Taeniasis - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Jan 7, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Feb 28, 2019 Waktu baca: 3 menit

Bagi Anda yang gemar mengkonsumsi daging mentah, Anda harus lebih berhati-hati, walaupun beberapa daging seperti daging sapi dan daging domba bisa dikonsumsi tanpa harus dimasak 100% matang, tetapi proses penanganan daging dari tempat pemotongan hewan hingga ke atas meja makan bisa saja tidak terlalu baik, sehingga mengakibtakan daging yang akan kamu santap tersebut tercemar oleh suatu organisme yang dapat menyebabkan penyakit.

Salah satu contoh penyakit yang paling sering disebabkan oleh konsumsi daging mentah adalah Taeniasis. Taeniasis adalah kondisi dimana Cacing Taenia atau yang lebih dikenal dengan sebutan cacing pita masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan penyakit. Untuk lebih jelasnya mengenai taeniasis, yuk disimak artikel yang satu ini.

Apa itu Taeniasis?

Taeniasis adalah infeksi cacing pita pada usus yang disebabkan oleh makan daging sapi atau daging babi yang terkontaminasi dengan cacing spesies taenia. Ada berbagai macam jenis cacing Taenia, tetapi yang paling sering terjadi khususnya di Indonesia adalah taeniasis akibat infeksi dari :

  • Taenia saginata (cacing pita pada daging sapi)
  • Taenia solium (cacing pita pada daging babi)

Anda bisa terkena taeniasis dengan memakan daging sapi atau babi mentah atau daging setengah matang. Kontaminasi bisa terjadi akibat dari telur cacing pita atau larva yang masuk ke dalam saluran cerna ketika dimakan.

Sebenarnya infeksi dari cacing pita bisa dicegah, karena daging sapi atau daging babi yang dimasak sepenuhnya akan menghancurkan larva dari cacing pita tersebut, sehingga mereka tidak dapat hidup di tubuh Anda.

Cacing pita dapat tumbuh hingga sepanjang 12 kaki. Ia dapat hidup di usus selama bertahun-tahun tanpa menimbulkan gejala apapun. Cacing pita memiliki segmen di sepanjang tubuh mereka. Masing-masing segmen ini dapat menghasilkan telur. Saat cacing pita dewasa, telur-telur ini akan keluar dari tubuh dan Anda dapat menemukannya di dalam tinja.

Biasanya taeniasis terjadi karena faktor kebersihan yang buruk. Setelah larva cacing pita terdapat pada kotoran, larva-larva tersebut dapat menyebar melalui kontak dengan tinja. Oleh karena itu, Anda harus mencuci tangan dengan benar untuk membantu mencegah penyebaran infeksi ini.

Apa saja masalah kesehatan yang dapat disebabkan oleh kondisi ini?

Taeniasis biasanya ditandai dengan gejala ringan dan tidak spesifik. Nyeri perut, mual, diare, atau konstipasi dan berkurangnya berat badan tanpa direncanakan dapat muncul ketika cacing pita berkembang di usus, 6-8 minggu setelah konsumsi daging yang mengandung cysticerci (larva cacing pita). Gejala-gejala ini dapat berlanjut sampai cacing pita mati setelah pengobatan, jika tidak diobati, cacing pita dapat hidup dan berkembang selama bertahun-tahun.

Infeksi T. solium dapat menghasilkan dua kondisi yang berbeda: taeniasis dan cysticercosis. Sementara cacing pita dewasa di usus manusia (taeniasis) tidak memiliki dampak kesehatan yang besar, Infeksi cacing pita dapat berkembang menjadi cysticercosis jika terdapat larva cacing pita (cysticerci) di otot, kulit, mata dan sistem saraf pusat. Jika hal ini terjadi, maka masalah kesehatan yang lebih serius bisa terjadi. Ketika kista berkembang di otak, kondisi ini disebut sebagai neurocysticercosis. Gejalanya termasuk sakit kepala parah, kebutaan, kejang dan serangan epilepsi. Kondisi ini bisa berakibat fatal.

Penanganan yang tepat untuk menangani Taeniasis

Taeniasis adalah penyakit yang dapat dicegah dengan menjaga kebersihan lingkungan dan hanya mengkonsumsi daging yang benar-benar matang. Taeniasis dapat diobati dengan mudah apabila dapat dideteksi sejak dini. Yang menjadi masalah adalah kurangnya alat diagnostik yang sederhana, hemat biaya dan cepat untuk digunakan dalam kondisi lapangan untuk mendeteksi pembawa Taenia.

Hingga saat ini, deteksi cacing pita dilakukan dengan mencari telur, larva atau bahkan cacing pita dewasa pada kotoran manusia yang diduga terinfeksi cacing pita.

Untuk pengobatannya, Taeniasis dapat diobati dengan praziquantel (5-10 mg / kgBB, pemberian tunggal) atau niclosamide (dewasa dan anak di atas 6 tahun: 2 g, anak-anak berusia 2-6 tahun: 1 g; anak di bawah 2 tahun: 500 mg, pemberian tunggal -administrasi setelah makan diikuti setelah 2 jam oleh pencahar).

Saat ini, manajemen klinis dan pedoman pengobatan untuk neurocysticercosis sedang dikembangkan oleh panel ahli dengan sekretariat di WHO. Sejauh ini, pengobatan harus disesuaikan dengan kasus pada masing-masing individu.

Pengobatan penyakit aktif mungkin termasuk operasi dan / atau program konsumsi praziquantel dan / atau albendazole jangka panjang, serta terapi pendukung dengan kortikosteroid dan / atau obat anti-epilepsi, karena penghancuran kista dapat menyebabkan respon peradangan. Dosis dan durasi pengobatan dapat sangat bervariasi dan tergantung terutama pada jumlah, ukuran, lokasi dan tahap perkembangan kista, dan keparahan gejala klinis.


6 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Burke, D. Healthline (2018). Taeniasis. (https://www.healthline.com/health/taeniasis)
Mayo Clinic (2017). Disease and Conditions. Tapeworm Infection. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tapeworm/symptoms-causes/syc-20378174)
NHS Choices UK (2017). Health A-Z. Tapeworms. (https://www.nhs.uk/conditions/tapeworms/)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app