Perlukah Antibiotik Untuk Batuk Agar Cepat Sembuh?

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 3 menit
Perlukah Antibiotik Untuk Batuk Agar Cepat Sembuh?

Ada banyak alasan mengapa batuk bisa bertahan selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Antibiotik untuk batuk hanya diperlukan apabila disebabkan oleh infeksi bakteri dengan sejumlah tanda-tanda dan gejala yang menyertai.

Batuk itu sendiri dapat disebabkan oleh penyakit infeksi ataupun non-infeksi. Sebagian besar infeksi disebabkan oleh virus, sisanya oleh bakteri dan mikroorganisme lainnya. Sedangkan penyebab non-infeksi yang dapat menyebabkan batuk seperti gastroesophageal reflux atau GERD (sakit maag), asma, atau postnasal drip pada sinusitis.

Penyakit yang paling sering menyebabkan batuk adalah bronkitis akut. Batuk yang ditimbulkannya dapat berlangsung selama beberapa hari dan tidak disertai gejala klasik berupa demam. Meskipun begitu, pada penyakit influenza yang diawali dengan demam, sakit kepala, dan hidung tersumbat dapat berlanjut menjadi bronkitis akut dengan gejala batuk hingga 3 mingguan.

Pada kondisi di atas, kebanyakan dokter atau penyedia layanan kesehatan memperlakukan pasien yang baru saja mengalami gejala di atas dengan meresepkan antibiotik, dan seringkali antibiotik spektrum luas. Jadi apakah memang sudah waktunya minum antibiotik untuk batuk tersebut?

Dalam kebanyakan kasus tidak! Antibiotik tidak tepat diberikan untuk mengobati batuk tanpa tanda-tanda infeksi bakteri!

Mengapa? Jawabannya sederhana: Hampir semua kasus bronkitis akut disebabkan oleh virus, dan virus tidak terpengaruh dengan antibiotik. Jadi, dalam sebagian besar kasus di mana batuk adalah gejala utamanya, antibiotik tidak akan membantu.

Berbeda halnya jika batuk tersebut disebabkan oleh bakteri, seperti pada kasus Pneumonia, maka penggunaan antibiotik sangat diperlukan. Meskipun sebagian penyakit pneumonia juga dapat disebabkan oleh virus.

Apa perbedaan antara bronkitis dan pneumonia?

Bronkitis akut adalah peradangan saluran udara besar (alias bronkus) yang menyalurkan udara ke paru-paru yang disebabkan oleh virus. Gejala utama bronkitis adalah batuk, terkadang disertai gejala sistemik (mual, nyeri tubuh, dll). Nyeri di dinding dada dapat terjadi akibat ketegangan otot akibat batuk.

Sedangkan pneumonia mengacu pada radang paru-paru, yang melibatkan kantung udara (alias alveoli) yang mentransfer oksigen ke darah. Penyakit ini lebih  serius daripada bronkitis, dengan banyak kemungkinan penyebab, termasuk infeksi bakteri dan virus. Gejalanya terdiri dari kombinasi batuk, demam, produksi sputum (dahak), dan gejala konstitusional (lemah, sakit kepala, kelelahan, mual, tidak ada nafsu makan).

Baca:

Untuk lebih memahami penggunaan antibiotik untuk batuk, simak beberapa pertanyaan yang sering diajukan berikut ini:

Batuk saya sudah berhari-hari, apakah itu tidak apa-apa? 

Batuk yang disebabkan bronkitis akut biasanya berlangsung 10 hingga 20 hari. Dalam satu penelitian, batuk sembuh di hari ke 14 pada tiga perempat pasien dengan bronkitis virus, tetapi pada penelitian lain lebih lama dengan rata-rata 24 hari. Jadi tak perlu terlalu khawatir jika batuk belum sembuh tanpa disertai gejala mengkhawtirkan lainnya.

Bukankah batuk dengan dahak berwarna hijau atau kuning berarti memerlukan antibiotik? 

Tidak. Dahak purulen seperti itu terjadi pada 50% pasien dengan bronkitis akut (virus). Hal ini biasanya terjadi akibat peluruhan sel-sel dari trakea dan saluran udara, bersama dengan sel-sel inflamasi. Purulensi tidak selalu menandakan infeksi bakteri.

Baca: Batuk Berdahak Hijau? Ini Penyebab dan Obatnya

Apakah saya perlu tes darah atau rontgen dada? 

Untuk sebagian besar kasus bronkitis akut, diagnosis cukup didasarkan pada gejala dan pemeriksaan fisik, pengujian lebih lanjut tidak diperlukan. Foto rontgen dada dapat dilakukan jika Anda memiliki tanda-tanda vital yang tidak normal (denyut lebih cepat dari 100 kali / menit, frekuensi pernapasan lebih dari 24 kali / menit, atau suhu tubuh lebih dari 37.8 ºC).

Namun berbeda untuk pasien di atas 75 tahun yang mungkin mengalami pneumonia tanpa disertai demam yang signifikan sehingga pernapasan cepat, penurunan saturasi oksigen, dan penurunan status mental dengan batuk harus tetap mengarah pada rontgen dada.

Lantas, obat apa yang harus saya minum untuk mengobati bronkitis akut? 

Anda dapat menggunakan obat simptomatik untuk meringankan setiap gejala yang muncul. Misalnya, obat anti-inflamasi nonsteroid seperti: ibuprofen atau acetaminophen (parasetamol) dapat diandalkan untuk mengatasi demam dan sakit badan.

Penggunaan rutin inhaler seperti albuterol untuk pengobatan bronkitis akut tidak membantu. Demikian pula kebanyakan obat penekan batuk yang dijual di pasaran. Obat penekan batuk yang diresepkan seperti benzonatate kapsul atau obat batuk kodein dirasa membantu, namun tidak sangat baik.

Madu, ternyata dapat diandalkan untuk menekan batuk, bahkan lebih baik daripada obat bebas pada anak-anak, dan mungkin pada orang dewasa juga. Madu bekerja dengan membentuk film yang menenangkan di atas selaput lendir bronkus yang teriritasi.


6 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Chronic Cough: Treatment, Home Remedies, Symptoms, Causes & Prevention. MedicineNet. (https://www.medicinenet.com/chronic_cough/article.htm)
Antibiotic No Better For Coughs, Uncomplicated Chest Infections Than No Medication. Medical News Today. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/254295)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app