Inkontinensia Urin: Kesulitan Menahan Kencing dan Cara Mengatasinya

Beberapa usaha berikut ini dapat Anda lakukan untuk mengatasi inkontinensia urin. Disisi lain, pengobatan tertentu juga bisa dilakukan, namun harus disesuaikan dulu dengan penyebab inkontinensia tersebut.
Dipublish tanggal: Jul 8, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jul 22, 2019 Waktu baca: 2 menit

Pernahkah Anda mengalami kesulitan menahan kencing? Kondisi ini disebut dengan inkontinensia urin. Inkontinensia urin wajar dialami oleh setiap orang baik perempuan dan laki-laki. Namun, kondisi ini lebih sering dialami oleh ibu yang baru saja melahirkan karena perubahan otot-otot usai melahirkan.

Mengenal inkontinensia urin

Selain kesulitan menahan kencing, inkontinensia urin juga diartikan sebagai keinginan untuk membuang air kecil secara terus menerus. Disamping itu, kondisi ini juga sering dialami pada wanita lanjut usia lebih dari 60 tahun. Perlu Anda tahu, risiko inkontinensia urin pada wanita ini lebih tinggi daripada laki-laki.

Terdapat beberapa hal penyebab inkontinensia urin, diantaranya penuaan. Namun, perlu digarisbawahi bahwa penuaan ini dikarenakan penurunan fungsi pada saluran kencing itu sendiri. Bisa juga dipengaruhi oleh gangguan pada sistem tubuh, misalnya penyakit kronis yang umum diderita oleh orang lanjut usia.

Ketahuilah, sebelum dikeluarkan dari tubuh, urin disimpan sementara dalam kandung kemih. Proses pembuangan urin ini ditandai dengan otot-otot pada kandung kemih yang mengencang sehingga urin dapat mengalir melalui uretra

Pada saat yang bersamaan, otot sekitar area uretra menjadi rileks dan urin keluar dari tubuh. Nah, pada kasus inkontinensia, otot rileks tanpa tanda-tanda bisa ditahan.

Penyebab Inkontinensia

Inkontinensia urin ini disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya infeksi saluran kencing, iritasi, sembelit, infeksi vagina, sembelit, dan efek samping dari obat tertentu. 

Disamping itu, inkontinensia urin juga disebabkan oleh otot kandung kemih yang mulai melemah atau terlalu aktif, kerusakan saraf yang berfungsi mengontrol kemik seperti Parkinson, hingga penyumbatan akibat pembesaran prostat.

Gejala inkontinensia urin

Mengompol ketika merasa tertekan

Seseorang penderita inkontinensia urin akan tiba-tiba mengompol ketika merasa tertekan, misalnya oleh batuk, tertawa keras, bersin, ataupun mengangkat beban. Hal dapat terjadi karena otot saluran kandung kemih sudah melemah sehingga tidak kuat untuk menahan urin ketika mendapat tekanan. 

Otot kandung kemih yang melemah ini disebabkan oleh beberapa hal, misalnya persalinan, berat badan yang berlebih, hingga komplikasi pascaoperasi.

Tidak mampu menahan buang air kecil

Penderita inkontinensia urin juga tidak mampu menunda waktu untuk buang air kecil ketika merasa kebelet. Bahkan, hanya dengan mendengar suara aliran air saja, seorang penderita bisa saja langsung mengompol. Hal ini disebabkan oleh otot kandung kemih yang mengalami kontraksi berlebih.

Kontraksi berlebihan ini dipicu oleh konsumsi kafein, soda, maupun alkohol.

Kapan harus ke dokter?

Ketika Anda mengalami gejala inkontinensia urin, akan lebih baik untuk segera ditangani oleh dokter supaya kondisi tidak semakin memburuk. Berikut ini gejala yang harus segera diwaspadai dan dianjurkan menghubungi dokter. 

Diantaranya, lemas pada salah satu bagian tubuh, kesemutan pada bagian tubuh tertentu, gangguan berjalan, bicara, penglihatan, kesadaran menurun, dan tidak mampu menahan BAB.

Cara mengatasi inkontinensia urin

Beberapa usaha berikut ini dapat Anda lakukan untuk mengatasi inkontinensia urin. Disisi lain, pengobatan tertentu juga bisa dilakukan, namun harus disesuaikan dulu dengan penyebab inkontinensia tersebut.

Senam kegel

Senam kegel ini merupakan salah satu jenis olahraga ringan yang membantu otot supaya mampu menahan maupun memberhentikan urin lebih lama sebelum Anda sampai ke kamar mandi.

Biofeedback

Biofeedback merupakan pengobatan alternatif yang membantu Anda menyadari sinyal dari tubuh maupun mengontrol otot kemih dan uretra.

Perubahan Gaya Hidup

Hindari konsumsi alkohol, merokok, maupun konsumsi kafein berlebih supaya kesehatan tubuh tetap terjaga. Ingat, kafein ini tidak hanya pada kopi, melainkan teh maupun soda.


22 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) Committee on Practice Bulletins — Gynecology and the American Urogynecologic Society. ACOG Practice Bulletin No. 155: Urinary Incontinence in Women. Obstetrics & Gynecology. 2015;126:e66.
Lukacz ES. Treatment of urinary incontinence in women. https://www.uptodate.com/home.
Linder BJ, et al. Autologous transobturator urethral sling placement for female stress urinary incontinence: Short-term outcomes. Urology. 2016;93:55.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app