3 Efek Samping Pemakaian Pelumas Vagina dan Cara Mengatasinya

Dipublish tanggal: Mei 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
3 Efek Samping Pemakaian Pelumas Vagina dan Cara Mengatasinya

Vagina kering memang menjadi masalah yang mengganggu kenikmatan hubungan seksual. Problem tersebut sebenarnya banyak dialami wanita terutama yang akan menginjak masa menopause

Jika Anda merasa hubungan dengan pasangan tidak mesra karena masalah tersebut, tenang saja karena ada solusi terpercaya. Pelumas vagina bisa Anda pakai agar penetrasi lebih mulus dan tidak

Namun faktanya, pengaplikasikan produk lubrikan tersebut juga mengandung risiko. Sebelum menggunakan, ada baiknya Anda mengetahui efek samping yang ditimbulkan. Aman atau tidaknya pemakaian pelumas vagina bisa Anda temukan jawabannya dibawah ini.

Risiko Penggunaan Pelumas Vagina bagi Kesehatan

Ada beberapa produk pelumas vagina yang bisa dikatakan aman. Anda harus berhati-hati dan pintar memilih. Meski begitu tetap ada efek samping yang ditimbulkan. Terlebih jika kondisi vagina kurang baik, dampaknya cukup berbahaya. Salah satunya adalah infeksi sesudah menstruasi yang disebabkan oleh bakteri. Adapun risiko pemakaian lubrikan yang harus Anda ketahui diantaranya adalah:

Tertular penyakit kelamin
Berbagai penyakit kelamin seperti gonore, klamidia, dan HIV AIDS bisa menular melalui penggunan pelumas vagina. Ini terjadi karena bahan kimia pada produk tersebut bisa merusak sel pada dinding vagina. Akibatnya, penyakit rentan menyerang Anda. Untuk mencegah penularan melalui lubrikan, sebaiknya pakai kondom saat berhubungan seks. Dan lakukan hubungan yang sehat dengan tidak berganti pasangan.

Infeksi bakteri vagina
Infeksi bakteri vagina merupakan sebuah permasalahan dimana jumlah bakteri koloni pada vagina tidak seimbang. Jumlah bakteri jahat lebih banyak dan mampu mengalahkan bakteri baik. Jika sudah begini, maka infeksi bisa menjangkiti Anda. Gejalanya seperti rasa gatal pada vagina, keputihan yang tidak normal, serta muncul bau.

Bacterial vaginosi terjadi karena pH pada pelumas vagina tidak sama dengan kadar pH vagina. Ketidakseimbangan ini menyebabkan bakteri baik mati. Akibatnya perlindungan vagina menjadi tak maksimal dan kebersihannya berkurang.

Infeksi jamur
Infeksi jamur juga terjadi karena ketidakseimbangan flora vagina. Jumlah bakteri baik yang lebih sedikit membuat jamur mudah tumbuh. Infeksi karena jamur pun tidak bisa dihindari. Gejala masalah ini diantaranya seperti vagina terasa gatal dan timbul benjolan di daerah intim. Pertumbuhan jamur pada vagina juga dipicu oleh kandungan gliserin pada pelumas vagina.  Jadi jika Anda ingin menggunakan lubrikan, sebaiknya pertimbangkan efek yang satu ini.

Cara Mengatasi Efek Samping Pemakaian Pelumas Vagina

Faktanya, risiko yang didapatkan akibat pemakaian lubrikan cukup mudah diatasi. Ada beberapa hal yang bisa Nada lakukan. Beberapa diantaranya adalah.

Sediakan sirkulasi udara yang baik
Biarkan vagina bernapas dengan menyediakan sirkulasi udara yang baik. Caranya dengan menggunakan pakaian dalam berbahan katun dengan ukuran yang tidak ketat. Hal ini bertujuan agar kondisi vagina tidak lembap. Tempat yang lembap membuat jamur mudah berkembang biak. Jika Anda sedang mengalami haid, sering-seringlah mengganti pembalut.

Merawat kebersihan vagina
Infeksi vagina yang ditandai dengan rasa gatal dan bau bisa disembuhkan dengan cepat. Caranya adalah menggunakan pembersih vagina yang mengandung povidone-iodine. Bahan antiseptik tersebut mampu membersihkan bakteri, kuman, dan jamur lebih efektif. Meski keseimbangan pHnya tidak berubah sehingga tidak mengurangi perkembangan bakteri baik di vagina.

Pergi ke dokter
Segera konsultasi ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala yang cukup mengganggu. Konsumsi obat sesuai dengan resep dokter. Pengguaan pelumas vagina memang berisiko, namun ada solusi untuk mengatasinya. Supaya pengaplikasiannya tidak berdampak buruk, sebaiknya konsultasi ke dokter agar mendapat produk lubrikan yang aman.


19 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app