahum, dan kehamilan pun terjadi. Selama periode hamil ini, tidak ada sel telur yang dikeluarkan oleh ovarium. Dengan demikian, otomatis tidak ada haid selama hamil.

Jadi sudah jelas ya, tidak ada istilah haid tapi hamil. Sayangnya, ada beberapa kasus yang tidak jelas. Beberapa wanita mengklaim bahwa dirinya mengalami menstruasi saat hamil, sehingga memunculkan sebuah persepsi di masyarakat dengan istilah "haid tapi hamil", "haid saat hamil",  "hamil tapi haid", dan sebagainya.

Bisa dipastikan, keluarnya darah yang diduga haid tersebut sebenarnya adalah pendarahan implantasi atau pendarahan selama kehamilan. Seperti dijelaskan di bawah ini:

1. Perdarahan implantasi

Bercak darah akibat implantasi atau penanaman diri hasil pembuahan ke dalam dinding rahim berlangsung 6-12 hari sejak pembuahan (masa subur). Perdarahan ringan ini berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari. Sebagian besar wanita tidak menyadari bahwa dirinya sedang hamil, mengingat perdarahan ini hanya sedikit dan berlangsung sebentar saja.

Baca: Perbedaan Darah Haid dan Darah Awal Kehamilan

2. Keguguran

Hampir 50% ibu hamil di trimester pertama yang mengalami perdarahan berakhir dengan keguguran. Selain pendarahan, keguguran biasanya diikuti gejala-gejala lain seperti kram yang kuat di perut bagian bawah dan keluarnya jaringan atau gumpalan daging melalui jalan lahir.

Meskipun ketika perdarahan tidak disertai dengan gejala-gejala di atas, harus tetap diwaspadai dan sebaiknya segera memeriksakan diri ke bidan atau dokter kandungan.

3. Kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik atau di luar kandungan termasuk kejadian yang langka, hanya menimpa dua persen ibu hamil. Kehamilan ini terjadi ketika implantasi embrio terjadi di luar rahim, biasanya di tuba falopi.

Ketika embrio terus berkembang, maka saluran indung telur (tuba fallopi) tidak sanggup menampungnya dan akhirnya pecah. Pecahnya menyebabkan perdarahan hebat hingga membahayakan jiwa ibu hamil.

Selain perdarahan, kehamilan ektopik juga disertai dengan kram atau terasa sangat nyeri di perut bagian bawah, kepala pusing, bahkan pingsang.

4. Solusio plasenta

Perdarahan saat hamil tua yang terkadang diduga sebagai darah haid, salah satunya adalah solusio plasenta. Ini merupakan kondisi serius, ketika plasenta mulai terlepas dari dinding rahim sebelum waktu persalinan tiba.

Kondisi ini juga bisa terjadi meskipun tanpa menyebabkan perdarahan. Yang jelas, ibu hamil akan merasakan sakit perut yang tidak biasa.

5. Plasenta previa

Kondisi lain yang bisa menyebabkan perdarahan saat hamil tua adalah plasenta previa. Masalah ini terjadi ketika plasenta melekat pada rahim bagian bawah, berada di dekat mulut rahim, atau menutupi leher rahim.

Akibatnya, saat janin mulai turun mendekati jalan lahir, maka plasenta dapat terlepas dan menyebabkan banyak darah yang keluar.

Hal ini akan menyebabkan ibu dan bayi pada keadaan yang berbahaya. Untuk mengatasinya, ibu hamil biasanya direkomendasikan untuk menjalani operasi caesar.

Kesimpulannya, tidak mungkin ibu hamil mengalami haid. Tidak semua darah yang keluar dari jalan lahir adalah darah haid. Jika seorang wanita dinyatakan hamil, atau memiliki hasil tespek positif, maka setiap pendarahan setelah itu harus mendapatkan perhatian serius. Hubungi bidan atau dokter sebelum berakibat fatal.


8 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Mayo Clinic Staff. (2019). Bleeding during pregnancy: Definition. (http://www.mayoclinic.org/symptoms/bleeding-during-pregnancy/basics/definition/sym-20050636)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app