Sindrom Koroner Akut: Penyebab, Gejala, Hingga Cara Mengatasi

Dipublish tanggal: Sep 6, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Sindrom Koroner Akut: Penyebab, Gejala, Hingga Cara Mengatasi

Sindrom koroner akut adalah penurunan aliran darah ke jantung secara drastis karena adanya penyumbatan pada arteri koroner atau pembuluh darah jantung. Karena jantung tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup, maka kondisi ini lambat laun memicu serangan jantung. Bahkan bila tidak segera ditangani, masalah jantung ini bisa berujung pada kematian.

Tipe dan jenis sindrom koroner akut (SKA)

Sindrom koroner akut atau SKA terdiri dari 3 tipe dan jenis, yaitu:

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Skrining Jantung (Koroner) via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket skrining jantung (koroner) hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

1. Serangan angina tidak stabil

Serangan angina tidak stabil adalah kondisi di mana suplai darah ke jantung sangat terbatas, meskipun tidak ditemukan adanya kerusakan pada otot jantung. Jenis SKA ini tergolong paling ringan, tapi kalau dibiarkan terus tanpa penanganan medis bisa memicu kerusakan jantung atau STEMI.

2. Non-ST segment elevation myocardial infarction (NSTEMI)

NSTEMI terjadi ketika suplai darah ke jantung tidak sepenuhnya tersumbat. Namun, jenis sindrom koroner akut ini termasuk kondisi yang sangat darurat dan serius.

3. ST segment elevation myocardial infarction (STEMI)

Dibandingkan 2 jenis SKA sebelumnya, STEMI termasuk tipe sindrom koroner akut yang paling serius. Pasalnya, arteri koroner tersumbar secara total sehingga mengganggu suplai darah. Kondisi ini bisa terus menyebar sampai merusak area jantung.

Baca Juga: Macam-Macam Sakit Jantung dan Ciri-Cirinya

Penyebab sindrom koroner akut

Pada dasarnya, sindrom koroner akut ditandai oleh penyempitan pembuluh darah menuju ke jantung. Ada banyak hal yang bisa jadi penyebab sindrom koroner akut, antara lain:

  • Aterosklerosis, yaitu penumpukan plak pada dinding dalam arteri yang menyumbat aliran darah
  • Bekuan darah dari organ lain dalam tubuh dan terjebak pada arteri koroner
  • Komplikasi operasi jantung
  • Peradangan arteri koroner
  • Tusukan luka ke jantung
  • Mengonsumsi kokain yang membuat arteri koroner mengalami kejang
  • Gangguan jantung langka

Selain itu, ada beberapa hal lainnya yang juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena sindrom koroner akut, di antaranya:

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Skrining Jantung (Koroner) via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket skrining jantung (koroner) hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

  • Berusia lebih dari 45 tahun
  • Menderita hipertensi
  • Kadar kolesterol tinggi
  • Merokok
  • Mengonsumsi makanan tidak sehat
  • Obesitas
  • Menderita diabetes
  • Faktor genetik
  • Kurang olahraga dan aktivitas fisik

Baca Selengkapnya: Faktor Penyebab Penyakit Jantung Berdasarkan Jenisnya

Tanda dan gejala sindrom koroner akut

Karena berhubungan dengan jantung, gejala khas sindrom koroner akut adalah munculnya rasa nyeri di bagian dada dan cukup parah. Selain itu, ada juga tanda dan gejala sindrom koroner akut yang menyertainya, antara lain:

  • Dada terasa ditekan kencang
  • Rasa sakit menjalar sampai rahang dan lengan kiri
  • Berkeringat
  • Sesak napas
  • Pusing
  • Terasa mau pingsan
  • Mual
  • Gelisah
  • Denyut jantung tidak stabil

Penanganan sindom koroner akut

Memang tidak semua nyeri dada pasti mengarah pada sindrom koroner akut. Untuk memastikan penyebabnya apakah karena sindrom koroner akut atau bukan, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan yang meliputi:

1. Pemeriksaan fisik

  • Elektrokardiogram (EKG)
  • Tes darah, untuk melihat peningkatan enzim jantung
  • Pemindaian perfusi jantung, untuk menghitung jumlah darah dalam otot jantung selama beristirahat atau beraktivitas

2. Pemeriksaan pemindaian

  • Rontgen dada
  • Ekokardiografi
  • Angiografi

Sindrom koroner akut adalah kondisi darurat medis yang membutuhkan pertolongan sesegera mungkin untuk menghindari risiko kematian. Setelah didiagnosis SKA, dokter baru akan memberikan perawatan dan penanganan sesuai dengan kondisi pasien.

Sebagai langkah awal, dokter biasanya akan melakukan beberapa hal berikut:

  • Stabilisasi kondisi pasien atau evaluasi jalan napas dan keadaan umum
  • Pemberian oksigen
  • Pemberian aspirin
  • Pemberian clopidogrel
  • Pemberian obat antikoagulan untuk mencegah pembekuan darah
  • Pemberian nitrogliserin untuk melebarkan pembuluh darah jantung
  • Pemberian obat penghilang rasa nyeri, contohnya morfin

Ketika tes diagnosis sudah keluar, maka dokter akan melakukan tindakan lanjutan tergantung pada kondisi SKA pasien. Berikut beberapa penanganan sindrom koroner akut yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Operasi angioplasti koroner, dengan memasang cincin atau stenting atau bypass jantung untuk memperbaiki aliran darah ke jantung
  • Pembedahan, jika gejala SKA disertai dengan kerusakan otot jantung, tekanan darah menurun, syok, kerusakan dinding jantung kanan, dan nyeri dada yang tidak hilang walau sudah diobati.

Mungkinkah kita mencegah sindrom koroner akut?

Kabar baiknya, selalu ada peluang bagi kita untuk mencegah terkena sindrom koroner akut. Kunci terpentingnya adalah dengan menjalani pola hidup sehat setiap hari dan aktif bergerak.

Perhatikan asupan makanan yang Anda dan keluarga konsumsi sehari-hari. Hindari makanan berkolesterol tinggi dan lebih memperbanyak makanan berserat. Penting juga bagi Anda untuk segera berhenti merokok untuk menjaga kesehatan pembuluh darah dari risiko sindrom koroner akut.

Baca Juga: Begini Kondisi Jantung Saat Anda Memutuskan Berhenti Merokok

14 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Cayla G, et al. Updates and current recommendations for the management of patients with non-ST-elevation acute coronary syndromes: What it means for clinical practice. American Journal of Cardiology. 2015;115:10A.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app