​Anggapan Salah Mengenai Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)

Dipublish tanggal: Jun 20, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
​Anggapan Salah Mengenai Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)

Terdapat banyak mitos di masyarakat mengenai Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Banyak orang mengira bahwa ODGJ sama dengan orang gila yang sudah hilang kewarasannya. 

Masyarakat juga banyak mengira bahwa orang gila berisiko melakukan tindak kekerasan di masyarakat karena kehilangan kewarasannya.

Namun, benarkah anggapan-anggapan yang demikian itu? Anggapan-anggapan yang demikian bisa muncul karena memang tidak semudah itu untuk mengidentifikasi gangguan pada kejiwaan. 

Gangguan pada psikis cenderung sulit diidentifikasi dibandingkan gangguan pada fisik. Oleh karena itu, di bawah ini kita akan membedah hal-hal terkait Orang Dengan Gangguan Jiwa atau disebut juga ODGJ dan mitos yang terkait dengannya.

1. Masa kecil yang suram membuat orang menjadi gila

Banyak yang berpikir bahwa penyebab seseorang menjadi ODGJ adalah dikarenakan masa kecilnya yang tidak bahagia sehingga membuatnya depresi dan memiliki masalah pada psikisnya. 

Orang juga banyak memberi stigma pada penderita ODGJ disebabkan oleh sifatnya yang terlalu keras kepala atau justru lemah imannya dan sebagainya. 

Namun sebenarnya tidak semudah itu untuk menentukan penyebab seseorang menjadi ODGJ. Banyak faktor yang membuat seseorang menjadi ODGJ, seperti genetic, gaya hidup, pernah mengalami cedera kepala, cacat saat lahir hingga lingkungannya.

2. Mereka yang menderita gangguan pada kejiwaan terlalu mendramatisir keadaannya

Karena gangguan pada kejiwaan ini tidak terlihat secara fisik melainkan psikis, banyak orang yang berpikir bahwa mereka yang ODGJ hanyalah membesarkan keadaannya saja, atau istilah saat ini disebut lebay. 

Namun, patut diketahui bahwa penderita ODGJ sebenarnya juga mengalami masalah yang serius menyangkut psikis atau kejiwaannya. Mereka bahkan tidak bisa mengendalikan pikiran, perasaan dan perbuatan.

Orang-orang yang mengalami ODGJ tidak bisa dibiarkan sendiri tanpa dukungan oleh teman dan keluarga. Keluarga adalah tempat mereka mendapatkan pendampingan dan dukungan. 

Selanjutnya para penderita ODGJ harus dibantu kondisinya dengan dukungan dari tenaga kesehatan, komunitas, maupun pemerintah. Sayangnya, banyak masyarakat yang tidak paham meremehkan mereka yang mengalami gangguan kejiwaan.

3. Benarkah penderita ODGJ berisiko melakukan tindak kekerasan?

Meski mereka yang menderita ODGJ tidak dapat mengendalikan perasaan, pikiran dan perbuatannya dengan utuh, namun ini tidak serta-merta membuat mereka menjadi pelaku tindak kekerasan. 

Risiko penderita ODGJ melakukan tindak kekerasan sebenarnya sama dengan orang biasa. Bahkan menurut penelitian, dari sebanyak 3 hingga 5% pelaku tindak kekerasan yang terjadi melibatkan gangguan jiwa.

Bahkan ada riset yang membuktikan justru penderita ODGJ lebih banyak yang menjadi korban kekerasan dibandingkan menjadi pelaku kekerasan. Hal ini dikarenakan mereka yang menderita ODGJ lebih rentan mengalami pengasingan, dilecehkan bahkan di beberapa daerah di Indonesia mengalami pemasungan.

4. Mereka yang menderita ODGJ tidak dapat disembuhkan

Memang ada beberapa gangguan jiwa yang tidak dapat diobati secara total seperti skizofrenia, namun gangguan jiwa sendiri tidak hanya kegilaan total seperti skizofrenia. 

Beberapa gangguan kejiwaan seperti kleptomania, depresi, kecanduan maupun serangan kepanikan yang muncul tiba-tiba bisa disembuhkan sepenuhnya. 

Gangguan ini dapat disembuhkan dengan konseling maupun psikoterapi dan penanganan dokter yang tepat. Sementara untuk skizofrenia, pengobatan yang tepat dapat mengurangi intensitas kegilaan dan mengurangi gejalanya.

5. Hanya orang dewasa yang bisa menjadi ODGJ

Benarkah ini? Memang benar kita sering melihat sebagian besar penderita ODGJ yang sampai masuk rumah sakit jiwa merupakan orang dewasa, namun ternyata penelitian membuktikan 50% dari gangguan kejiwaan menyerang mereka yang berusia di bawah 14 tahun. 

Gangguan ini meliputi OCD, gangguan makan hingga skizofrenia.


48 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Treatment settings. National Alliance on Mental Illness. https://www.nami.org/Learn-More/Treatment/Treatment-Settings.
Newman L, et al. Early origins of mental disorder — Risk factors in the perinatal and infant period. BMC Psychiatry. 2016;16:270.
Risk and protective factors. Substance Abuse and Mental Health Services Administration.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app