​Mengenal KB Steril Wanita (Tubektomi)

Dipublish tanggal: Mei 28, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
​Mengenal KB Steril Wanita (Tubektomi)

Pada beberapa pasangan suami istri yang berencana untuk tidak menginginkan anak lagi biasanya akan mempertimbangkan untuk melakukan sterilisasi dibandingkan dengan melakukan tindak pencegahan kehamilan. Hal ini dikarenakan proses sterilisasi akan memberikan hasil yang lebih permanen bila dibandingkan dengan melakukan pencegahan kehamilan dengan alat kontrasepsi.

Proses sterilisasi ini biasa dilakukan pada pasangan suami istri yang sudah berusia 30 tahun ke atas. Proses ini biasanya dilakukan untuk menghindari risiko kehamilan yang sangat tinggi, terutama bagi para wanita yang sudah memasuki usia 40 tahun ke atas.

Proses sterilisasi pada pria biasanya menggunakan prosedur vasektomi, sedangkan pada wanita biasanya menggunakan proses tubektomi. Bagi Anda yang masih bingung mengenai dua istilah ini, berikut adalah penjelasannya.

Pengertian Tubektomi

Tubektomi merupakan salah satu metode pencegah kehamilan permanen yang dilakukan kepada wanita. Sifatnya yang permanen ini berbeda dengan pil KB atau spiral yang bisa dihentikan kapan saja. Jika berencana melakukan tubektomi, maka Anda harus siap untuk tidak bisa mengandung lagi.

Cara kerja dari tubektomi sendiri adalah dengan mengikat atau memotong saluran tuba fallopi. Dengan adanya pemutusan atau pengikatan ini, sel sperma yang masuk ke dalam rahim tidak akan bisa mencapai tuba falopi dan membuahi telur. Fungsi dari tubektomi sendiri adalah untuk mencegah terjadinya kehamilan secara permanen.

Keefektifitasan Tubektomi untuk Mencegah Kehamilan

Sebagai salah satu KB steril yang memiliki sifat permanen, maka tingkat keberhasilan pencegahan kehamilan yang dihasilkan bisa mencapai nilai 99.9%. Hal ini tentu lebih ampuh jika dibandingkan menggunakan IUD atau pil KB biasa yang masih memungkinkan pasangan tersebut untuk hamil.

Walaupun tubektomi sangat ampuh digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan, namun tubektomi tidak bisa menjamin Anda bebas dari penyakit kelamin. Cara yang tepat untuk menghindari penyakit kelamin adalah dengan menggunakan kondom selama melakukan hubungan seksual sehingga risiko penyakit kelamin dapat dihindarkan.

Keunggulan Tubektomi

Selain efektif digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan, tubektomi ternyata juga memberikan berbagai keunggulan dan keunggulan dalam perlakuannya. Beberapa keuntungan ini antara lain tidak mempengaruhi gairah seksual, tidak mempengaruhi hormon siklus menstruasi, prosedur sangat sederhana dan biayanya ditanggung oleh pihak asuransi kesehatan. Untuk menjalankan proses tubektomi ini, Anda bisa menggunakan beberapa teknik KB steril yang  tersedia di berbagai fasilitas kesehatan antara lain.

Bedah Laparoskopi

Pada teknik ini, dokter biasanya akan melakukan pembiusan total pada punggung bagian bawah. Selanjutnya dokter akan membuat sebuah sayatan kecil yang berada di dekat pubis. Dari sayatan itulah dokter menentukan dimana letak tuba falopi serta peralatan bedah apa saja yang aka digunakan untuk menutup saluran tuba falopi Anda.

Tuba Implan

Pada teknik tuba implan tidak dilakukan proses pembedahan. Proses pembiusan juga tidak perlu dilakukan. 

Dokter biasanya akan langsung memasukkan sebuah tabung kecil ke dalam leher vagina hingga mencapai tuba fallopi. Implan yang ditanaman ini akan berfungsi untuk menghambat sperma yang masuk kedalam rahim.

Minilatropy

Teknik ini hampir mirip seperti pada bedah laparoskopi. Hal yang menjadi pembedanya hanya terletak pada teknik pemotongannya saja. 

Jika pada bedah laparoskopi, saluran tuba falopi dipotong lalu dijahit kembali. Pada minilatropy teknik yang digunakan yaitu dengan mengikat lalu menjepit saluran tuba falopi menggunakan alat khusus.

Demikianlah beberapa info penting terkait tubektomi. Bagi Anda yang ingin mencegah kehamilan secara permanen, maka proses yang satu ini dapat menjadi pilihan bagi Anda.


9 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app