Alasan Dunia Medis Larang Pernikahan Sedarah, Ini Bahayanya

Dipublish tanggal: Jul 3, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jul 5, 2019 Waktu baca: 3 menit
Alasan Dunia Medis Larang Pernikahan Sedarah, Ini Bahayanya

Adik dan kakak semestinya menjalin hubungan persaudaraan yang akur dalam sebuah keluarga. Akan tetapi, akan lain ceritanya jika hubungan tersebut terjalin terlalu jauh hingga terjadi pernikahan sedarah.

Belakangan ini, tanah air digemparkan dengan pemberitaan soal kakak-adik kandung yang terlibat dalam pernikahan sedarah. Hal ini tentu menyimpang dari norma sosial yang ada di Indonesia. Bukan tanpa alasan, pernikahan sedarah ternyata menyimpan segudang bahaya bagi kesehatan, terutama untuk keturunannya.

Bahaya pernikahan sedarah bagi kesehatan

Anda mungkin tidak pernah membayangkan bagaimana jadinya jika seorang kakak menikahi adik kandungnya sendiri. Terlepas dari apa pun alasannya, perkawinan sedarah tetap tidak dibenarkan dan secara nyata dilarang.

Pernikahan sedarah, atau incest, adalah sistem perkawinan antar dua individu yang berasal dari satu garis keluarga. Misalnya ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau kakak dengan adik kandungnya.

Tak hanya dianggap tabu, perkawinan sedarah juga dapat menyebabkan masalah kesehatan serius pada keturunannya nanti. Berikut ini berbagai bahaya pernikahan sedarah:

1. Sistem imun rendah

Setiap orang memiliki 2 pasang gen dalam tubuhnya, satu dari ayah dan satu dari ibu. Versi kedua gen tersebut bisa jadi berbeda. Inilah yang menentukan apakah seorang anak nantinya akan sehat atau tidak, tergantung dari kondisi genetik kedua orangtuanya.

Singkatnya, seorang keturunan dari pernikahan sedarah akan memiliki genetik yang sangat mirip. DNA turunan dari ayah dan ibunya akan mirip karena berasal dari satu garis keluarga. Dengan kata lain, anak hasil perkawinan sedarah akan memiliki DNA yang kurang bervariasi.

Kurangnya variasi DNA dapat menyebabkan sistem imun tubuh melemah. Anak tersebut akan memiliki variasi gen atau alel Major Histocompatibility Complex (MHC) yang jumlahnya sedikit. 

MHC adalah sekelompok gen yang bertugas untuk menangkal penyakit. MHC dapat bekerja dengan baik jika alel dalam tubuh beragam. Semakin beragam alel, maka tubuh akan semakin optimal melawan penyakit dalam tubuh.

Karena tubuh anak hasil pernikahan sedarah memiliki alel yang sedikit, maka tubuhnya akan lebih sulit mendeteksi zat-zat asing yang masuk. Akibatnya, anak tersebut cenderung gampang sakit.

2. Anak lahir cacat

Pernikahan sedarah yang berasal dari satu garis keluarga dapat menghasilkan keturunan yang cacat. Menurut sebuah studi yang melibatkan 48 kasus incest pada tahun 2008 silam, para ahli menemukan bahwa pernikahan terlarang ini dapat meningkatkan risiko cacat lahir.

Didukung oleh penelitian di Cekoslowakia, sekitar 42% anak hasil perkawinan sedarah lahir dengan cacat lahir parah dan meninggal ketika dilahirkan. Sementara 11 persen lainnya memiliki risiko keterbelakangan mental.

3. Hemofilia

Pernikahan sedarah juga bisa menyebabkan keturunannya berisiko tinggi terkena hemofilia. Namun, perlu dicatat bahwa hemofilia tidak selalu terjadi karena perkawinan sedarah. 

Hemofilia adalah kelainan genetik pada darah karena kekurangan faktor pembekuan darah. Kondisi ini terjadi akibat mutasi pada kromosom X dan dapat diturunkan sepanjang garis keluarga ibu.

Karena wanita memiliki dua pasang kromosom X, maka anak perempuan harus mewarisi dua pasang gen cacat untuk bisa mengidap hemofilia.

Di sisi lain, pria memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y. Hal ini menyebabkan pria bisa mengalami hemofilia meskipun hanya mendapatkan 1 gen cacat dari orangtuanya. Anak hasil keturunan incest dapat mewarisi 2 salinan gen rusak sekaligus yang diturunkan dari ibunya.

Baca Juga: Kenali Hemofilia dari Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

4. Penyakit autosomal resesif

Setiap orang umumnya membawa gen penyakit keturunan yang diwariskan oleh salah satu orangtuanya. Misalnya, ayah Anda mengidap diabetes, sedangkan ibu tidak. Maka, ayah Anda akan mewariskan 50% gen "rusak" tersebut pada tubuh Anda, sementara 50% sisanya Anda diselamatkan oleh gen sehat dari ibu. Dengan demikian, Anda belum tentu pasti akan mengidap diabetes selama Anda menjaga pola hidup sehat.

Beda dengan anak hasil pernikahan sedarah, anak tersebut biasanya akan membawa gen penyakit keturunan yang lebih besar. Kondisi ini disebut dengan penyakit autosomal resesif.

Penyakit autosomal resesif adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan oleh kedua orangtuanya. Contoh penyakit autosomal resesif adalah albinisme (albino), anemia sel sabit, fibrosis kistik, dan sebagainya.

Pada kasus pernikahan sedarah, baik ayah maupun ibu akan mewariskan gen yang mirip pada anaknya. Ambil contoh, ayah Anda mengidap albinisme. Anda dan pasangan Anda (entah kakak atau adik) sama-sama membawa 50% peluang untuk mewariskan gen rusak pada anak Anda.

Jika terjadi perkawinan sedarah, bukan hal tidak mungkin jika keturunan Anda nantinya akan membawa alel resesif albinisme dari Anda berdua. Peluang ini bisa jadi 25% sampai 100%. 

Namun, ini bukan berarti bahwa albinisme, anemia sel sabit, atau fibrosis kistik terjadi hanya karena perkawinan sedarah. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk memilih pasangan yang tepat dan bukan saudara kandung atau dalam satu garis keluarga. Carilah pasangan yang sehat supaya nantinya Anda dapat melahirkan keturunan yang sehat dan sempurna.

Baca Selengkapnya: Pernikahan Beda Ras, Ini Faktor Risikonya Bagi Kesehatan


11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Narkede PA. (2015). An empirical study on blood types and personality. (http://www.ijssbt.org/volume3.2/pdf/7.pdf)
Mayo Clinic Staff. (2018). Rh factor blood test. (https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/rh-factor/about/pac-20394960)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app