Apa itu Anemia Aplastik?

Dipublish tanggal: Sep 5, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit

Apa itu anemia aplastik? Anemia aplastik adalah penyakit autoimun langka yang membuat sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah sebagaimana mestinya. 

Sel darah yang dimaksud di sini meliputi sel darah merah, sel darah putih, serta trombosit.

Tentu saja kondisi rendahnya jumlah sel darah tersebut berdampak pada kesehatan tubuh, mengingat setiap sel memiliki tugasnya masing-masing. 

Sel darah merah misalnya, berperan sebagai pembawa oksigen ke seluruh tubuh. Sedangkan sel darah putih merupakan bagian sistem imun. Lain halnya dengan trombosit yang fungsinya membantu proses pembekuan darah

Meski semua orang dapat mengalami anemia aplastik, tapi kelainan darah tersebut cenderung menyerang kaum remaja, anak muda usia 20an, serta para lansia. 

Jenis Anemia Aplastik

Ditinjau dari faktor penyebabnya, ada 2 jenis anemia aplastik, yaitu:

Genetik (inherited aplastic anemia)

Jenis anemia aplastik yang disebabkan kelainan genetik bawaan ini lebih sering dialami anak-anak atau remaja. Umumnya, penderitanya berisiko tinggi mengidap leukemia atau jenis kanker lainnya.

Paparan langsung (acquired aplastic anemia

Nah kalau anemia aplastik akibat paparan langsung lebih banyak dialami orang dewasa. Kelainan darah satu ini muncul karena adanya gangguan pada sistem imun tubuh, entah akibat paparan virus HIV, obat-obatan tertentu, zat kimia beracun, efek radiasi atau kemoterapi, hingga kehamilan. 

Gejala Anemia Aplastik

Mengenai gejala anemia aplastik, itu tergantung dari jenis sel darah mana yang terkena dampaknya. Bila kadar sel darah merahnya yang rendah, gejalanya meliputi:

Sedangkan kalau sel darah putihnya yang berkurang, gejalanya berupa demam serta gampang terkena infeksi. 

Lain halnya jika kadar trombositnya yang turun, kondisi tersebut membuat penderitanya gampang memar, pendarahan, hingga mimisan. 

Diagnosis Anemia Aplastik

Terdapat 2 metode yang biasa digunakan untuk mendiagnosis anemia aplastik, yakni:

  • Tes darah
  • Biopsi sumsum tulang - setelah sampel sumsum tulang diambil memakai jarum, itu kemudian diperiksa menggunakan mikroskop.

Cara Mengobati Anemia Aplastik

Cara mengobati anemia aplastik untuk kasus ringan rata-rata hanya dengan observasi saja. Tapi untuk yang lebih parah, solusinya biasanya menggunakan obat-obatan atau bahkan transfusi darah

Sedangkan anemia aplastik yang dipicu oleh radiasi, kemoterapi, atau pengobatan tertentu, umumnya akan pulih begitu terapinya selesai. Selanjutnya, berikut kami jabarkan lebih detail soal cara mengobati anemia aplastik:

Transfusi Darah

Walau tak dapat menyembuhkan penyakitnya, tapi transfusi darah bisa membantu meringankan gejala anemianya. Cara ini sekaligus bermanfaat untuk menyuplai sel darah yang tidak mampu dihasilkan sumsum tulang. 

Sayangnya, transfusi darah terus-menerus bisa memicu komplikasi. Penyebabnya karena tubuh cenderung mengembangkan antibodi melawan darah yang ditransfusikan. 

Hal ini membuat transfusi darah kurang efektif dalam meringankan gejala anemia. Untungnya, komplikasi tersebut dapat diredakan menggunakan obat imunosupresan.

Kelemahan lain dari transfusi darah ialah terjadi penumpukan zat besi pada sel darah merahnya sehingga organ tubuh penting terancam mengalami kerusakan. 

Transplantasi Sel Induk

Transplantasi sel induk dilakukan dengan cara menyusun kembali sumsum tulang menggunakan sel induk hasil donor.  Dalam prakteknya, transplantasi sel punca (stem cell) dianjurkan untuk kasus anemia aplastik berat. 

Teknik pengobatan ini dilakukan dengan menghancurkan lebih dulu sumsum tulang yang tidak berfungsi dengan baik. Setelah itu, baru sel induk dari donor (biasanya saudara kandung) dimasukkan melalui darah penderita. 

Sayangnya, tubuh pasien dapat menolak sel induk hasil donor sehingga berisiko memicu komplikasi. 

Imunosupresan

Pemberian obat penekan fungsi sistem kekebalan ini rata-rata diterapkan pada penderita inherited aplastic anemia, yang memang tidak bisa menjalani transplantasi sel induk. Obat ini bekerja dengan cara menekan aktivitas sel imun yang merusak sumsum tulang sehingga itu bisa pulih dan kembali memproduksi sel darah baru.

Kortikosteroid

Guna mengobati anemia aplastik, kortikosteroid seringkali digunakan bersamaan dengan imunosupresan. Sayangnya obat ini mengakibatkan ketergantungan karena jika pasien berhenti mengonsumsinya, maka penyakitnya akan kambuh lagi.

Stimulan Sumsum Tulang

Ada pula jenis obat lainnya yang efektif merangsang sumsum tulang agar tetap mampu menghasilkan sel-sel darah baru. Contohnya seperti sargramostim, pegfilgrastim, dan lain sebagainya.

Antibiotik dan Antivirus

Karena anemia aplastik dapat melemahkan imun (kalau kadar sel darah putih yang merosot), maka tubuh jadi rawan kena infeksi. Karenanya demi mencegah infeksinya semakin parah, dokter biasanya meresepkan antibiotik dan antivirus. 

Yang harus diperhatikan

Terakhir, berikut beberapa hal penting yang harus diingat penderita anemia aplastik:

  • Hindari jenis olahraga yang melibatkan kontak fisik karena tubuh rawan mengalami cedera maupun pendarahan.
  • Cuci tangan lebih sering.
  • Lakukan vaksinasi rutin setiap tahun.
  • Jangan terlalu sering berada di keramaian agar risiko tertular infeksi lebih kecil. 
  • Tanyakan ke dokter soal metode pengobatan anemia aplastik mana yang sesuai dengan kondisi Anda. 

12 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
DeZern AE, et al. Haploidentical donor bone marrow transplantation for severe aplastic anemia. Hematology/Oncology Clinics of North America. 2018; doi:10.1016/j.hoc.2018.04.001.
Aplastic anemia. Aplastic Anemia and MDS International Foundation. https://www.aamds.org/diseases/aplastic-anemia.
Olson TS. Treatment of aplastic anemia in adults. https://www.uptodate.com/contents/search.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app