Serangan Panik - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Jan 16, 2019 Update terakhir: Nov 7, 2020 Tinjau pada Feb 28, 2019 Waktu baca: 4 menit

Pernahkah Anda merasa cemas saat sedang mau melakukan interview pekerjaan atau menghadapi ujian? Saat Anda mengalami hal-hal tersebut Anda merasa sangat cemas dan panik, bukan? Mungkin beberapa di antaranya bahkan mengalami kepanikan 10 kali lipat lebih berat sampai-sampai mau pingsan. Jika Anda pernah mengalaminya, maka Anda mengalami suatu kondisi yang disebut dengan serangan panik. Lantas, apa bedanya cemas biasa dengan serangan panik? Mari simak artikel berikut ini.

Apa itu serangan panik?

Secara umum, serangan panik mirip dengan kecemasan yang sering dialami semua orang. Bedanya, serangan panik terjadi dalam waktu yang lebih singkat tapi dengan intensitas yang jauh lebih berat.

Serangan panik adalah serangan tiba-tiba dari rasa takut atau ketidaknyamanan yang mencapai puncak dalam beberapa menit. Penderitanya tidak mengalami cemas biasa, tapi sensasinya lebih berat. 

Meskipun kecemasan sering disertai dengan gejala fisik, seperti jantung yang berdetak atau mual, yang membedakan serangan panik dengan gejala kecemasan adalah intensitas dan durasi gejala. Serangan panik biasanya mencapai tingkat intensitas puncaknya dalam 10 menit atau kurang, kemudian mereda.

Karena itulah, serangan panik sering kali disalahartikan dengan kondisi kesehatan lainnya seperti sakit jantung, masalah tiroid, gangguan pernapasan, dan penyakit lainnya. Orang-orang dengan gangguan panik sering konsultasi ke dokter untuk memeriksakan kesehatan mereka, karena mereka yakin bahwa mereka memiliki masalah kesehatan yang serius.

Mengenai serangan panik

Penyebab

Serangan panik dapat terjadi secara tidak terduga, baik dalam keadaan tenang maupun cemas. Serangan panik terjadi akibat adanya ketidakseimbangan kimiawi dalam tubuh karena respon sistem simpatik (fight response).

Meskipun serangan panik adalah ciri khas gangguan panik, terkadang serang panik datang bersamaan dengan gangguan psikologis lainnya. Misalnya, orang dengan gangguan kecemasan sosial mungkin mengalami serangan panik sebelum memberikan ceramah.

Begitu juga pada orang dengan gangguan obsesif-kompulsif, mereka dapat mengalami serangan panik ketika dicegah untuk melakukan sesuatu yang harus mereka lakukan.

Gejala

Seseorang dapat dikatakan mengalami serangan panik jika mengalami setidaknya 4 dari gejala berikut:

Pencegahan serangan panik

Serangan panik sangat tidak menyenangkan dan bisa sangat menakutkan. Akibatnya, orang-orang yang mengalami serangan panik berulang menjadi sangat khawatir dengan serangan lain. Anda mungkin rela mengubah gaya hidup sehat demi menghindari serangan panik. Misalnya, menghindari olahraga untuk menjaga detak jantung tetap rendah.

Diangosis serangan panik bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk memastikannya. Bahkan, penderitanya sering takut dan malu untuk memberi tahu siapa pun, termasuk dokter atau orang yang mereka cintai. Pasalnya, mereka takut dilihat sebagai orang yang aneh atau gila, padahal gejala yang dirasakan mengarah pada serangan panik. 

Kebanyakan penderita serangan panik tidak tahu jika mereka memiliki suatu masalah psikis yang sangat bisa diobati. Oleh karena itu, edukasi terhadap masyarakat harus diberikan agar masyarakat dapat membantu mencegah gejala serangan panik semakin parah. 

