Obat Tetes Mata Minus Yang Terbukti Bekerja

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 5 menit
Obat Tetes Mata Minus Yang Terbukti Bekerja

Banyaknya yang memiliki mata minus membuat banyak orang bertanya-tanya apakah ada obat tetes untuk mata minus? Dan jika memang ada, apakah itu benar-benar efektif? Informasi ini sangat diperlukan bagi mereka yang ingin sembuh dari mata rabunnya, namun tidak mau memakai kaca mata, lensa kontak, ataupun perawatan medis lainnya.

Ada banyak sekali jenis obat tetes mata, kebanyakan digunakan untuk mengatasi mata merah, iritasi, dan juga belekan akibat sakit mata. Namun untuk mata minus, bisa dibilang langka. Bahkan banyak yang belum mengetahui seperti apa wujudnya.

Sebelum membahas obat tetes mata minus, yuk kita ketahui terlebih dahulu seluk beluk kondisi mata yang akan kita obati ini. Hal ini penting agar persepsi kita sama mengenai mata minus sehingga akan memudahkan dalam pemahaman yang akan saya sampaikan nantinya.

Miopia atau mata minus, dikenal juga sebagai rabun jauh adalah kondisi mata dengan penglihatan dekat yang jelas, namun menjadi buram atau kabur pada jarak jauh. Kondisi ini bisa terjadi sejak usia anak-anak dan cenderung meningkat dengan cepat antara 5 sampai 15 tahun, dan biasanya stabil pada usia dua puluhan awal.

Miopia timbul akibat pertumbuhan panjang bola mata yang berlebihan. Hal ini menghasilkan sinar cahaya dari benda-benda jauh menjadi berfokus atau jatuh di depan retina dan bukan tepat pada retina. Dengan demikian, benda-benda yang jauh terlihat buram namun benda dekat tetap jelas.

Obat Mata Minus - Apa faktor penyebab miopia?

Penyebab pasti kenapa pertumbuhan memanjang bola mata menjadi berlebihan sehinga terjadi miopia belum diketahui hingga saat ini. Namun ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya rabun jauh ini, seperti:

  • Genetika. Risiko seorang anak mengalami miopia lebih tinggi jika satu (2 kali lebih berisiko) atau keduanya (8 kali lebih beresiko) orang tua juga rabun jauh. Selain itu, peningkatan keparahan miopia orang tua menyebabkan risiko rabun jauh lebih besar.
  • Lingkungan. Kurangnya aktivitas di luar ruangan dan sering melihat objek yang dekat secara berlebihan seperti membaca, bermain gagdet, bermain game di perangkat elektronik genggam atau komputer, dan menonton televisi membuat seseorang berisiko mengembangkan miopia.

Lebih lanjut bisa dibaca disini: Kenali Penyebab Mata Minus agar Bisa Mencegah, Tak Bertambah

Sampai di sini setidaknya kita bisa mengupayakan untuk menghindari hal-hal yang dapat membuat mata bertambah rabun sebelum memutuskan untuk menobatinya dengan obat mata minus.

Apa bahaya mata minus jika tidak diobati?

Selain menimbulkan ketidaknyamanan karena penglihatan buram dan harus memakai kacamata, mata minus  juga berpotensi menimbulkan penyulit atau komplikasi di kemudian hari, seperti:

  • Detasemen Retina. Mata dengan miopia yang parah, pertumbuhan bola matanya terlalu memanjang, mengakibatkan retina lebih tipis. Hal ini menempatkan pada risiko yang lebih besar untuk mengembangkan robekan retina, atau detasemen (lepasnya retina dari jaringan penyokongnya). Detasemen retina atau disebut juga ablasio retina memerlukan perawatan segera, karena bisa mengakibatkan hilangnya penglihatan secara permanen.
  • Degenerasi makula. Miopia berat seperti lebih dari 10 dioptres (1.000 derajat) dapat dikaitkan dengan degenerasi makula. Makula adalah bagian sentral retina yang berfungsi menagkap penglihatan paling jelas. Degenerasi makula menyebabkan kesulitan membaca, menonton TV dan mengenali wajah orang.
  • Katarak. Miopia dikaitkan dengan onset katarak yang lebih awal, yaitu keburaman atau kekeruhan yang terjai pada lensa yang menyebabkan penglihatan kabur.
  • Glaukoma. Glaukoma terjadi akibat peningkatan tekanan cairan dalam bola mata. Miopia yang parah meningkatkan risiko pengembangan glaukoma, yang tidak diobati dari waktu ke waktu dapat menyebabkan kebutaan. Glaukoma sering tanpa gejala; Menyebabkan penglihatan buruk secara bertahap, dan karena itu disebut 'pencuri penglihatan'.

Itulah mengapa, kita penting untuk mengobati mata minus, terutama yang parah, agar komplikasi berbahaya tersebut tidak sampai terjadi.

