Calamus: Informasi Manfaat dan Cara Kerja

Dipublish tanggal: Apr 1, 2019 Update terakhir: Okt 26, 2020 Waktu baca: 4 menit

Calamus adalah tanaman herbal yang bagian akarnya dimanfaatkan sebagai obat. Calamus memiliki daun berbentuk pedang berwarna hijau cerah, dengan tepi lilin yang menebal di tengah. Di Indonesia sendiri, Calamus sering digunakan sebagai bumbu dapur dan dikenal dengan sebutan "jeringau" atau "dlingo".

Calamus dipercaya sebagai obat herbal untuk mengatasi berbagai masalah pencernaan, mulai dari gastritis, diare, perut kembung, hingga sakit perut. Beberapa orang lainnya bahkan mengunyah Calamus secara langsung guna menghilangkan bau tembakau di mulut.

Sayangnya, sekitar 3 dari 4 spesies Calamus yang ada di dunia mengandung beta-asarone, yaitu bahan kimia penyebab kanker. Namun, setiap spesies mengandung kadar beta-asarone yang berbeda-beda. Satu spesies Calamus mungkin lebih aman daripada yang lain. 

Mengenai Calamus

Golongan

-

Kemasan

-

Kandungan

Daun dan akar (rimpang) Calamus mengandung 1,5-3,5% minyak atsiri yang memicu bau dan rasa khas tanaman. Dari beberapa jenis Calamus, sekitar 75% komponen utama Calamus terdiri dari beta-asarone.

Beta-asarone itu sendiri adalah suatu bahan kimia penyebab kanker. Namun, setiap spesies mengandung kadar beta-asarone yang berbeda-beda, sehingga beberapa produk Calamus mungkin lebih aman daripada yang lain.

Calamus yang sudah diolah menjadi minyak mengandung lebih banyak komponen, di antaranya:

  • Saponin
  • Lektin
  • Seskuiterpenoid
  • Lignan
  • Steroid
  • Hidrokarbon
  • Senyawa karbonat
  • Alkohol
  • Fenol
  • Furan, dan senyawa lainnya.

Kombinasi bahan-bahan kimia tersebut dapat membantu merilekskan otot. Zat kimia tersebut juga disinyalir dapat mengurangi pembengkakan, membunuh sel kanker, hingga membunuh serangga.

Manfaat Calamus

Berbagai manfaat Calamus adalah:

Baca Selengkapnya: Cara Ampuh Mengobati Ambeien di Rumah

Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan manfaat Calamus tersebut bagi kesehatan.

Efek samping Calamus

Pada dasarnya, Calamus termasuk obat herbal yang tidak aman dikonsumsi dengan cara diminum atau oral. Food and Drug Administration (FDA), setara dengan Badan POM di Amerika Serikat, telah melarang penggunaan Calamus di dalam produk makanan.

Hal ini dikarenakan 3 dari 4 spesies Calamus yang ditemukan di dunia mengandung beta-asarone yang dapat memicu kanker. Lagi-lagi, kadar beta-asarone berbeda-beda pada setiap spesies, sehingga beberapa jenis Calamus mungkin lebih aman daripada yang lainnya.

Efek samping Calaus yang paling umum adalah muntah, jantung berdebar-debar, dan pergerakan usus melambat. Segera konsultasikan ke dokter bila Anda mengalami efek samping tersebut.

Dosis Calamus

Dosis obat herbal Calamus berbeda-beda pada setiap orang, tergantung dari usia dan kondisi kesehatan pasien. Namun, sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang cukup mengenai dosis yang tepat untuk Calamus.

Penting diketahui bahwa tidak semua produk alami alias herbal tergolong aman. Pastikan untuk selalu mengikuti petunjuk yang tertera di label kemasan. Sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter atau apoteker sebelum memutuskan untuk mengonsumsi Calamus.