Namun memang, belum diketahui cara terbaik yang dapat mencegah serangan panik. Yang terpenting, bila Anda atau kerabat terdekat mengalami gejala serangan panik tadi, segera konsultasikan ke dokter. Semakin cepat dideteksi, maka gejala serangan panik juga akan semakin mudah dikendalikan.

Pengobatan serangan panik

Serangan panik merupakan salah satu jenis kegawatdaruratan psikologis. Oleh karena itu, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi serangan panik pada penderitanya, yaitu: Adapun beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi pasien serangan panik yang datang dengan keluhan nyeri dada, sesak napas, palpitasi, atau nyaris pingsan antara lain: 

  • Terapi oksigen 
  • Membaringkan pasien dalam posisi Fowler atau setengah duduk
  • Memonitor tanda-tanda vital, saturasi oksigen, dan EKG
  • Memeriksa ada-tidaknya kelainan lain yang dialami pasien, seperti kelainan kardiopulmoner. 
  • Memberikan penjelasan dan motivasi pada pasien kalau semua keluhan yang dialaminya dapat berkurang jika dia menenangkan diri. 

Sebisa mungkin, berikan penjelasan pada pasien bahwa kondisi yang dialaminya bukanlah disebabkan oleh kondisi medis yang serius atau gangguan mental yang parah. Akan tetapi, kondisi ini lebih diakibatkan oleh ketidakseimbangan kimiawi dalam tubuh karena respon sistem simpatik (fight response). 

Berikut ini beberapa jenis pengobatan yang dapat diberikan untuk mengatasi serangan panik, yaitu:

Pemberian obat-obatan

Dokter mungkin akan memberikan suntik lorazepam supaya pasien lebih tenang. Obat ini juga dapat membantu mengurangi impulstak terkontrol pasien. Bila keadaan pasien membaik, suntik lorazepam dapat diganti dengan lorazepam oral atau golongan benzodiazepin lain.

Perlu dicatat bahwa terapi ini tidak boleh diberikan lebih dari 1 minggu untuk mencegah ketergantungan. Benzodiazepin digunakan hanya untuk meningkatkan kepercayaan diri pasien. Setelah serangan panik berlalu, pasien harus dijelaskan mengenai pentingnya terapi jangka panjang, misalnya terapi perilaku kognitif (CBT), dan penggunaan obat jenis SSRI.

Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif (CBT) termasuk salah satu jenis terapi bicara yang dapat diandalkan untuk mengatasi serangan panik. Terapi ini memiliki efikasi yang lebih tinggi dalam mengatasi gangguan panik dan biayanya lebih murah. Selain itu, tingkat drop out dan relaps juga lebih rendah jika dibandingkan dengan terapi farmakologi. Bila ingin hasil yang maksimal, sebaiknya kombinasikan terapi perilaku kognitif dengan farmakoterapi.

Ada beberapa metode terapi perilaku kognitif, yaitu metode restrukturisasi, terapi relaksasi, terapi bernapas, dan terapi interocepative. Namun secara keseluruhan, terapi CBT ini berfungsi untuk membantu pasien dalam memahami cara berpikir yang baik dan benar, supaya respon emosionalnya tidak berlebihan. Dengan begitu, hal ini dapat mengurangi gejala serangan panik yang mengganggu. 

Melalui metode restrukturisasi, pasien dapat mengubah cara pikirannya dari yang semula negatif menjadi pemikiran positif. Alhasil, perasaan tidak nyaman yang memicu serangan panik akan berubah menjadi lebih tenang dan nyaman. Sementara itu, terapi relaksasi dan bernapas juga dapat digunakan untuk membantu pasien mengendalikan kecemasan dan mencegah hypocapnia ketika serangan panik terjadi.


31 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Knott, L. Patient (2016). Panic Attacks and Panic Disorder. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1444835/)
Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Panic Attacks and Panic Disorder. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/panic-attacks/symptoms-causes/syc-20376021)
NHS Choices UK (2017). Health A-Z. Panic Disorder. (https://www.nhs.uk/conditions/panic-disorder/)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app