Berbagai Gejala Malaria yang Perlu Diwaspadai dan Pengobatannya

Dipublish tanggal: Des 12, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
Berbagai Gejala Malaria yang Perlu Diwaspadai dan Pengobatannya

Menjelang musim penghujan, ada banyak penyakit yang mulai bermunculan. Salah satunya penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk seperti malaria. Sekali gejala malaria muncul, harus segera diatasi sebab jika penanganannya lambat akan membahayakan kondisi pasien seperti menyebabkan anemia berat, gagal ginjal, hingga kematian. 

Untungnya, kejadian malaria di Indonesia terus menurun setiap tahunnya. Namun, angka penderita malaria di beberapa wilayah seperti Indonesia Timur masih tinggi. Sementara di DKI Jakarta dan Bali sudah mulai masuk dalam kategori bebas malaria. 

Apa penyebab malaria?

Penyakit malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk yang memiliki parasit Plasmodium didalam tubuhnya. Setelah seseorang terkena gigitan nyamuk penyebab malaria, parasit tersebut akan masuk ke dalam tubuh lalu menyerang sel darah merah.

Baca Selengkapnya: Siklus Hidup Plasmodium Penyebab Malaria

Terdapat berbagai macam jenis parasit Plasmodium yang berpengaruh terhadap gejala malari dan pengobatan yang dibutuhkan. 

Tanda dan gejala malaria

Para penderita malaria biasanya akan mengeluh demam dan juga menggigil. Biasanya, gejala malaria ini muncul sekitar 10-15 hari setelah penderita terkena gigitan nyamuk malaria.

Ada 3 tahap yang akan dilalui oleh para penderita malaria. Pada awalnya, sekitar 6-12 jam pertama tubuh penderita akan menggigil dan mengalami demam serta sakit kepala.

Akibat demam tersebut, tubuh penderita akan mengeluarkan keringat dan merasa lemas tak bertenaga. Setelah beberapa hari ke depan, suhu tubuh pasien akan kembali normal.

Cara mendiagnosis malaria

Saat Anda mencurigai mengalami gejala malaria, hal pertama yang akan ditanyakan oleh dokter adalah lokasi rumah Anda. Dokter akan menanyakan apakah daerah tersebut memang memiliki kasus malaria yang tinggi atau tidak.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan tes darah. Pemeriksaan darah dilakukan dengan cara tes diagnostik cepat malaria. Pasien akan menjalani pemeriksaan di bawah mikroskop untuk mendeteksi apakah ada parasit Plasmodium yang menimbulkan gejala malaria dan mengetauhi jenis malarianya. 

Cara mengobati malaria

Pengobatan malaria ditujukan untuk membunuh bakteri dan parasit yang ada dalam darah. Jenis pengobatan dan waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi gejala malaria berbeda-beda, tergantung jenis parasit penyebab malaria, tingkat keparahan gejala, hingga kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan membuat regimen kombinasi obat yang dikenal dengan artemisin based combination therapies (ACT) untuk mengobati gejala malaria karena infeksi Plasmodium falciparum. Kombinasi dari obat ini ialah:

  • Kombinasi obat artemether dan lumefantrine
  • Kombinasi artesunate dan amodiaquine
  • Kombinasi dihydroartemisinin dan piperaquine
  • Kombinasi artesunate, sulfadoxine, dan pyrimethamine

Obat-obatan ini diberikan kepada pasien setidaknya selama 3 hari, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Sedangkan bagi ibu hamil yang sedang memasuki usia kandungan trimester pertama akan diberikan pil kina yang ditambah dengan clindamycin selama 7 hari. 

Kombinasi obat ACT atau obat chloroquine dapat digunakan untuk mengatasi gejala malaria yang disebabkan oleh parasite Plasmodium vivax. Jika penderita malaria sudah memasuki tingkat keparahan yang tinggi, maka dokter akan menyarankan penderita untuk dirawat di rumah sakit dan memberikan suntikan obat setidaknya 24 jam pertama. Lalu setelahnya, obat tersebut akan diganti dengan tablet.

Baca Juga: Awas! 6 Penyakit Ini Sering Menyerang Saat Musim Hujan


10 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Desruisseaux MS, et al. (2010). Cerebral malaria: A vasculopathy. DOI: (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2832128/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app