Retensio Plasenta - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Jan 17, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Feb 28, 2019 Waktu baca: 3 menit

Retensio Plasenta - Definisi, Gejala, dan Pengobatan

Retensio plasenta merupakan suatu kelainan plasenta yang ditemukan setelah kelahiran. Kelainan tersebut berupa keterlambatan plasenta yang belum lahir selama 30 menit setelah bayi lahir. Normalnya plasentagt;dapat keluar segera setelah baru lahir. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan pada proses jalan lahir dan membahayakan ibu.

Pengertian Mengenai Plasenta

Plasenta merupakan organ yang terdapat di dalam rahim ibu saat mengandung janin. Seluruh perkembangan janin bergantung pada hasil metabolisme yang diproduksi di dalam plasenta. Selain itu hormon estrogen dan progersteron juga diproduksi di dalam plasenta dan memiliki peran penting selama masa kehamilan hingga kelahiran.

Penyebab Retensio Plasenta

Dalam kelahiran normal, bayi yang sudah keluar akan segera mengeluarkan plasenta dari rahim secara spontan tanpa tarikan dari tenaga medis. Plasenta yang sudah lepas dari dinding rahim terjadi hambatan saat akan keluar. Penyebab yang dapat menimbulkan retensio plasenta antara lain:

  • Kandung kemih yang penuh
  • Kontraksi uteri yang kurang
  • Kesalahan pada proses melahirkan (kala 3)
  • Kontraksi serviks yang terlalu cepat sehingga menahan plasenta keluar
  • Plasenta yang lepas akibat tarikan mekanik
  • Ukuran plasenta yang sangat kecil

Jenis Retensio Plasenta

Jenis- jenis retensio plasenta terdiri dari:

  • Plasenta akreta

Plasenta yang tertanam hinga sebagian lapisan otot rahim

  • Plasenta inkreta

Plasenta yang tertanam hingga mencapai keseluruhan otot rahm

  •  Plasenta inkarserata

Tertahannya plasenta akibat mulut rahim yang menyempit

  • Plasenta adhesiva

Kegagalan mekanisme separasi fisiologis akibat tertanamnya palsenta pada rahim

Gejala Retensio Plasenta

Gejala dan tingkat keparahan yang ditimbulkan pada retensio plasenta bergantung pada jenis perelakata plasenta seperti yang disebutkan di atas. Saat setekah kelahiran bayi, apabila plasenta tidak segera dilahirkan akan menimbulkan gejala yaitu:

  • Kontraksi uterus yang kurang baik
  • Konsistensi serviks menjadi kenyal
  • Pendarahan sedang hingga berat
  • Penjuluran tali pusat tanpa melahirkan plasenta
  • Peningkatan tinggi fundus

Plasenta yang belum terlepas dari dinding rahim tidak akan menimbulkan pendarahan. Tetapi apabila plasenta sudah terlepas, maka muncul pendarahan segera yang banyak sehingga dapat menimbulkan resiko syok hipovolemik akibat pendarahan terus-menerus. Pendarahan sulit berhenti akibat kontraksi uterus yang lemah sehingga pembuluh darah tetap terbuka dan pendarahan terus berlanjut.

Kesalahan pada manajemen melahirkan kala 3 persalinan dapat mengakibatkan kntraksi uterus dan serviks dapat bermasalah. Plasenta akan tertahan di serviks yang mengencang dan menghambat pengeluaran plasenta. 

Penanganan Pada Retensio Plasenta

Terhambatnya plasenta yang keluar dapat beresiko mengakibatkan pendarahan pada ibu.  Apabila terjadi retensio plasenta setelah lahir, penanganan dini harus segera dilakukan. Berikut tahap-tahap retensio plasenta yang dilakukan tenaga medis untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi.

  • Mencegah Hipovolemik

Syok hipovolemik terjadi akibat pendarahan akut yang terus keluar segera setelah plasenta lepas dari dinding rahim. Maka dari itu pemberian infus cepat diberikan agar tekanan darah, nadi, dan oksigen selau ada dalam angka stabil

  • Meningkatkan Kontraksi Uterus

Kontraksi uterus harus ditingkatkan agar plasenta lebih cepat keluar berkat bantuan kontraksi uterus. Dokter akan memberikan oksitosin (35 unit syntocinon) yang bersamaan dengan cairan infus.

  • Persiapan transfusi

Transfusi darah disiapkan apabila timbul pendarahan kronis yang membutuhkan transfusi darah segera guna melancarkan pengeluaran plasenta tanpa membahayakan jiwa ibu.

  • Manual Plasenta

Metode manual plasenta dilakukan dengan melepaskan plasenta secara manual dengan bantuan tangan sedangkan tahan lain menahan dinding rahim dari luar. Syarat yang perlu diperhatikan sebelum melakukan plasenta manual adalah bayi sudah lahir sepenuhnya, pendarahan kurang dari 400 cc, dan plasenta tertahan di dalam uterus lebih dari 30 menit,

  • Kuret

Kuretase atau kuret dilakukan setelah plasenta keluar seutuhnya oleh bantuan tangan atau masih ada jaringan sisa plasenta yang belum keluar seluruhnya. Kuretase dilakukan di rumah sakit oleh dokter spesialis kandungan yang berpengalaman. Kesalahan dalam kuretase malah dapat beresiko merusak dinding rahim yang tipis dan dapat memicu pendarahan kembali dari rahim

  • Pemberian antibiotik

Pemberian antibiotik bagi ibu bertujuan untuk mencegah infeksi paska persalinan dan paska penanganan retensio plasenta.


9 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Nall, R. Healthline (2016). Labor and Delivery: Retained Placenta. (https://www.healthline.com/health/pregnancy/complications-retained-placenta)
American Pregnancy Association (2017). Retained Placenta. (https://americanpregnancy.org/pregnancy-complications/retained-placenta/)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app