5 Langkah Penting Mengatasi Baby Blues Setelah Melahirkan

Dipublish tanggal: Jun 19, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jul 1, 2019 Waktu baca: 4 menit
5 Langkah Penting Mengatasi Baby Blues Setelah Melahirkan

Bagi kebanyakan orang, melahirkan buah hati merupakan momen yang menyenangkan dan paling ditunggu-tunggu setelah 9 bulan lamanya. Kini Anda tidak lagi hanya sekadar melihat melalui layar USG saja, tapi Anda bisa langsung memeluk dan menimang buah hati Anda secara langsung.

Namun, kebahagiaan ini bisa jadi tidak dirasakan oleh beberapa ibu lainnya yang mengalami sindrom baby blues. Bukannya merasa senang, ibu yang terkena baby blues justru merasa depresi setelah melahirkan.

Kondisi tersebut ternyata cukup umum di masyarakat. Lantas, bagaimana cara mengatasi baby blues setelah melahirkan? Mari simak ulasannya berikut ini.

Apa itu baby blues?

Sederhananya, baby blues merupakan pengertian lain dari depresi setelah melahirkan. Sindrom baby blues adalah gangguan mood yang terjadi pada ibu setelah melahirkan. Biasanya, ibu akan merasa lelah, sedih, kurang nyaman, khawatir, hingga berujung pada depresi.

Kondisi ini sebetulnya normal dialami oleh ibu yang baru saja melahirkan. Bisa jadi karena ibu merasa kaget dengan perubahan hidupnya setelah kedatangan anggota baru di dalam keluarganya.

Penyebab baby blues belum diketahui secara pasti, namun diduga berkaitan dengan perubahan hormon setelah melahirkan. Sindrom baby blues pun juga bisa diperparah dengan kurang tidur, berat badan bayi turun drastis, bayi menangis terus-terusan, dan sebagainya.

Baca Selengkapnya: Depresi Pasca Melahirkan: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Cara mengatasi baby blues setelah melahirkan

Gejala baby blues biasanya terjadi 4-5 hari setelah melahirkan. Seiring berjalannya waktu, gejala tersebut umumnya akan berkurang dan hilang selama 2 minggu setelah melahirkan.

Meski tergolong wajar, ini bukan berarti gejala baby blues boleh disepelekan begitu saja. Justru, peran suami sangat dibutuhkan untuk segera membantu sang istri mengatasi depresi setelah melahirkan.

Tak perlu bingung, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi baby blues setelah melahirkan, di antaranya:

1. Ingatlah bahwa Anda tidak sendirian

Menjadi ibu baru memang bukanlah hal yang mudah dan bisa menjadi momen menyenangkan sekaligus menegangkan. Namun, satu hal yang perlu Anda ingat adalah Anda bukanlah satu-satunya ibu yang mengalami sindrom baby blues.

Melansir dari American Pregnancy Association, sekitar 70-80% wanita di seluruh dunia mengalami depresi setelah melahirkan. Jadi, ini merupakan hal yang wajar dan normal dialami oleh semua ibu baru.

Anda bahkan bisa bertukar cerita dengan para calon ibu lainnya tentang keluh kesah Anda. Hal ini setidaknya bisa menimbulkan sedikit kelegaan hati mengetahui bahwa Anda tidak sendirian.

2. Minta bantuan suami atau keluarga

Jangan segan meminta bantuan atau sekadar sharing dengan suami dan keluarga untuk meringankan beban yang Anda rasakan. Ingat, suami dan keluarga Anda juga perlu mengenali gejala baby blues sehingga bila ini terjadi, mereka akan siap sedia membantu Anda mengatasinya.

Setelah suami pulang kerja, luangkan waktu 5 menit untuk duduk bersama. Tarik napas dalam-dalam lewat hidung dan buang perlahan lewat mulut sebanyak 5 kali.

Lakukan sambil saling bertatapan dan berpegangan tangan supaya suami turut merasakan apa yang Anda rasakan. Cara ini tidak hanya membantu mengatasi baby blues setelah melahirkan, tapi juga mempererat hubungan Anda dengan suami.

3. Konsumsi makanan sehat dan bergizi

Saking sibuknya mengurus bayi, tidak sedikit ibu yang sampai lupa makan. Selain bisa menurunkan daya tahan tubuh ibu, asupan nutrisi yang kurang juga dapat memperparah gejala baby blues, lho!

Menurut penelitian dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, pengaturan pola makan bisa membantu mengatasi baby blues. Blueberry, misalnya, disebut-sebut dapat memperbaiki suasana hati ibu. 

Blueberry mengandung asam amino seperti triptofan dan tirosin yang mampu membantu mengimbangi 'lonjakan' protein pada ibu pasca melahirkan. Dengan demikian, hormon ibu menjadi lebih stabil sehingga suasana hatinya pun juga lebih baik.

Selain blueberry, makanan kaya vitamin D seperti susu, keju, dan yogurt juga dapat membantu mengatasi baby blues pada ibu baru. Manfaat ini juga dapat dirasakan dengan mengonsumsi tuna, salmon, dan ikan berlemak lainnya.

Jenis makanan lainnya yang dapat membantu mengatasi baby blues di antaranya makanan kaya vitamin B seperti telur, daging, hati, kentang, jamur, biji-bijian dan lainnya. 

Baca Juga: 6 Pantangan Makanan Ibu Menyusui

4. Ikut tidur saat bayi Anda tidur

Supaya perasaan Anda jauh lebih baik, cobalah sempatkan tidur saat bayi Anda tidur. Hal ini mungkin terdengar klasik dan bahkan tidak mungkin dilakukan. Pasalnya, kebanyakan ibu akan memilih untuk beres-beres dan melakukan pekerjaan rumah lainnya mumpung si kecil tidur.

Ingat, tubuh Anda juga perlu istirahat, apalagi kalau semalaman Anda sudah ikut begadang bersama si kecil. Setidaknya, sempatkan untuk tidur siang sejenak untuk memulihkan energi dan menenangkan pikiran. Ini juga dapat membantu mengganti jam tidur Anda yang berkurang akibat begadang.

Baca Juga: Manfaat Tidur Siang dan Cara Mendapatkannya

5. Sisihkan waktu untuk me time setiap hari

Guna mengatasi baby blues setelah melahirkan, sisihkan waktu Anda untuk diri sendiri setiap hari. Anda bisa melakukan "me time" dengan berbagai aktivitas positif yang Anda sukai.

Anda bisa latihan pernapasan dalam, meditasi, yoga, pergi ke salon, atau jalan-jalan sejenak bersama suami. Memang sulit rasanya menyempatkan waktu pergi berdua tanpa membawa bayi. Namun, hal ini sebetulnya tidak masalah untuk dilakukan demi membantu menyegarkan pikiran Anda dan mengatasi baby blues setelah melahirkan.

Baca Selengkapnya: Vitamin untuk Ibu Menyusui yang Sebaiknya Bunda Tahu


1 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app