Alat Kontrasepsi IUD: Efek Samping, Cara Kerja, dan Keefektifan

Dipublish tanggal: Mei 28, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
Alat Kontrasepsi IUD: Efek Samping, Cara Kerja, dan Keefektifan

Alat Kontrasepsi IUD: Efek Samping, Cara Kerja, dan Keefektifan

Untuk mencegah kehamilan, para pasangan suami istri biasanya menggunakan alat kontrasepsi, ada yang berupa kondom, pil KB, hingga IUD. IUD sendiri adalah alat berupa plastik berbentuk huruf T yang memiliki ukuran sebesar uang logam. Alat ini biasa ditanam di dalam rahim untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Cara Kerja IUD
IUD yang memiliki lapisan tembaga berfungsi untuk menghalangi jalannya sperma agar tidak bertemu dengan sel telur. Selain itu, alat ini juga berfungsi untuk mencegah telur agar sulit dibuahi sperma. IUD ini biasanya dilapisi oleh hormon progesteron.

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Birth Control (Kontrasepsi) via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket birth control (kontrasepsi) hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Hormon progesteron yang terdapat di dalam IUD memiliki peran untuk menipiskan dinding rahim, membuat cairan serviks lebih kental, dan juga dalam beberapa kasus tertentu dapat menghentikan proses ovulasi. IUD progesteron juga biasa digunakan untuk mengurangi rasa nyeri yang hebat ketika memasuki siklus menstruasi.

Keefektifan IUD
IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang dilansir memiliki tingkat keefektifitasan yang tinggi terutama dalam mencegah kehamilan. Setelah diuji selama beberapa tahun, hanya 1 dari 100 pasangan yang menggunakan alat ini mengalami kehamilan. Hal ini membuktikan bahwa IUD sangat efektif digunakan untuk mencegah kehamilan.

Selain itu, IUD juga dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Dari berbagai penelitian dan pengalaman diketahui bahwa tingkat ketahanan IUD ini dapat bertahan lama. 

IUD tembaga dapat bertahan hingga mencapai kurun waktu hingga 10 tahun lamanya. Sedangkan IUD progesteron dapat bertahan hingga mencapai kurun waktu 3 sampai 5 tahun.

Adanya IUD ini sangat membantu, terutama bagi para wanita yang belum siap untuk memiliki momongan. Walaupun dapat bertahan lama, IUD ini juga  dapat dilepas dan dicabut kapan saja, dan tentunya dengan bantuan dan juga pengawasan dokter kandungan.

Perlindungan Penyakit Seksual
Hampir sama seperti pada alat kontrasepsi lainnya, IUD tidak memiliki kemampuan untuk mencegah paparan penyakit kelamin. IUD hanya berfungsi untuk mencegah terjadinya kehamilan. Oleh karena itu bagi para pasangan yang ingin mencegah infeksi penyakit kelamin, disarankan untuk selalu menggunakan kondom ketika melakukan kegiatan hubungan seksual.

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Birth Control (Kontrasepsi) via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket birth control (kontrasepsi) hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Untuk pemasangan IUD ini juga tidak bisa dilakukan sembarangan. Dokter biasanya akan memastikan ada tidaknya paparan infeksi penyakit kelamin di daerah kelamin. Hal ini penting dilakukan, karena jika IUD dipasang bersamaan dengan adanya infeksi kelamin, maka hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya penyakit radang panggul.

Cara aman yang menjadi satu-satunya metode untuk menghindari penularan penyakit kelamin adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual. Selain dapat mencegah terjadinya kehamilan, hal ini juga akan menghindarkan paparan penyakit kelamin.

Efek Samping Penggunaan IUD
Walaupun IUD memiliki tingkat keefektifitasan yang tinggi, penggunaan IUD juga dapat menimbulkan efek samping yang harus diwaspadai. Beberapa efek samping yang ditimbulkan antara lain periode menstruasi yang menjadi lebih singkat, pendarahan menjadi tidak teratur, dan berbagai gejala yang mirip dengan PMS seperti sakit kepala, jerawat, dan juga nyeri payudara.

Pengeluaran IUD secara Paksa
Seperti yang sudah dijelaskan, selain dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, IUD juga dapat dikeluarkan secara paksa. Beberapa proses pengeluaran paksa ini biasanya akan menghadirkan risiko namun tingkatnya sangat rendah.

Untuk memeriksa dan mengontrol IUD di dalam rahim, Anda dapat memeriksakan diri ke dokter kandungan. Selain itu pemeriksaan rutin juga perlu dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan setelah pemasangan IUD pertama kali.

Demikianlah informasi dan penjelasan mengenai IUD sebagai salah satu alat kontrasepsi. Semoga dapat menambah informasi dan wawasan bagi Anda sekalian.

18 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
The intrauterine device (IUD). (n.d.). (http://www.pamf.org/teen/sex/birthcontrol/iud.html)
Ono S, et al. (2017). Restrosepctive cohort study of the risk factors for secondary infertility following hysteroscopic metroplasty of the uterine septum in women with recurrent pregnancy loss. DOI: (https://doi.org/10.1002/rmb2.12072)
Mayo Clinic Staff. (2018). ParaGard (copper IUD). (https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/paragard/about/pac-20391270)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app