Tubektomi: Kegunaan, Prosedur, Efek Samping

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 3 menit
Tubektomi: Kegunaan, Prosedur, Efek Samping

Tuberktomi adalah salah satu bentuk kontrasepsi mantap (Kontap) dengan cara memotong saluran tuba. Tuba fallopi sendiri merupakan saluran tempat berjalannya sel telur dari ovarium menuju ke uterus atau rahim.

Ada banyak cara untuk mencegah terjadinya kehamilan, baik dengan cara alamiah maupun dengan alat kontrasepsi yang umumnya hanya bersifat sementara. Pada kontrasepsi alamiah, hubungan seksual tidak boleh dilakukan pada saat masa subur wanita sehingga kemungkinan sel sperma bertemu dengan sel telur sangat kecil.

Sedangkan dengan bantuan alat kontrasepsi, tujuannya hanya mencegah kehamilan pada saat alat kontrasepsi tersebut digunakan. Setelah pemakaian alat kontrasepsi dihentikan, maka kesuburan akan kembali normal.

Mekanisme kerja alat yang digunakan bermacam-macam. Ada yang mengatur dari fungsi hormon sampai mengganggu jalan masuknya sperma ke dalam rahim, sehingga sperma tidak dapat membuahi sel telur.

Beberapa contoh kontrasepsi sementara:

Lalu, bagi wanita yang sudah memutuskan untuk tidak mau hamil lagi dan tidak ingin ketergantungan dengan alat kontrasepsi, maka dapat dilakukan metode kontrasepsi yang bersifat permanen, yaitu prosedur tubektomi atau sterilisasi.

Arti Kata Tubektomi

Berdasarkan dari asal namanya, yaitu tube dari kata tuba fallopi dan tomi yang berarti potong, maka tubektomi berarti memotong saluran tuba fallopi. Tuba fallopi sendiri merupakan saluran tempat berjalannya sel telur dari ovarium menuju ke uterus atau rahim.

Terdapat sepasang di kiri-kanan dengan panjang sekitar 10 cm, menghubungkan antara ovarium dengan uterus.

Tubektomi identik dengan vasektomi pada pria.

Dengan dipotongnya saluran tuba fallopi ini, diharapkan sel telur tidak dapat masuk ke dalam uterus dan mencegah terjadinya proses pembuahan (bertemunya sel telur dengan sperma).

Apabila sudah dipotong maka saluran tuba fallopi tidak dapat dikembalikan lagi seperti semula, oleh karena itulah prosedur tubektomi termasuk metode kontrasepsi yang bersifat permanen.

Kegunaan Tubektomi

Mencegah terjadinya kehamilan yang bersifat permanen. Oleh karena itu wanita yang akan menjalani prosedur ini harus benar-benar yakin jika dirinya tidak mau hamil lagi.

Dokter juga wajib memberikan layanan konseling dan juga penjelasan selengkap-lengkapnya terhadap pasien, sangat dibutuhkan agar pasien tidak menyesal di kemudian hari. Pada wanita yang masih ingin memiliki anak, sebaiknya menggunakan alternatif pilihan alat kontrasepsi lain, selain tindakan tubektomi.

Prosedur Tubektomi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur tubektomi :

  • Tubektomi merupakan prosedur yang aman dan mudah dilakukan
  • Merupakan metode kontrasepsi yang bersifat permanen atau menetap
  • Karena merupakan tindakan operasi, maka mungkin saja terjadi efek samping dari tindakan yang dilakukan
  • Tubektomi tidak mempengaruhi aktivitas hubungan seksual
  • Tubektomi tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
  • Tubektomi tidak mencegah penularan penyakit menular seksual ataupun HIV/AIDS
  • Tindakan tubektomi tidak mengganggu proses menstruasi
  • Tubektomi tidak menyebabkan kenaikan berat badan
  • Saluran tuba fallopi yang sudah pernah dipotong dapat disambung lagi. Akan tetapi kemungkinan untuk terjadinya kehamilan sangat kecil.

Tindakan tubektomi harus dilakukan oleh dokter spesialis kandungan, dengan kondisi pasien yang dibius sebagian (bukan total) sehingga prosedur dilakukan dengan pasien masih sadar.

Dokter dapat memotong tuba fallopi melalui 2 cara yaitu dengan cara open surgery (membuka seluruh rongga perut) atau dengan teknik laparaskopi. Teknik open surgery biasa dilakukan bersamaan pada saat pasien melakukan operasi Caesar.

Sedangkan teknik laparaskopi hanya menggunakan sayatan kecil di dinding perut sehingga prosses penyembuhannya jauh lebih cepat. Pada pasien yang pernah menjalani operasi pada rongga perut sebelumnya disarankan untuk menggunakan teknik laparaskopi.

Prinsip dari 2 teknik tersebut sama, yaitu untuk memotong saluran tuba fallopi kemudian masing-masing ujung yang terpotong diikat atau dijepit ke dinding perut sehingga jalur transportasi sel telur dari ovarium ke uterus terhenti.

Efek Samping Tubektomi

Walaupun tubektomi tergolong operasi yang cukup sederhana, namun tetap saja dapat menimbulkan efek samping terhadap pasien. Efek samping yang mungkin timbul dari tindakan operasi ini adalah :

  • Trauma pada organ-organ di sekitar saluran tuba fallopi secara tidak sengaja
  • Infeksi pasca-operasi. Biasanya ditandai dengan luka bekas sayatan yang tidak sembuh-sembuh, demam, dan nyeri pada perut.
  • Perdarahan. Perdarahan timbul apabila terjadi kebocoran organ.
  • Komplikasi dari penggunaan obat anestesi. Pada setiap orang, komplikasi yang dapat timbul dari obat anestesi berbeda-beda, ada yang hanya berupa reaksi alergi, gangguan pernafasan, sampai ada yang mengalami gangguan serius.
  • Kehamilan ektopik. Merupakan kehamilan di luar kandungan, sehingga proses kehamilan harus dihentikan.

Dokter akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah dan mengatasi efek samping yang terjadi.


21 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Sterilization by Laparoscopy. The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). (https://www.acog.org/Patients/FAQs/Sterilization-by-Laparoscopy?IsMobileSet=false)
Getting Your Tubes Tied: Methods, Risks, and Alternatives. Verywell Health. (https://www.verywellhealth.com/getting-your-tubes-tied-906939)
Tubal Sterilization (Tubal Ligation). American Academy of Family Physicians. (https://familydoctor.org/tubal-sterilization/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app