Bagaimana Pengobatan Mata Minus?

Ingat! Kacamata, lensa kontak dan operasi refraksi memang bisa membantu membawa objek jauh menjadi fokus sehingga penglihatan menjadi jelas. Namun, metode tersebut tidak menyembuhkan miopia, karena mata masih memanjang, sehingga risiko terhadap detasemen retina, degenerasi makula, dan lain-lain tetap ada.

Baca juga:

Oleh karena itu, pencegahan dan menunda perkembangan miopia sejak dini merupakan langkah penting dalam pengobatan.

Modifikasi lingkungan

Anak-anak harus didorong untuk menerapkan kebiasaan perawatan mata yang baik sejak dini, bahkan sebelum mereka mengembangkan miopia. Penting untuk membatasi waktu bermain atau menyaksikan objek yang sangat dekat, seperti televisi, gadget, dan sebagainya. Batasi setiap 20 sampai 30 menit saja. Ini akan mencegah kejang akomodatif (fokus terhadap objek dekat) dan membantu merilekskan mata. Sebaliknya, ajaklah untuk melakukan aktivitas di luar ruangan saat siang hari, dan anak-anak yang menghabiskan banyak waktu di luar rumah cenderung tidak rabun.

Obat Tetes Mata Minus

Hingga saat ini belum ada obat untuk mata minus yang benar-benar menyembuhan, namun tetes mata atropin telah diresepkan untuk memperlambat perkembangan miopia pada anak-anak sejak tahun 1960an. Tetes atropin dosis tinggi 1% telah digunakan untuk mengobati miopia di Singapore National Eye Centre (SNEC) sejak tahun 1990an.

Tetes mata atropin bekerja dengan cara melebarkan pupil dan melumpuhkan sementara akomodasi dan benar-benar mengendurkan mekanisme fokus mata. Dengan demikian, tegangnya mata yang menyebabkan rabun dapat diminimalisir.

Karena mata minus pada anak-anak seringkali terkait dengan kelelahan mata akibat fokus terhadap objek yang dekat, maka para peneliti telah meneliti penggunaan atropin untuk menonaktifkan mekanisme fokus mata untuk mengendalikan miopia.

Studi telah menunjukkan bahwa obat tetes mata atropin dapat memperlambat perkembangan miopia hingga 80% selama periode dua tahun, namun juga terkait dengan efek samping yang tidak nyaman seperti silau dan mengaburkan penglihatan dekat karena pelebaran pupil dan kelumpuhan otot siliaris mata.

Sebagai akibanya, Anak-anak dengan perawatan tetes mata atropin 1% seringkali diwajibkan untuk mengenaikan kaca mata fotochromatic atau kacamata hitam dengan filter UV, dan kacamata progresif atau kaca mata baca. Kemungkinan efek samping lainnya seringkali ringan dan bersifat sementara misalnya mata kering dan alergi mata. Efek samping atropin yang lebih parah seperti palpitasi, kebingungan, mulut kering, demam tinggi, dll sangat jarang terjadi.

Baru-baru ini, obat tetes mata minus yang mengandung atropin dosis rendah 0,01% telah terbukti efektif dalam memperlambat miopia hingga 50% sampai 60% selama dua tahun. Efek atropin dosis rendah tampaknya meningkat seiring berjalannya waktu, namun lebih ringan dibanding dosis tinggi.

Setelah lima tahun penggunaan, dosis rendah terbukti lebih efektif dalam memperlambat perkembangan miopia dengan efek samping penglihatan yang lebih minimal dibandingkan dengan obat tetes mata minus atropin dosis tinggi. Karena hal ini menyebabkan peningkatan ukuran pupil yang minimal, anak-anak tidak memerlukan warna atau membaca dalam kacamata mereka. Mereka juga cenderung memiliki efek samping lainnya yang terkait dengan atropin dosis tinggi.

Ingat! Penggunaan obat tetes mata minus ini hanya untuk anak-anak, agar mata minus tidak berkembang menjadi lebih parah.

Namun demikian, perkembangan miopia mungkin masih dapat terjadi pada beberapa anak, dan jika perkembangannya cepat, mereka mungkin perlu dikonversikan ke atropin dosis tinggi. Sayangnya, pada 10% anak-anak, miopia dapat terus berkembang dengan cepat bahkan dengan atropin dosis tinggi.

Walau bagaimanapun obat tetes mata minus untuk anak ini bagian dari upaya agar mata minus tak menjadi semakin parah. Lebih baik mencegah daripada mengobati.


35 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Williams KM, et al. Association between myopia, ultraviolet B radiation exposure, serum vitamin D concentrations, and genetic polymorphisms in Vitamin D metabolic pathways in a multicountry European study. JAMA Ophthalmology. 2017;135:47.
Gong Q, et al. Efficacy and adverse effects of atropine in childhood myopia: A meta-analysis. JAMA Ophthalmology. 2017;135:624.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app