Limfedema - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 13, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Tinjau pada Mei 6, 2019 Waktu baca: 4 menit

Apa itu Limfedema?

Limfedema atau obstruksi limfatik adalah pembengkakan atau edema limfatik pada salah satu atau lebih bagian tubuh, biasanya pada area tangan, kaki, tungkai. Kondisi ini terjadi ketika sistem limfa yang menjadi bagian imun tubuh mengalami penyumbatan. Akibatnya, kerja limfa jadi terganggu dan perkembangannya tidak normal. 

Limfa bertugas untuk mengalirkan cairan yang kaya akan protein melalui pembuluh getah bening menuju kelenjar limfa atau kelenjar getah bening. Bakteri dan virus serta zat berbahaya yang ikut terbawa akan dihadang oleh sel darah putih agar tidak menginfeksi tubuh.

Pada kondisi limfedema, cairan limfa otomatis akan terhambat dan tidak bisa mengalir secara normal. Tubuh juga tidak mampu memisahkan mana protein dan zat baik bagi tubuh serta zat zat dan bakteri jahat. Akibatnya, semua zat baik dan buruk akan bercampur dan menumpuk pada salah satu bagian tubuh hingga menyebabkan limfedema.

Kaki gajah merupakan salah satu bentuk limfedema yang terjadi pada bagian kaki. Selain itu, orang yang sedang menjalani pengobatan kanker juga lebih rentan mengalami limfedema, contohnya pada wanita yang sedang mengalami pengobatan kanker payudara, kanker serviks, dan sebagainya.

Mengenai Limfedema

Penyebab Limfedema 

Penyebab limfedema tergantung dari jenisnya. Ada 2 jenis limfedema, yaitu limfedema primer dan limfedema sekunder.

1. Limfedema primer

Limfedema primer terjadi dengan sendirinya, biasanya dialami oleh orang-orang di bawah usia 20 tahun. Dilihat dari jenis kelamin, jenis limfedema ini lebih banyak menyerang kaum wanita dibanding kaum pria.

2. Limfedema sekunder

Limfedema sekunder terjadi akibat infeksi penyakit lain, contohnya infeksi Streptococcus dan filariasis. Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh efek sinar radiasi pada pasien penderita pengobatan kanker atau tumor maupun efek samping dari operasi maupun cedera. 

Risiko limfedema sekunder juga meningkat para orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan, berusia lanjut, atau mengidap penyakit psoriatic arthritis atau rheumatoid arthritis.

Gejala Limfedema 

Gejala atau ciri-ciri limfedema umumnya berbeda-beda, tergantung tingkat keparahan limfedema yang diderita oleh setiap pasien. Di beberapa kasus, banyak pasien yang tidak merasakan gejala apa pun, baik dalam waktu mingguan atau bulanan.

Tetapi ,ada juga pasien yang merasakan beberapa ciri-ciri dan gejala limfedema seperti berikut:

  • Bengkak atau edema pada tangan, kaki maupun tungkai, dan pergelangan jari
  • Nyeri dan sakit pada bagian yang mengalami pembengkakan
  • Kaku dan sulit menggerakkan anggota badan
  • Mudah merasa letih dan lelah
  • Rasa berat dan kaku
  • Badan menjadi demam dan meriang
  • Memar di bagian tertentu
  • Adanya fibrosis atau penebalan dan pengerasan pada bagian kulit tertentu
  • Adanya peradangan pada kelenjar limfa
  • Infeksi kulit
  • Muncul borok dan kulit mengalami peretakan atau fisura

Pencegahan Limfedema

Bila Anda pernah atau akan menjalani operasi kanker, tanyakan pada dokter apakah operasi tersebut akan melibatkan kelenjar getah bening atau tidak. Bicarakan mengenai setiap risiko dan efek samping yang mungkin terjadi sebelum operasi dilakukan.

Untuk mencegah limfedema, lakukan hal-hal berikut ini:

  • Lindungi lengan dan kaki Anda, misalnya pakai sarung tangan saat memasak atau berkebun. Goresan maupun luka pada kulit dapat memicu infeksi.
  • Istirahatkan lengan atau kaki selama masa pemulihan. Pemanasan atau stretching ringan bisa membantu melemaskan otot, tapih indari olahraga terlalu berat.
  • Jauhkan suhu panas dari lengan atau kaki.
  • Posisikan lengan atau kaki lebih tinggi dari jantung.
  • Gunakan pakaian yang longgar, agar tekanan darah Anda lebih lancar.

Selalu jaga kebersihan tangan dan kaki, termasuk kuku, guna mencegah infeksi. 

Pengobatan Limfedema 

Untuk memastikan penyebab limfedema, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan medis penderita serta melakukan pemeriksaan fisik. Dokter juga dapat melakukan tes penunjang guna menegakkan diagnosis, antara lain:

Dalam mengobati limfedema, umumnya dokter dan tim medis akan menempuh 3 cara yaitu terapi, pemberian obat-obatan, dan operasi.

1. Terapi

Sejumlah terapi yang dapat membantu mengatasi limfedema antara lain:

  • Menaruh bantalan pada kaki atau tangan yang membengkak
  • Olahraga ringan
  • Pneumatic compression atau memakai alat khusus untuk memberikan tekanan pada area yang membengkak
  • Compression garments, yaitu memakai pakaian khusus agar bagian yang membengkak dapat tertekan
  • Manual lymph drainage, yaitu teknik memijat yang dapat melancarkan cairan limfa 
  • Complete Decongestive Therapy (CDT), merupakan kumpulan terapi dengan menerapkan pola hidup sehat.

2. Obat-obatan

Pengobatan limfedema dapat berupa obat-obatan yang diresepkan dokter. Setiap pasien mungkin mendapatkan jenis obat yang berbeda, tergantung kondisi pasien dan tingkat keparahan penyakit.

Jenis obat limfedema yang dapat diberikan antara lain:

  • Obat antibiotik, diberikan bila penderita mengalami infeksi kulit. 
  • Benzopyrone
  • Obat senyawa retinoid
  • Diethlylcarbamazepine, untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.

3. Operasi

Perlu diketahui bahwa tindakan operasi tidak akan menyembuhkan limfedema, tapi setidaknya membantu mengurangi gejala. Tindakan operasi yang dapat dilakukan adalah dengan mengeluarkan kelebihan cairan atau pengangkatan jaringan.


13 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Rossy, K. Medscape (2018). Lymphedema. (https://emedicine.medscape.com/article/1087313-overview)
Stoppler, M. MedicineNet (2017). Lymphedema. (https://www.medicinenet.com/lymphedema/article.htm)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app