Mengapa BAB Pada Bayi Bisa Berbusa? Yuk, Kenali Penyebabnya

Dipublish tanggal: Agu 31, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mar 26, 2020 Waktu baca: 2 menit
Mengapa BAB Pada Bayi Bisa Berbusa? Yuk, Kenali Penyebabnya

Bayi sangat rentan dengan berbagai penyakit karena belum maksimalnya imunitas dan organ pada bayi. Salah satu keluhan yang sering ditemui pada bayi antara lain mencret atau diare. 

Diare pada bayi dapat ditimbulkan oleh pengaruh ASI, susu, atau makanan formula yang tidak cocok dengan sistem pencernaan pada bayi. 

Kotoran berbusa biasanya seperti diare dan mungkin tampak memiliki gelembung di dalamnya. Tinja mungkin juga tampak berminyak atau mengandung lendir.

Kotoran berbusa sering disebabkan oleh reaksi terhadap makanan tertentu.  Namun, tinja berbusa juga dapat menandakan kondisi medis yang mendasarinya. 

Penyebab BAB berbusa pada bayi

Gangguan malabsorpsi

Ketika tubuh tidak dapat secara efektif menyerap atau menggunakan nutrisi dalam makanan, kondisi ini disebut gangguan malabsorpsi. Salah satu gangguan malabsorpsi yang umum adalah penyakit celiac.

Kondisi ini melibatkan seseorang yang memiliki reaksi alergi terhadap konsumsi gluten, yang menyebabkan usus meradang dan gejala gastrointestinal lainnya seperti perubahan feses.

Infeksi

Infeksi bakteri, parasit, atau virus dapat menyerang saluran pencernaan dan membuat gelembung gas, membuat feses tampak berbusa.

Sumber infeksi yang umum adalah parasit Giardia. Seseorang dapat terinfeksi setelah mengkonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi. Mereka juga dapat bersentuhan dengan air yang terkontaminasi saat berenang, misalnya.

Gejala lain dari infeksi termasuk:

  1. kembung
  2. mencret
  3. kram perut
  4. penurunan berat badan

Sindrom iritasi usus

Orang dengan sindrom iritasi usus besar (IBS) mungkin memiliki lendir di tinja mereka, yang dapat membuat tinja tampak berbusa.

Gejala tambahan IBS meliputi:

  1. sakit perut dan kram
  2. diare
  3. kembung
  4. sembelit

Perubahan cara menyusui

Perubahan cara menyusui bayi dapat mempengaruhi tekstur kotoran mereka. Misalnya, beberapa bayi yang menyusu dalam waktu singkat sebelum berganti payudara memiliki tinja berwarna hijau berbusa.

Jika bayi menyusui, tinja pada bayi mungkin mengandung lendir atau busa. Ini bisa terjadi ketika bayi mendapat lebih banyak foremilk daripada hindmilk. 

Foremilk adalah susu yang tersedia di awal pemberian, dan tekstur susu bisa lebih tipis dan lebih manis, sementara susu hindmilk tersedia di bagian akhir setelah foremilk.

Pankreatitis

Pankreatitis dapat menjadi kondisi akut atau kronis. Kondisi ini dapat menghambat kemampuan seseorang untuk mencerna lemak.

Pankreatitis dapat menyebabkan rasa sakit yang signifikan, terutama di daerah perut bagian atas, dan rasa sakit dapat menyebar ke punggung.

Penyebab pankreatitis pada bayi biasa dipengaruhi oleh faktor genetik. Selain feses berbusa, gejala-gejala berikut juga berhubungan dengan pankreatitis:

  1. demam
  2. detak jantung yang cepat
  3. perut bengkak
  4. muntah

Penanganan pada kasus BAB berbusa pada bayi

Perawatan untuk feses berbusa tergantung pada penyebab yang mendasarinya.

Seorang dokter dapat merekomendasikan untuk  menghilangkan makanan yang sering menyebabkan intoleransi. Ini dapat membantu menentukan apakah satu atau lebih dari makanan ini bertanggung jawab atas gejala tersebut.

Tentukan makanan yang mungkin saja dikonsumsi guna mencegah IBS terulang kembali. Berikan buah apel, pisang, pepaya , atau dalam bentuk jus dengan syarat tekstur haruslah lembut. 

Untuk infeksi Giardia, dokter akan meresepkan antibiotik dan dokter biasanya merekomendasikan untuk rawat inap agar diberikan cairan dengan elektrolit, untuk menghindari dehidrasi akibat diare.

Berikan ASi ekslusif sampai usia 6 bulan, teknik menyusui harus diketahui ibu untuk merangsang produksi ASI lebih. Teruskan ASI agar cairan tetap terpenuhi. Setelah 6 bulan, mulai berikan makanan lunak seperti sereal bayi.

Jaga kebersihan setiap alat dan perlengkapan menyusui bayi, bila perlu bersihkan atau rendam di air hangat sebelum digunakan.  Selain itu, hindari pemberian obat diare pada bayi. 


4 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app