Hati-hati Diet Ketat Bisa Jadi Penyebab Batu Empedu

Jika sudah mencapai tingkat yang kronis, batu empedu akan menyebabkan penyakit kuning. Penyakit kuning ditandai dengan air seni dan tinja yang berwarna kecokelatan, kulit dan warna putih pada mata berubah menjadi kuning, sendawa, mual, dan nyeri pada perut bagian kanan atas. Hal ini seringkali terjadi setelah mengonsumsi lemak dan sayuran tertentu seperti kubis, bayam, telur, dan cokelat.
Dipublish tanggal: Agu 24, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mar 17, 2020 Waktu baca: 2 menit
Hati-hati Diet Ketat Bisa Jadi Penyebab Batu Empedu

Memiliki berat badan yang ideal tentu merupakan impian semua orang. Banyak orang ingin menurunkan berat badan secara instan. Mereka rela melakukan apa saja untuk mendapatkan hasil yang mereka inginkan. Mulai dari olahraga hingga diet ketat mereka lakukan demi tubuh yang langsing. 

Namun, diet ketat ternyata bisa menyebabkan penyakit, salah satunya batu empedu.

Iklan dari HonestDocs
Meso Slimming Treatment di Reface Clinic

Meso Slimming merupakan teknik non-bedah kosmetik dimana mikroskopis kecil dari obat-obatan kelas medis, vitamin, mineral dan asam amino disuntikkan ke dalam lapisan kulit. Penyuntikan dilakukan pada bagian atas dan tengah untuk mengatasi berbagai jenis masalah penumpukan lemak. Suntikan akan diberikan ke dalam mesoderm, yaitu lapisan lemak dan jaringan di bawah kulit. Befungsi untuk menghilangkan lemak tubuh yang tidak diinginkan dan selulit.

Penyakit batu empedu dan gejalanya

Batu empedu merupakan tumpukan kolesterol cair di saluran empedu atau kandung empedu yang berubah menjadi batu atau mengkristal. Batu empedu ini biasanya ditandai dengan rasa nyeri yang hebat pada perut bagian kanan atas, mual dan muntah

Pada beberapa kasus, rasa nyeri ini bisa menyebar sampai ke bahu, dada, dan tulang belikat.

Jika sudah mencapai tingkat yang kronis, batu empedu akan menyebabkan penyakit kuning. Penyakit kuning ditandai dengan air seni dan tinja yang berwarna kecokelatan, kulit dan warna putih pada mata berubah menjadi kuning, sendawa, mual, dan nyeri pada perut bagian kanan atas. 

Hal ini seringkali terjadi setelah mengonsumsi lemak dan sayuran tertentu seperti kubis, bayam, telur, dan cokelat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit batu empedu

Selain diet ketat, pola makan, dan gaya hidup yang tidak sehat, ternyata masih ada 4 faktor lain yang mempengaruhi penyakit batu empedu, yaitu:

1. Usia

Kebanyakan orang yang menderita penyakit batu empedu adalah orang yang berusia 25 tahun ke bawah. Selain itu, kira-kira 30% lansia juga terkena penyakit batu empedu.

Iklan dari HonestDocs
Meso Slimming Treatment di Reface Clinic

Meso Slimming merupakan teknik non-bedah kosmetik dimana mikroskopis kecil dari obat-obatan kelas medis, vitamin, mineral dan asam amino disuntikkan ke dalam lapisan kulit. Penyuntikan dilakukan pada bagian atas dan tengah untuk mengatasi berbagai jenis masalah penumpukan lemak. Suntikan akan diberikan ke dalam mesoderm, yaitu lapisan lemak dan jaringan di bawah kulit. Befungsi untuk menghilangkan lemak tubuh yang tidak diinginkan dan selulit.

2. Jenis kelamin

Wanita lebih rentan terserang penyakit batu empedu dibandingkan pria. Bagi wanita, kasus yang terjadi berkisar 2 dari 1000 orang. Sedangkan pada pria, kasus yang terjadi berkisar 0,6 dari 1000. Terutama bagi wanita hamil, batu empedu lebih mudah berkembang karena adanya hormon dan pil KB.

3. Obesitas

Orang yang memiliki berat badan berlebihan atau obesitas juga rentan terkena penyakit batu empedu, terutama bagi wanita. Wanita yang memiliki BMI lebih dari 45 memiliki risiko tujuh kali lebih tinggi terserang penyakit batu empedu.

4. Genetik

Penyakit batu empedu ini juga termasuk penyakit genetik. Bila orang tua Anda mengalami penyakit ini, Anda juga berpeluang terkena penyakit yang sama sebesar satu setengah kali.

Cara diet yang aman untuk mencegah penyakit batu empedu

Tidak ada yang instan, semua pasti ada prosesnya. Sama halnya dengan diet. Jika Anda ingin menurunkan berat badan, maka lakukanlah dengan perlahan untuk hasil yang maksimal. 

Selama menjalani program diet, Anda tidak boleh mengurangi asupan kalori secara ekstrim karena hal ini bisa meningkatkan risiko terkena penyakit batu empedu. Inilah beberapa makanan yang disarankan bagi Anda yang ingin menjalani diet dengan aman:

  • Perbanyak konsumsi makanan yang berserat, contohnya nasi merah, gandum utuh, dan roti gandum.
  • Kurangilah konsumsi biji-bijian yang sudah diolah.
  • Kurangilah konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula dalam kadar yang tinggi dan makanan yang mengandung lemak jahat seperti makanan yang sudah digoreng.
  • Perbanyak konsumsi lemak yang baik, seperti alpukat, ikan berlemak, minyak ikan, dan minyak zaitun.
  • Hindarilah diet ketat

Menurunkan berat badan 1 kg selama seminggu dinilai terlalu cepat. Berat badan yang terlalu cepat turun menyebabkan berat badan naik secara cepat pula. Kehilangan berat badan secara ekstrim mampu meningkatkan risiko terserang penyakit batu empedu.

6. Kurangi konsumsi kopi

Kafein yang terdapat dalam kopi dapat menyebabkan kontraksi kandung empedu yang bisa memengaruhi pembentukan batu empedu. Oleh karena itu, Anda harus membatasi konsumsi kopi untuk menurunkan risiko penyakit ini.

Bagi Anda yang ingin melakukan diet, pilihlah diet yang tidak menyebabkan efek samping yang buruk bagi kesehatan Anda. Dengan begitu, berat badan yang ideal bisa Anda dapatkan tanpa menyakiti tubuh

3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Are Very Low-Calorie Diets Safe for Weight Loss?. WebMD. (https://www.webmd.com/diet/low-calorie-diets)
Diet for gallbladder: Foods to eat and avoid. Medical News Today. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/317196.php)
Gallbladder Diet: Foods to Eat and Foods to Avoid. Healthline. (https://www.healthline.com/health/gallbladder-diet)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app