Aturan Pakai Antihistamin

Dipublish tanggal: Sep 3, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit

Antihistamin adalah obat yang biasa dipakai untuk meredakan gejala alergi seperti gatal-gatal, ruam, bersin, hidung tersumbat atau meler, mata bengkak dan berair. 

Cara Kerja Antihistamin

Saat tubuh menderita alergi, apakah itu makanan, gigitan serangga, kulit, mata, atau lainnya, dan kemudian terpapar alergen, maka ia akan menghasilkan zat yang disebut histamin. Zat kimia yang melebarkan pembuluh darah muncul radang ini sebenarnya berfungsi melawan alergen atau zat pemicu alergi. 

Hanya saja, histamin tidak dikaruniai kemampuan membedakan mana zat berbahaya dan mana yang bukan. Akibatnya, tubuh penderita alergi tetap mengalami reaksi atau peradangan meski terpapar oleh sesuatu yang bukan alergen. 

Nah obat antihistamin inilah yang kemudian dipakai untuk menghentikan histamin agar tidak lagi merangsang sel tubuh untuk bereaksi. Umumnya, antihistamin dalam bentuk tablet mulai efektif bekerja 30 menit setelah diminum. 

Efeknya biasanya tetap ada hingga 1-2 jam berikutnya. Konsumsi antihistamin rutin sangat disarankan khususnya kalau Anda harus sering berhadapan dengan alergen. 

Jenis Antihistamin

Secara umum, antihistamin dikelompokkan menjadi 2 jenis yakni:

Generasi pertama

Antihistamin generasi pertama ini mengandung efek menenangkan pasca dikonsumsi, misalnya seperti mengantuk. Efek samping lain setelah minum antihistamin generasi pertama adalah:

Contoh antihistamin generasi pertama adalah:

Generasi kedua

Lain halnya dengan antihistamin generasi kedua yang tidak menghasilkan efek mengantuk. Walau demikian, efek samping antihistamin generasi kedua memang masih dirasakan beberapa orang, seperti sakit kepala, mulut kering, mual, hingga mengantuk. Akan tetapi reaksinya rata-rata lebih sedikit jika dibanding generasi pertama tadi. Contoh antihistamin jenis ini adalah:

Mana Antihistamin Yang Lebih Baik?

Pertanyaannya sekarang, manakah yang lebih baik di antara keduanya? Jawabannya tentu tergantung dari reaksi alergi yang dialami. Belum lagi, masih tidak cukup kuat bukti yang menjamin kalau antihistamin generasi tertentu lebih baik dari lainnya. 

Tapi, bila alerginya memicu gatal pada kulit misalnya, antihistamin generasi pertamalah yang umumnya lebih cocok. Alasannya karena obat ini bisa membuat Anda tetap tidur nyenyak meski kulit sedang gatal-gatal. 

Oleh sebab itu, keputusan memilih jenis antihistamin mana yang terbaik sebaiknya tidak dilakukan sendiri tanpa persetujuan dokter. Pakar kesehatan pulalah yang paling tahu wujud antihistamin mana yang sesuai dengan keluhan pasien, apakah dalam bentuk tablet, kapsul, cairan, sirup, krim, losion, gel, obat tetes, atau semprot hidung. 

Cara Pakai Antihistamin 

Tentunya cara pakai antihistamin harus sesuai arahan dokter atau petunjuk pada kemasan. Namun sebelum menggunakannya, cari tahu informasi mengenai beberapa hal berikut:

  • Bagaimana cara menggunakannya - apakah dengan air atau makanan, diminum atau lainnya?
  • Berapa banyak dosisnya? Biasanya ini tergantung dari usia dan berat badan.
  • Kapan waktunya - termasuk berapa kali sehari, dan kapan waktu terbaik (generasi pertama misalnya, biasanya disarankan sebelum jam tidur)? 
  • Berapa lama antihistamin aman digunakan? Beberapa jenis antihistamin aman digunakan dalam jangka waktu lama, namun lainnya hanya boleh beberapa hari saja.
  • Apa yang harus dilakukan kalau lupa atau sebaliknya, kebanyakan menggunakan antihistamin?

Di samping itu, perlu diketahui juga bahwa Cetirizine tidak boleh diminum bersama alkohol supaya efek mengantuknya tak semakin parah. Pengguna Loratadine dan Cetirizine yang mengidap asma juga wajib berkonsultasi lebih dulu agar tidak sampai terkena bronkospasma.

Pengguna obat antijamur ketokonazol, antibiotik erythromycin atau rifampin, serta antasid juga diimbau menggunakan Fexofenadine atas petunjuk ahli. Lebih dari itu, hindari mengonsumsi Fexofenadine bersama jus buah karena minuman ini bisa menurunkan efektivitas penyerapan obat dalam tubuh. 

Antihistamin Aman Untuk Siapa Saja?

Terakhir, antihistamin sebenarnya aman untuk siapa saja. Tapi diskusikan pada dokter kalau Anda berada dalam salah satu kondisi berikut:

  • Hamil dan menyusui
  • Menderita epilepsi, ginjal, jantung dan hati.
  • Masih anak-anak
  • Sedang dalam pengobatan lain - antihistamin mungkin berinteraksi dengan obat semacam antidepresan, batuk dan flu, bisul lambung, GORD (gastro-oesophageal reflux disease), dan lain sebagainya.
  • Mengalami pembesaran prostat sehingga sulit buang air kecil (harus berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan antihistamin generasi pertama)
  • Menderita gangguan pernapasan seperti emfisema atau bronkitis kronis
  • Menderita hipertensi, glaukoma, serta gangguan tiroid

26 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Antihistamines and How They're Used. Verywell Health. (https://www.verywellhealth.com/antihistamines-83078)
Zyrtec vs. Claritin: What is the best antihistamine for allergies?. Medical News Today. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/321465.php)
Antihistamines: Using Them Safely. Poison Control. (https://www.poison.org/articles/2012-jun/antihistamines-using-them-safely)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app