Kondisi Serius di Balik Batuk Berdarah

Darah yang keluar bercampur dengan dahak saat batuk biasanya terjadi akibat batuk parah yang tidak kunjung reda dalam waktu yang cukup lama. Namun, terdapat kondisi lain yang bisa menyebabkan Anda mengalami batuk berdarah, yaitu:
Dipublish tanggal: Sep 10, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mar 31, 2020 Waktu baca: 3 menit
Kondisi Serius di Balik Batuk Berdarah

Siapapun pasti tidak ingin mengalami sebuah kondisi yang disebut batuk berdarah. Batuk berdarah menjadi hal yang ditakuti oleh banyak orang sebab dapat menjadi tanda dari beberapa penyakit serius yang dapat mengancam nyawa. 

Oleh karena itu, jangan menganggap remeh apabila Anda mengalami batuk berdarah atau hemoptisis. 

Saat mengalami kondisi hemoptisis, darah yang keluar biasanyar bercampur dengan dahak. Pada orang yang masih muda, batuk berdarah bukanlah kondisi serius yang menjadi gejala penyakit berat dan dapat ditangani dengan segera. 

Namun, jika batuk berdarah dialami oleh mereka yang sudah berusia tua dan para perokok, hal tersebut perlu diwaspadai karena dapat menandakan adanya penyakit berbahaya dalam tubuh. 

Penyebab batuk berdarah dari ringan hingga berat 

Darah yang keluar bercampur dengan dahak saat batuk biasanya terjadi akibat batuk parah yang tidak kunjung reda dalam waktu yang cukup lama. Namun, terdapat kondisi lain yang bisa menyebabkan Anda mengalami batuk berdarah, yaitu: 

  • Bronkitis, gangguan yang terjadi pada saluran pernapasan dalam waktu yang laam yang mengakibatkan terjadinya penumpukan dahak. Kondisi ini dapat ditimbulkan oleh banyak penyebab, seperti infeksi pada paru-paru yang pernah dialami dan menghirup unsur polusi. 
  • Tuberkulosis (TBC), infeksi pada paru-paru yang termasuk dalam kondisi parah dengan gejala umum berupa demam, keringat, batuk disertai dahak yang berwarna atau mengandung darah, dan rasa sesak di dada. Untuk meredakan batuk berdarah infeksi harus terlebih dahulu disembuhkan. 
  • Embolisme paru, kondisi dimana terjadi gumpalan darah atau pembekuan darah pada pembuluh darah yang ada di paru-paru yang dapat menyebabkan sesak napas dan nyeri secara mendadak di dada. 
  • Kanker paru-paru, kondisi yang sering dialami oleh perokok berusia di atas 40 tahun. 
  • Edema paru-paru, adanya cairan yang menumpuk di sekitar paru-paru yang memunculkan gejala berupa dahak berwarna merah mudah dan berbusa saat batuk. Kondisi ini biasanya dialami oleh orang yang pernah mengalami sakit jantung. 
  • Kanker pada tenggorokan.
  • Fibrosis sistik, kondisi kesehatan yang diturunkan secara genetik yang menimbulkan terjadi gangguan pada paru-paru dan sistem pencernaan
  • Efek samping dari penggunaan kokain dan obat-obatan yang digunakan untuk mengencerkan darah. 
  • Emfisema, gangguan yang terjadi pada kantung udara di paru-paru. 
  • Abses atau luka yang bernanah pada paru. 
  • Pneumonia
  • Infeksi parasit. 
  • Partikel yang dihirup atau masuk ke hidung juga menjadi salah satu penyebab batu berdaraj karena dapat mengakibatkan luka pada saluran pernapasan. Partikel yang masuk dapat berupa mainan, kacang, manik-manik, atau apa pun yang dapat masuk ke hidung. 
  • Inflamasi dan jaringan yang menumpuk secara tidak normal dapat memengaruhi saluran pernapasan dan menyebabkan batuk berdarah. Kondisi yang dapat menyebabkan inflamasi dan penumpukan jaringan , antara lain sindrom Goodpasture, granulomatosis Wegener’s, dan pneumonitis lupus.

Tes hemoptisis 

Dokter atau pihak rumah sakit akan mengaplikasikan beberapa tes untuk Anda jalani agar dapat menentukan pengobatan yang tepat. Tes tersebut dilakukan untuk menentukan kadar pendarahan, penyebab, dan dampak batuk berdarah pada pernapasan. Tes-tes yang akan dijalani meliputi: 

  • Riwayat dan pemeriksaan fisik, dimana dokter akan mengambil sampl dahak untuk memeriksan kemungkinan adanya infeksi. 
  • Untuk mendeteksi adanya cairan dan penyumbatan pada paru-paru, dokter umum dapat melakukan rujukan ke dokter spesialis atau rumah sakit agar pasien dapat diperiksa menggunakan X-ray atau dengan menggunakan CT scan untuk melihat gambar struktur par-paru secara detail. 
  • Bronkoskopi, dengan memasukkan selang kecil yang terdapat kamera (endoskop) di ujungnya ke saluran pernasapn melalui mulut atau hidung. 
  • Perhitungan darah/complete blood count (CBC), yang merupakan tes darah guna mengetahui jumlah sel darah merah dan sel darah putih dalam darah, serta sel-sel yang berdampak pada pembekuan darah. 
  • Urinalisis, guna mendeteksi kelainan pada urine. 

Untuk menguji hemoptisis, terdapat beberapa macam tes darah yang bisa dilakukan. Darah akan dibawa ke laboratorium untuk mendapatkan profil kimia sehingga dapat mendeteksi adanya ketidakseimbangan elektrolit dan gangguan pada fungsi ginjal

Tes untuk mendetekis kadar oksigen dan karbondioksia dalam darah juga bisa dilakukan, karena orang yang mengalami batuk berdarah biasanya memiliki kadar oksigen yang rendah. 

Meredakan batuk darah 

Selain untuk menghentikan gejala batuk darah, penanganan yang dilakukan juga bertujuan untuk mengatasi penyebab munculnya kondisi tersebut. 

Penanganan dapat dilakukan dengan kemoterapi untuk kanker paru-paru, pemberian steroid untuk inflamasi, atau dengan pemberian antibiotik untuk mengobati pneumonia atau TBC.

Segera tangani keadaan Anda jika mengalami batuk yang bertambah parah dan tidak reda dalam waktu yang lama.. Biasanya, batuk berdarah dapat dicegah dengan konsumsi obat batuk yang sesuai dan aman. Meskipun dapat dicegah, Anda tetap harus menghentikan gejala dan penyebab dari batuk berdarah. 

Kondisi batuk berdarah terkadang tidak dapat dikenali secara spesifik, atau disebut dengan hemoptisis idiopatik. Namun, apabila mengalami kondisi tersebut, segera berkonsultasi dengan dokter agar dapat segera ditangani sehingga tidak membahayakan nyawa Anda. 


8 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Ittrich H, et al. (2017). The diagnosis and treatment of hemoptysis. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5478790/)
Earwood JS, et al. (2015). Hemoptysis: Evaluation and management. (http://www.aafp.org/afp/2015/0215/p243.html)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app