Kupas Tuntas Soal Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Dipublish tanggal: Sep 20, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 5 menit
Kupas Tuntas Soal Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Berdasarkan pengukuran kualitas udara yang dilakukan BMKG, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di sejumlah wilayah di Indonesia memasuki kriteria sangat tidak sehat bahkan berbahaya. Per tanggal 19 September 2019 kemarin, akibat pengaruh kabut asap kebakaran hutan membuat udara Kota Pekanbaru tergolong sangat tidak sehat, bahkan di Kota Palangka Raya mencapai status berbahaya.

Setelah maraknya isu polusi di Jakarta yang berpedoman pada angka AQI dan PM2.5, Anda mungkin baru mendengar soal Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Simak informasi lengkapnya berikut ini.

Baca Selengkapnya: Polusi Udara Jakarta Makin Parah, Berapa Angka AQI dan PM2.5 yang Aman?

Apa itu Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)?

Indeks Standar Pencemar Udara atau ISPU adalah angka yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di suatu lokasi. Indeks ini ditentukan berdasarkan 5 parameter utama, yaitu: 

  • Partikulat PM10: diukur dalam waktu 24 jam
  • Sulfur dioksida (SO2): diukur dalam waktu 24 jam
  • Karbon monoksida (CO): diukur dalam waktu 8 jam
  • Ozon (O3): diukur setiap jam
  • Nitrogen dioksida (NO2): diukur setiap jam

Setiap parameter tersebut diukur dan diambil rata-ratanya. Setelah itu, hasil pengukuran akhir ISPU dilaporkan kepada masyarakat setiap 24 jam, mulai pukul 15.00 WIB sampai 15.00 WIB keesokan harinya. Semakin besar angka ISPU, maka tingkat polusi dan pencemaran udaranya juga semakin parah. 

Cara membaca polusi udara dengan ISPU

ISPU terbagi menjadi kategori-kategori tertentu yang ditentukan berdasarkan dampaknya pada kesehatan manusia, nilai estetika, dan makhluk hidup lainnya.

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, berikut kategori Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), yaitu:

Baik: 1-50 (hijau)

Tingkat kualitas udara cenderung aman, dalam artian tidak memberikan efek buruk bagi kesehatan manusia, hewan, maupun tumbuhan. Kondisi udara juga tidak mengganggu nilai estetika lingkungan dan bangunan.

Sedang: 51-100 (biru)

Tingkat kualitas udara cukup aman bagi kesehatan manusia atau hewan, tapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif. Kondisi udara juga mulai mengganggu nilai estetika lingkungan.

Tidak sehat: 101-199 (kuning)

Kualitas udara mulai memburuk dan tidak sehat bagi manusia maupun hewan yang sensitif. Kondisi ini bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan dan nilai estetika lingkungan.

Sangat tidak sehat: 200-299 (merah)

Tingkat kualitas udara dapat merugikan kesehatan seluruh masyarakat. Kondisi udara sudah sangat tidak layak, sehingga sebaiknya tetaplah berada di dalam rumah untuk menghindari paparan polusi.

Berbahaya: 300 ke atas (hitam)

Udara mengandung partikel berbahaya yang dapat memicu masalah serius pada tubuh. Bila tidak segera diatasi, bisa mengancam kesehatan dalam jangka pendek hingga jangka panjang.

Pengaruh ISPU untuk setiap parameter pencemar

Setiap parameter yang digunakan untuk mengukur pencemaran udara memiliki efek tersendiri pada kesehatan. 

Ambil contoh pada PM10, yaitu partikel udara yang ukurannya 10 mikron (mikrometer) yang umumnya berasal dari debu, diesel truk, pembangkit listrik, hingga tungku kayu. Semakin banyak partikel PM10 yang terhirup, tubuh lama-kelamaan akan mengalami gejala berupa:

Begitu juga dengan karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), dan ozon (O3). Gabungan dari zat-zat polutan inilah yang dapat menurunkan kesehatan tubuh.

Tidak hanya soal aman atau tidaknya udara, Anda juga perlu memahami bahwa setiap parameter pencemar dalam kategori ISPU punya pengaruhnya masing-masing pada kesehatan. Berikut selengkapnya:

Pengaruh ISPU baik pada kesehatan

Kondisi udara masih cukup bersih dan aman bagi kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan. 

  • Karbon monoksida (CO): Tidak ada efek bagi kesehatan.
  • Nitrogen dioksida (NO2): Sedikit berbau.
  • Ozon (O3): Dapat menimbulkan luka pada beberapa tumbuhan akibat kombinasi dengan sulfur dioksida selama 4 jam.
  • Sulfur dioksida (SO2): Dapat menimbulkan luka pada beberapa tumbuhan akibat kombinasi dengan ozon selama 4 jam.
  • PM10: Tidak efek.

Dengan kategori ISPU yang baik, masyarakat bisa bebas beraktivitas, termasuk anak-anak, ibu hamil, lansia, maupun orang-orang dengan penyakit tertentu.