Interaksi Calamus

Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja herbal. Sebagai akibatnya, herbal tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan kepada dokter. Jenis obat yang dapat berinteraksi dengan bahan aktif Calamus adalah:

1. Antasida

Antasida adalah obat yang digunakan untuk menetralkan kadar asam dalam lambung. Sementara di sisi lain, obat herbal Calamus justru dapat meningkatkan asam lambung

Karena cara kerjanya yang berlawanan, obat antasida tidak boleh diminum bersamaan dengan herbal Calamus karena dapat menurunkan efektivitasnya. Beberapa contoh antasida meliputi kalsium karbonat, dihydroxyaluminum sodium karbonat, magaldrate, magnesium sulfat, aluminum hidroksida, dan sebagainya.

2. H-2 blockers

Calamus dapat meningkatkan kadar asam lambung. Sedangkan obat H-2 blockers bekerja sebaliknya, yaitu menurunkan kadar asam lambung.

Itulah kenapa obat H-2 blocker dan herbal Calamus tidak dianjurkan untuk diminum bersamaan. Contoh obat H-2 blockers adalah cimetidine, ranitidine, nizatidine, dan famotidine.

3. Proton pump inhibitors (PPIs)

Proton pump inhibitors (PPIs) merupakan obat yang berfungsi untuk menurunkan kadar asam lambung. Cara kerjanya tentu berlawanan dengan herbal Calamus yang justru meningkatkan asam lambung.

Oleh karena itu, PPIs tidak dianjurkan untuk diminum bersamaan dengan Calamus karena bisa menghilangkan efektivitasnya. Contoh obat PPIs di antaranya omeprazole, lansoprazole, rabeprazole, pantoprazole, dan esomeprazole.

4. Antidepresan

Calamus mengandung bahan kimia tertentu yang dapat memengaruhi tubuh. Bila dikonsumsi bersamaan dengan obat antidepresan, maka bisa jadi akan menimbulkan efek samping obat yang lebih besar.

Beberapa jenis obat antidepresan yang tidak baik dikonsumsi bersamaan dengan Calamus adalah phenelzine, tranylcypromine, dan sebagainya.

Baca Juga: Obat Antidepresan: Manfaat, Efek Samping, dan Dosis

5. Obat sedatif

Mengonsumsi herbal Calamus bersamaan dengan obat sedatif dapat menyebabkan kantuk luar biasa. Pasalnya, kedua jenis obat tersebut sama-sama menyebabkan kantuk bila dikonsumsi sendiri-sendiri.

Beberapa jenis obat sedatif yang tidak baik dikonsumsi bersamaan dengan Calamus adalah clonazepam, lorazepam, phenobarbital, zolpidem, dan sebagainya.

Perhatian

Hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakan obat herbal Calamus adalah sebagai berikut:

  • Hindari menggunakan herbal Calamus bila Anda sedang hamil atau menyusui. Ingat, Calamus tidak aman dikonsumsi secara oral.
  • Calamus dapat membuat detak jantung melambat. Penggunaan Calamus dalam jumlah banyak dapat memperparah kondisi penderita gangguan jantung.
  • Calamus dapat menurunkan tekanan darah. Oleh karena itu, penderita hipotensi tidak dianjurkan untuk menggunakan Calamus.
  • Calamus dapat memengaruhi sistem saraf pusat dengan cara menimbulkan kantuk. Terlebih jika digunakan bersamaan dengan obat yang diberikan saat dan setelah operasi. Sebaiknya hentikan penggunaan Calamus setidaknya 2 minggu sebelum jadwal operasi Anda.

3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Calamus: Health Benefits, Uses, Side Effects, Dosage & Interactions. RxList. (https://www.rxlist.com/calamus/supplements.htm)
Calamus Uses, Benefits & Dosage Herbal Database. Drugs.com. (https://www.drugs.com/npp/calamus.html)
Calamus: Uses, Side Effects, Interactions, Dosage, and Warning. WebMD. (https://www.webmd.com/vitamins/ai/ingredientmono-778/calamus)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app