Jenis Obat Penambah Darah Berikut Efek Sampingnya

Dipublish tanggal: Sep 3, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit

Ada berbagai cara untuk mengatasi anemia. Selain dengan mengonsumsi makanan yang tinggi kadar zat besinya, penyakit kurang darah juga sering ditangani menggunakan obat penambah darah

Akan tetapi sebelum memutuskan mengonsumsi obat penambah darah, sebaiknya Anda ketahui lebih dulu apa saja efek samping yang mungkin ditimbulkannya. 

Sesuai istilahnya, obat penambah darah berfungsi untuk meningkatkan jumlah darah, khususnya pada penderita anemia maupun neutropenia. Oleh karena kedua kondisi tersebut berbeda, maka lain pula jenis obat penambah darahnya.

Obat Penambah Darah untuk Anemia

Anemia membuat tubuh kekurangan hemoglobin atau sel darah merah yang fungsinya mengikat oksigen. 

Sebagai akibatnya, sistem tubuh tidak mampu bekerja optimal karena rendahnya asupan oksigen yang diterimanya. Berikut ini adalah beberapa jenis obat penambah darah yang biasa digunakan untuk mengobati anemia:

Zat besi, folat, serta vitamin B12

Zat besi, folat, serta vitamin B12, semuanya merupakan nutrisi yang diperlukan tubuh agar mampu menghasilkan sel darah merah. Anemia biasanya timbul bila tubuh kekurangan nutrisi penting tersebut.

Pada kasus anemia defisiensi zat besi, penyakit kurang darah ini sering diatasi dengan mengonsumsi suplemen zat besi. 

Akan tetapi sebaiknya Anda mengonsumsi suplemen tersebut sesuai saran dokter. Alasannya karena kelebihan konsumsi zat besi dapat menimbulkan efek samping yaitu gangguan pencernaan seperti: 

  • Sakit perut
  • Mual
  • Diare
  • Konstipasi
  • Feses berwarna gelap
  • Turunnya nafsu makan

Lain halnya dengan obat penambah darah untuk kasus anemia defisiensi vitamin B12 dan folat. Dalam hal ini, konsumsi suplemen vitamin B12 dan folat berlebihan juga dapat memicu efek samping seperti:

Recombinant human erythropoietin

Selain ditentukan ketiga nutrisi tadi, perkembangan sel darah merah dalam darah juga dipengaruhi hormon erythropoietin (EPO). 

Kinerja hormon yang dihasilkan ginjal ini dapat terkendala jika organ tersebut mengalami gangguan atau penyakit. Karenanya, kurangnya kadar EPO juga berpotensi memicu anemia. 

Recombinant human erythropoietin merupakan obat yang biasa dipakai untuk mengobati anemia kronis akibat gangguan hormon EPO. Selain itu, obat yang cocok untuk anak-anak maupun dewasa tersebut juga sering digunakan penderita:

Perlu diketahui pula bahwa recombinant human erythropoietin tidak boleh diberikan pada pasien dengan kondisi medis berikut:

  • Menderita hipertensi yang tak terkendali
  • Memiliki alergi terhadap protein hewan maupun albumin manusia
  • Mengalami kejang
  • Menderita epilepsi, gagal hati kronik
  • Mempunyai kelainan sel darah merah, misalnya anemia sel sabit
  • Menderita kanker
  • Sedang hamil atau menyusui

Saat mengonsumsi obat penambah darah recombinant human erythropoietin, pasien mungkin juga akan mengalami efek samping berupa:

Obat Penambah Darah untuk Neutropenia 

Berbeda dengan anemia, neutropenia justru mengindikasikan rendahnya jumlah neutrofil (jenis sel darah putih). 

Kondisi tersebut otomatis membuat sistem imun melemah sehingga tubuh rentan terserang infeksi, baik dari virus, bakteri, maupun jamur. Di bawah ini merupakan beberapa contoh obat penambah darah untuk neutropenia:

Recombinant human granulocyte colony stimulating factor

Dalam tubuh manusia terdapat zat yang disebut Granulocyte Colony Stimulating Factor (G-CSF). Zat ini berfungsi mengendalikan pertumbuhan sel darah putih neutrofil dalam sumsum tulang. 

Akan tetapi, kinerja G-CSF dapat mengalami kendala akibat penyakit atau kondisi medis tertentu. Hal inilah yang kemudian menyebabkan tubuh mengalami neutropenia. 

Untuk mengatasinya, dokter sering menggunakan obat penambah darah yang fungsinya mirip dengan G-CSF. 

Jenis G-CSF sintetik yang paling sering digunakan antara lain lenograstim, pelfigrastim, serta filgrastim. Biasanya jenis obat ini diterapkan pada pasien yang:

Yang perlu diketahui adalah G-CSF sintetik tidak boleh diberikan pada mereka yang:

  • Mempunyai alergi terhadap obat G-CSF sintetik
  • Menderita gangguan fungsi ginjal dan hati
  • Menderita leukemia, tapi belum pernah menjalani kemoterapi

Untuk efek samping yang ditimbulkan G-CSF sintetik tersebut meliputi:

  • Sakit kepala
  • Lemas
  • Sakit perut
  • Nyeri tulang
  • Pembengkakan pada limpa
  • Naiknya trombosit

Terapi sel punca (stem cell therapy)

Metode terapi sel punca umumnya digunakan pada pasien yang mengalami anemia aplastik (gangguan pertumbuhan sel darah di sumsum tulangnya). 

Selain itu, jenis pengobatan penambah darah ini juga banyak diterapkan pada kasus penyakit autoimun dan kanker. Walau demikian, terapi sel punca tetap tidak luput dari risiko efek samping, di antaranya seperti:

  • Nyeri
  • Infeksi
  • Reaksi penolakan dari tubuh terhadap sel donor
  • Kerusakan organ

3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Drugs and Other Agents Affecting Blood Pressure - The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9635/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app