Hepatitis D - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 6, 2019 Update terakhir: Nov 5, 2020 Tinjau pada Mar 29, 2019 Waktu baca: 5 menit

Pengertian Hepatitis D- gejala, penyebab, dan pengobatan

Pastinya Anda sering mendengar tentang penyakit hepatitis. Penyakit ini merupakan peradangan dari organ hati karena toksin, seperti kimia atau obat ataupun agen penyebabgt;infeksi yang disebabkan oleh berbagai macam virus tergantung pada jenis hepatitisnya. Terjadinya hepatitis sudah mulai mengalami peningkatan khususnya di Indonesia. Walalupun mengalami peningkatan kejadian, minimnya informasi tentang penyakit ini menyebabkan kebanyakan masyarakat kurang waspada terhadap penularan penyakit ini.

Seperti yang Anda ketahui hampir semua kasus hepatitis disebabkan oleh virus, seperti hepatitis virus A (HAV), hepatitis virus B (HBV), dan hepatitis virus C (HCV), virus hepatitis B berhubungan dengan virus hepatitis D dan hepatitis E. Kecuali virus hepatitis B, merupakan virus RNA, walaupun memiliki perbedaan pada jenis penyebab hepatitis ini, gejala yang timbul, dan angka kematian pada kasus hepatitis hampir semuanya sama. Khususnya pada artikel ini yang akan membahas lebih lanjut mengenai hepatitis D. Selamat membaca.

Iklan dari HonestDocs
Paket Vaksin Hepatitis B Di NK Health Klinik

Cegah Penyakit Hepatitis B dengan Vaksin. Paket ini termasuk 3x suntik vaksin Hepatitis B, biaya registrasi, konsultasi dengan dokter, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.

Apa sih hepatitis D itu?

Hepatitis D adalah suatu penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh Virus bernama antigen delta (VHD), merupakan virus RNA yang tidak sempurna. VHD dapat dijumpai dalam darah penderita hepatitis B karena untuk hidup dan mengadakan replikasi di dalam tubuh manusia memerlukan virus pembantu yaitu hepatitis virus B.

Oleh karena itu, hepatitis D hanya ditemukan pada pasien yang sedang menderita hepatitis B akut atau pada hepatitis B kronis. HDV dapat menginfeksi semua umur. Orang yang menerima tranfusi berulang, pecandu obat dan orang yang mempunyai kontak dekat dengan penderita hepatitis D, memilki risiko tinggi tertular penyakit tersebut. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.

Apa sih yang menyebabkan terjadinya penyakit Hepatitis D?    

Penyebab penyakit hepatitis D adalah virus hepatitis tipe D atau antigen Delta yang berukuran 35-37 nm dan merupakan virus RNA yang tidak sempurna.  Hepatitis D Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini yang menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki risiko tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat. Adapum penularan terhadap terjadinya penyakit hepatitis D dapat diperoleh melalui :

  • Penggunaan jarum suntik dan obat-obatan secara bersamaan.
  • Jika seseorang kontak dengan darah atau cairan tubuh (seperti : air ludah, air mani, cairan vagina) dari individu yang terinfeksi
  • Bayi dari wanita penderita hepatitis D ( hepatitis yang didapat atau congenital)
  • Virus ini dapat menular sendiri secara langsung dari penderita hepatitis D, bersifat hepatotoksik.
  • Virus Hepatitis D juga dapat ditularkan melalui transmisi vertikal sehingga tidak jarang infeksi HVD pada bayi baru lahir disertai oleh infeksi VHD, hal ini akan memperbanyak bentuk hepatitis kronik.
  • Dapat melalui barang yang tercemar VHD sesudah digunakan para carrier penderita hepatitis D, seperti jarum suntik yang tidak sekali pakai, pisau cukur, jarum tato, jarum tusuk kuping, sikat gigi, bahkan jarum bor gigi.
  • Akibat berhubungan seksual atau berciuman dengan penderita
  • Akibat transfusi darah yang terkontaminasi VHD.
  • Virus hepatitis D memang tidak menular melalui singgungan kulit, namun kalau ada luka terbuka di kulit lalu terkontaminasi darah yang mengandung VHD, penularan pun bisa terjadi.

Apa saja tanda dan gejala-gejala pada Hepatitis D?

Perlu diketahui bahwa gejala infeksi hepatitis D sulit dibedakan dari infeksi virus hepatitis lainnya secara klinis, terutama gejala infeksi virus hepatitis B. Gejala hepatitis B dan D sangat mirip sehingga sulit untuk menentukan virus mana yang menimbulkan gejala pada penderita. 

Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan atau amat progresif. Tanda dan gejala Hepatitis D yang mungkin timbul seperti:

  • Air seni berwarna pekat
  • Kulit dan mata menjadi kuning
  • Nyeri sendi
  • Kehilangan selera makan
  • Tampak kebingungna
  • Timbul gatal-gatal pada kulit
  • Pembengkakan pada hati
  • Kelelahan
  • Mual
  • Muntah-muntah
  • Memar
  • Sakit perut

Diagnosis Hepatitis D

Untuk mendiagnosis penyakit hepatitis D, dibutuhkan serangkaian tes medis yang diperlukan meliputi:

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Hepatitis via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket hepatitis hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

  • Tes antibodi - Pada pasien positif dengan hepatitis D, akan ditemukan antibodi anti-hepatitis D (IgM dan IgG anti-HDV). Selain itu, pemeriksaan virus dalam darah (viral load) untuk hepatitis D yaitu HDV RNA juga dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyakit ini.
  • Tes fungsi hati - Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa apakah hati mengalami gangguan atau kerusakan. Hasil tes yang diperlukan adalah kadar albumin, SGOT, SGPT, bilirubin, trombosit dan INR.
  • Tes pemindaian - USG atau CT scan untuk mendeteksi apakah terdapat kanker hati

Bagaimana cara mengobati penderita dengan Hepatitis D?

Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan atau setelah seseorang terkena hepatitis B kronis. Orang yang terkena koinfeksi hepatitis B dan hepatitis D mungkin mengalami penyakit akut serius dan berisiko tinggi mengalami gagal hati akut. Orang yang terkena superinfeksi hepatitis D biasanya mengembangkan infeksi hepatitis D kronis yang berpeluang besar menjadi sirosis. Tidak ada vaksin hepatitis D, namun dengan mendapatkan vaksinasi hepatitis B maka otomatis Anda akan terlindungi dari virus ini karena HDV tidak mungkin hidup tanpa HBV. 

Berikut pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita hepatitis D seperti pemberian interferon alpha dengan menyuntikkan setiap minggu dan terapi ini dapat berlangsung selama 12-18 bulan. Meskipun demikian, terkadang setelah pengobatan interferon selesai dijalani, pasien masih dapat memberikan hasil positif pada pengetesan virus HDV

Selain pengobatan interferon alpha, pengobatan lain yang dapat dianjurkan adalah dengan pemberian obat antivirus, istirahat yang cukup dan bila penderita sudah mengalami kerusakan hati akibat sirosis ataupun fibrosis, maka dapat menjalani operasi cangkok hati. Operasi ini dilakukan dengan mengangkat hati pasien yang sudah rusak dan menggantinya dengan hati yang masih sehat yang diperoleh dari donor.

Bagaimana cara mencegah terjadinya Hepatitis D?

Pencegahan pada penderita hepatitis D dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti berikut:

  • Hindari penyalahgunaan obat intravena
  • Ibu yang terinfeksi harus diimunisasi terhadap virus tersebut pada waktu kelahiran
  • Jangan berbagi jarum suntik, gunting dan pisau cukur dengan orang lain
  • Lakukan Vaksinasi Hepatitis B
  • Berhubungan seks dengan perlindungan (condom)
  • Hindari berbagi barang-barang pribadi dengan orang yang terinfeksi HDV
  • Hindari paparan terhadap darah orang yang terinfeksi

Jika Anda mengalami gejala-gejala seperti yang telah disebutkan diatas, segera konsultasikan  ke dokter untuk penegakkan diagnosis pasti dan penanganan yang lebih baik. Seseorang yang telah terdiagnosis HDV harus selalu rutin menjalani program kontrol yang dijadwalkan oleh dokter. Program kontrol yang dianjurkan adalah paling tidak setiap 6 bulan untuk memantau perkembangan infeksi hepatitis D dan juga hepatitis B kronis. Hindari juga semua faktor-faktor resiko yang dapat menularkan virus hepatitis D sehingga terhindar dari infeksi virus tersebut. Semoga bermanfaat.


41 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Roy, et al. Medscape (2017). Hepatitis D. (https://emedicine.medscape.com/article/178038-overview)
Kahn, et al. Healthline (2016). Hepatitis D. (https://www.healthline.com/health/delta-agent-hepatitis-d)
US National Library of Medicine. Pubmed Health (2016). How Does the Liver Work? (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279393/)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app