Virus Zika - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Mar 3, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Waktu baca: 3 menit

Anda tentunya sudah pernah mendengar mengenai virus Zika. Virus yang disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini telah menjangkiti berbagai negara di dunia, termasuk Brazil, Amerika Utara, Amerika Selatan, Karibia, Afrika, dan Samoa.

Gejalanya berupa demam, nyeri sendi, mata merah, ruam, hingga mikrosefali pada bayi. Di Indonesia sendiri, virus zika ditemukan kali pertama di Jambi pada Desember 2014 hingga April 2015

Beberapa hari ini, virus Zika menjadi perhatian karena ada temuan sebanyak 41 orang terjangkit Zika di Singapura. Infeksi pertama teridentifikasi berasal dari pria 48 tahun yang baru saja kembali dari Brasil. Hal itu membuat Indonesia waspada akan masuknya virus Zika dari negara-negara tetangga.

  • Zika menyebar sebagian besar oleh gigitan nyamuk spesies Aedes yanggt;infeksi (Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus). Nyamuk ini menggigit sepanjang siang dan malam
  • Zika dapat ditularkan dari wanita hamil ke janinnya. Infeksi selama kehamilan dapat menyebabkan cacat pada bayi yang baru lahir. Wanita hamil tidak boleh bepergian ke daerah endemik dengan risiko terjangkit virus Zika
  • Tidak ada vaksin atau obat untuk Zika
  • Cara terbaik untuk mencegah Zika adalah mencegah gigitan nyamuk
  • Orang yang terinfeksi virus Zika dapat menyebarkan virus melalui gigitan nyamuk dan seks

Bagaimana virus Zika bisa menyebar?

Sejauh ini ada 4 cara penularan virus Zika, yaitu dengan cara sebagai berikut:

  • Melalui gigitan nyamuk
  • Dari wanita hamil hingga janinnya
  • Melalui hubungan seks
  • Melalui transfusi darah (sangat mungkin tetapi tidak dikonfirmasi) 

Apa saja gejala yang dapat anda temukan jika seseorang terinfeksi?

Banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi virus Zika karena tidak ada gejala yang khas atau hanya akan menimbulkan gejala ringan. Gejala yang ditimbulkan tidak khas dan seperti muncul ruam, sakit kepala, nyeri sendi, mata merah dan nyeri otot.

Hal ini yang menyebabkan virus Zika sulit untuk dideteksi pada tahap awal dan membuat penyebarannya cepat.

Gejalanya bisa berlangsung selama beberapa hari hingga seminggu. Infeksi virus Zika tidak berat dan akan hilang dengan sendirinya jika tubuh Anda dalam keadaan sehat. Begitu seseorang telah terinfeksi Zika, mereka kemungkinan akan terlindung dari infeksi di masa depan.  

Bagaimana membedakan infeksi virus Zika dengan DBD?

Jika dilihat dari gejala dan nyamuk yang terlibat dalam penularannya, virus Zika dan DBD sangat sulit untuk dibedakan. Namun sebenarnya terdapat beberapa gejala khas yang bisa membedakan keluhan infeksi virus Zika dengan penyakit Demam Berdarah, beberapa tanda khusus tersebut antara lain:

  • Suhu tubuh saat demam memang cenderung naik turun sebagaimana gejala Demam Berdarah, tetapi tidak terlalu tinggi, kadang maksimal hanya mencapai 38 derajat Celsius.
  • Berbeda dengan dengan infeksi virus Dengue, pada infeksi virus Zika ini mata pasien akan merah karena mengalami radang Konjungtiva atau Konjungtivitis.
  • Muncul beberapa ruam pada kulit yang berbentuk Makulapapular atau ruam melebar dengan benjolan tipis yang timbul. Sedangkan pada DBD ruam hanya seperti titik-titik kecil.
  • Berbeda dengan infeksi Demam Berdarah, infeksi virus Zika tidak menyebabkan penurunan Kadar Trombosit. 

komplikasi yang ditimbulkan dari infeksi virus Zika?

Pada umumnya virus ini tidak membahayakan bagi orang dengan kondisi biasa. Namun pada beberapa kasus suspek Zika dilaporkan juga mengalami Guillain Bare Syndrome (GBS) yang dapat menyebabkan kelumpuhan saraf otak. Namun hubungan ilmiahnya masih dalam tahap penelitian.  

Komplikasi pada masa kehamilan

Berdasarkan studi yang masih berlangsung di Brasil memang menyatakan adanya hubungan antara keberadaan virus Zika dalam tubuh wanita hamil dengan kasus bayi dengan kepala yang kecil (Mikrosefali) saat bayinya lahir.

Adanya kelainan kepala ini tentu akan berpengaruh pada perkembangan otak bayi sehingga perkembangan mentalnya juga akan menjadi terganggu. Inilah salah satu alasan yang membuat kasus virus Zika ini banyak di bicarakan akhir-akhir ini.

Namun demikian, hubungan infeksi virus Zika pada ibu hamil dengan kejadian Mikrosefali pada bayi yang dilahirkan ini belum terbukti secara final, namun bukti ke arah sana semakin kuat.  

Bagaimana penanganan jika Anda terinfeksi virus Zika?

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, saat ini vaksin untuk virus Zika belum ditemukan sehingga obat-obatan yang diberikan hanya bertujuan untuk mengatasi gejala yang timbul, yaitu apabila gatal diberikan obat gatal dan apabila demam atau nyeri otot diberikan obat demam dan pengurang rasa nyeri.

Namun sebaiknya jangan mengkonsumsi Aspirin atau obat-obatan NSAID (Non Stereoid anti inflmation) lainnya karena lebih berisiko. Selain itu, pengobatan yang ada harus juga didukung dengan tindakan:

  • Istirahat yang cukup.
  • Banyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi.
  • Mengonsumsi makanan yang bergizi dengan meningkatkan asupan vitamin dalam tubuh untuk memicu sistem imunitas membentuk perlawanan alami terhadap virus Zika.

Jika Anda curiga bahwa Anda terinfeksi virus zika, segera mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan dan memastikan Anda tertular penyakit ini atau tidak.


13 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Harding, M. Patient.info (2016). Zika Virus. (https://patient.info/doctor/zika-virus-pro)
Mayo Clinic (2017). Diseases and conditions. Zika Virus. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/zika-virus/symptoms-causes/syc-20353639)
NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Zika Virus. (https://www.nhs.uk/conditions/zika/)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app