Tiapride: Manfaat, Dosis, & Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 21, 2019 Update terakhir: Okt 25, 2020 Tinjau pada Jun 25, 2019 Waktu baca: 3 menit

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti, apa yang menyebabkan terjadinya gangguan jiwa pada seseorang. Walaupun demikian, banyak teori-teori yang dijadikan landasan sebagai dasar pengobatan orang dengan gangguan jiwa. 

Salah satunya adalah dengan melawan suatu reaksi kimia di otak yang menghambat senyawa yang dikenal dengan dopamin. Tapi perlu diingat, 

Dopamin tidak menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa, tetapi reaksi kimia yang tidak seimbang di otak dapat menyebabkan seseorang memperlihatkan gejala-gejala psikotik.

Mengenai Tiapride

Golongan:

Obat resep

Kemasan:

Injeksi

Kandungan:

Obat agen neuroleptik atipikal

Manfaat Tiapride

Tiapride adalah obat agen neuroleptik atipikal (obat anti-psikotik), yang merupakan antagonis reseptor dopamin D2 selektif, artinya obat ini bekerja dengan menghambat reaksi dopamin di otak. 

Tiapride memberikan efek antidopaminergik, dan juga aktivitas anti kecemasan yang dimediasi oleh mekanisme yang kurang dipahami. Berbeda dengan benzodiazepin (obat antipsikotik yang sudah sangat umum digunakan), 

Tiapride tidak mempengaruhi tingkat kesadaran seseorang dan memiliki potensi rendah untuk berinteraksi dengan alkohol (etanol), dan jarang disalahgunakan.

Tiapride juga dapat digunakan bagi orang-orang pecandu alkohol dengan cara memperbaiki gejala akibat penarikan jika tidak mengkonsumsi alkohol, dengan disertai terapi tambahan, Tiapride juga dapat digunakan untuk mengatasi halusinasi dan kejang.

Karena mungkin terbukti sulit untuk mengidentifikasi pasien tersebut dan ada juga risiko kecil. Namun demikian,penggunaan obat ini, relatif terbebas dari komplikasi terkait dengan terapi menggunakan benzodiazepine. Penggunaan obat ini cocok untuk detoksifikasi alkohol sebagai pasien rawat jalan.

Tiapride memperbaiki tekanan psikologis, mengurangi kebiasaan minum alkohol dan dalam jangka pendek memfasilitasi reintegrasi dalam masyarakat. 

Namun, potensi risiko tardive dyskinesia (gangguan kordinasi dan gerakan) pada dosis yang digunakan (300 mg / hari) memerlukan evaluasi dan memerlukan pengawasan medis.

Tiapride mungkin akan akan menjadi salah satu obat yang bisa digunakan dalam penanganan pasien alkoholik yang cocok untuk detoksifikasi dalam pengaturan rawat jalan.

Khasiat terapeutik dari Tiapride telah telah terbukti pada beberapa gangguan saraf dan telah diindikasikan pada beberapa kelainan seperti chorea (gerakan abnormal yang tidak dapat dikendalikan), analgesia, kecemasan pada orang tua, diskinesia wajah, diskinesia tardive, dan koreografi Huntington. Namun, fokus dari tinjauan ini adalah penggunaan Tiapride dalam pengelolaan sindrom ketergantungan alkohol (etanol).

Berapa Dosis yang sesuai pada penggunaan Tiapride?

Untuk pengobatan delirium atau pra-delirium selama penghentian alkohol, Tiapride intravena atau intramuskular 400 hingga 1200 mg / hari diberikan 4-6 jam setiap dianjurkan, ditingkatkan menjadi 1500 mg / hari jika diperlukan. 

Namun, dosis yang dianjurkan untuk pengobatan agitasi dan agresivitas adalah 200 hingga 300 mg / hari selama 1 hingga 2 bulan, atau lebih lama dengan pengawasan medis.

Dosis yang lebih tinggi direkomendasikan untuk pengobatan gerakan abnormal (300 hingga 5OO mg / hari) dan mungkin diperlukan untuk mengurangi tremor selama penghentian alkohol. 

Tiapride 300 mg / hari telah terbukti bermanfaat dalam pengobatan pasien yang mengikuti detoksifikasi alkohol. Dosis harus dikurangi pada pasien dengan insufisiensi ginjal.

Apa efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan Tiapride?

Meskipun dianggap sebagai obat yang relative "aman", seperti Tiapride, Tiapride dikontraindikasikan secara ketat untuk pasien di bawah usia 18 tahun karena efeknya selama proses pubertas. Hal ini berkaitan dengan efek sampingnya pada kadar hormon prolaktin, yang terlibat dalam perkembangan seksual.

Tiapride diduga dapat menyebabkan kadar hormon prolaktin berlebih dalam darah yang dapat menyebabkan penurunan libido, infertilitas dan peningkatan risiko kanker payudara

Ini karena dopamin memainkan peran utama dalam mengatur pelepasan prolaktin. Jadi, ketika Tiapride memblokir reseptor-reseptor ini sel-sel ini dihambat dan melepaskan lebih banyak prolaktin.

Dosis di atas sekitar 300 mg / hari berisiko menginduksi terjadinya tardive dyskinesia. Namun, mengingat dosis obat yang cukup luas dari dosis yang dapat ditoleransi, dosis seringkali dapat dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan tanpa menimbulkan gangguan saraf. 

Secara umum, Tiapride dianggap sebagai antipsikotik atipikal karena memiliki risiko rendah menimbulkan berbagai gejala saraf lain seperti akinesia dan akathesia. Efek ini dianggap lebih sedikit dibandingkan dengan obat antipsikotik lainnya.

Interaksi Obat

Walau beberapa obat tidak boleh dikonsumsi bersamaan sama sekali, pada kasus lain beberapa obat juga bisa digunakan bersamaan meskipun interaksi mungkin saja terjadi. 

Selalu beritahukan dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat lain baik yang dijual bebas maupun dari resep dokter. 



7 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Yuan, Y. & Li, L.H. & Huang, Y.J. & Lei, L.F.. (2016). Tiapride is more effective and causes fewer adverse effects than risperidone in the treatment of senile dementia. European review for medical and pharmacological sciences. 20. 3119-3122. European Review for Medical and Pharmacological Sciences. (https://www.europeanreview.org/article/11186)
Karia S, Shah N, De Sousa A, Sonavane S. Tiapride for the treatment of auditory hallucinations in schizophrenia. Indian J Psychol Med 2013;35:397-9. Indian Journal of Psychological Medicine. (http://www.ijpm.info/article.asp?issn=0253-7176;year=2013;volume=35;issue=4;spage=397;epage=399;aulast=Karia)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app