Pengaruh ISPU sedang pada kesehatan

Kualitas udara cukup baik untuk manusia dan hewan, tapi bisa memberikan sedikit efek buruk pada tumbuhan yang sensitif. 

  • Karbon monoksida (CO): Memicu perubahan kimia darah, tapi tidak terdeteksi.
  • Nitrogen dioksida (NO2): Berbau.
  • Ozon (O3): Menyebabkan luka pada beberapa spesies tumbuhan.
  • Sulfur dioksida (SO2): Menyebabkan luka pada beberapa spesies tumbuhan.
  • PM10: Menyebabkan udara kotor dan menurunkan jarak pandang.

Meski sudah masuk ke kategori ISPU sedang, masyarakat masih bisa beraktivitas dengan bebas seperti biasanya, termasuk kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, dan anak-anak.

Pengaruh ISPU tidak sehat pada kesehatan

Kualitas udara memburuk dan mulai tidak sehat bagi manusia maupun hewan yang sensitif, bahkan dapat merusak tumbuhan. 

  • Karbon monoksida (CO): Meningkatkan gejala kardiovaskular pada perokok yang sakit jantung.
  • Nitrogen dioksida (NO2): Bau dan kehilangan warna. Terjadi peningkatkan reaktivitas pembuluh di tenggorokan pada penderita asma.
  • Ozon (O3): Menurunkan kesehatan atlet yang sedang berlatih keras.
  • Sulfur dioksida (SO2): Bau, meningkatkan kerusakan tanaman.
  • PM10: Udara berubah jadi kotor dan penuh debu, jarak pandang kian menurun.

Sebaiknya kurangi aktivitas atau olahraga di luar rumah, terutama bagi lansia, ibu hamil, dan anak-anak. Bila terpaksa harus ke luar rumah, selalu gunakan masker untuk menghindari paparan polusi.

Sementara bagi Anda yang punya riwayat gangguan paru-paru, penyakit jantung, atau penyakit kronis lainnya, sebaiknya hindari beraktivitas di luar rumah.

Baca Selengkapnya: Lagi Ngetren Masker Elektrik, Bisakah Lindungi Tubuh dari Polusi?

Pengaruh ISPU sangat tidak sehat pada kesehatan

Kualitas udara sudah sangat tidak layak dan mengganggu kesehatan seluruh makhluk hidup.

  • Karbon monoksida (CO): Meningkatkan gejala kardiovaskular pada non-perokok yang sakit jantung. Tampak beberapa tanda-tanda kelemahan yang bisa dilihat dengan jelas.
  • Nitrogen dioksida (NO2): Meningkatkan sensitivitas pada penderita asma dan bronkitis.
  • Ozon (O3): Menyebabkan gangguan pernapasan pada pasien dengan paru-paru kronis yang melakukan olahraga ringan.
  • Sulfur dioksida (SO2): Meningkatkan sensitivitas pada penderita asma dan bronkitis.
  • PM10: Meningkatkan sensitivitas pada penderita asma dan bronkitis.

Sebaiknya hindari beraktivitas di luar rumah agar tidak terpapar bahaya polusi udara.

Pengaruh ISPU berbahaya pada kesehatan

Bila Indeks Standar Pencemar Udara sudah mencapai kategori berbahaya, artinya udara sudah sangat tidak sehat dan bisa memicu masalah serius pada tubuh. Hal ini bisa mengancam kesehatan secara menyeluruh untuk semua populasi yang terpapar.

Sebaiknya tetaplah berada di dalam rumah, terutama untuk anak-anak, ibu hamil, lansia, dan orang-orang yang punya riwayat gangguan pernapasan atau sakit jantung. 

Bagi Anda yang sedang berada di daerah yang penuh polusi atau kabut asap, sebaiknya pantau terus Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) secara berkala. Selalu ikuti arahan petugas berwenang setempat agar tetap aman dan sehat.

Baca Juga: 5 Kiat Jaga Tubuh Tetap Fit Saat Dikepung Kabut Asap


12 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Kowalska, Małgorzata & Ośródka, L. & Klejnowski, Krzysztof & Zejda, Jan & Krajny, Ewa & Wojtylak, Marek. (2009). Air quality index and its significance in environmental health risk communication. Archives of Environmental Protection. 35. 13-21.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/289707985_Air_quality_index_and_its_significance_in_environmental_health_risk_communication)
Plaia, Antonella & Ruggieri, Mariantonietta. (2011). Air quality indices: A review. Reviews in Environmental Science and Bio/Technology. 10. 165-179. 10.1007/s11157-010-9227-2.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/225606793_Air_quality_indices_A_review)
Monteiro, Alexandra & Vieira, M. & Gama, Carla & Miranda, A.. (2016). Towards an improved air quality index. Air Quality, Atmosphere & Health. 10.1007/s11869-016-0435-y.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/308002414_Towards_an_improved_air_quality_index)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app