Berhenti Merokok? Ini Efek yang Dirasakan

Dipublish tanggal: Mei 26, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
Berhenti Merokok? Ini Efek yang Dirasakan

Merokok menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Efek negatif yang diberikan cukup mengerikan. Tidak hanya bagi perokok aktif, orang yang menghirup asap rokok pun bisa terkena penyakit yang berbahaya. 

Karena dampak yang sangat buruk tersebut, banyak pecandu rokok yang akhirnya memutuskan untuk berhenti. Dengan berusaha mengurangi rokok per harinya, perokok bisa terlepas dari kecanduan akan nikotin secara perlahan.

Namun faktanya untuk bisa terlepas dari rokok, dibutuhkan usaha yang cukup keras. Selain memantapkan niat dalam diri, dukungan dari keluarga, teman, atau bahkan pasangan juga sangat diperlukan. Saat Anda berhenti merokok, kondisi tubuh akan mengalami berbagai perubahan. 

Proses tersebut langsung bisa dirasakan selang beberapa menit usai Anda berhenti merokok. Tentu saja kondisi badan menjadi lebih sehat dan bugar serta terbebas dari pengaruh nikotin.

Berbagai Perubahan yang Terjadi pada Tubuh Setelah Berhenti Merokok

Butuh keberanian serta tekad yang kuat untuk bisa berhenti dari kebiasaan rokok. Kandungan nikotin pada rokok bersifat sangat adiktif dan sulit untuk ditinggalkan. 

Saat Anda mencoba berhenti merokok, ada banyak perubahan yang terjadi pada tubuh. Beberapa diantaranya adalah:

20 menit
Saat Anda merokok, detak jantung akan meningkat karena pengaruh nikotin yang terdapat pada rokok. Namun ketika Anda berhenti merokok, dalam hitungan 20 menit saja, detak jantung akan menurun dengan perlahan dan kembali normal.

 2 jam
Dalam rentang 2 jam, ujung jari pada tangan dan kaki akan terasa hangat sebab peredaran periferal kembali normal. Namun pada tahapan ini, Anda akan merasakan sakaw terhadap nikotin yang ditandai dengan gejala kepala pusing, keringat berlebih, frustasi, tegang, cemas, insomnia, kesemutan di telapak tangan dan kaki, serta nafsu makan yang meningkat.

8-12 jam
Delapan jam pertama setelah Anda meninggalkan kebiasaan merokok, kandungan karbon monoksida dalam tubuh akan menurun dan tergantikan oleh oksigen. Kondisi inilah yang membuat badan Anda terasa lebih segar karena terbebas dari racun karbon monoksida.

24 jam
Merokok memang meningkatkan risiko penyakit jantung. Namun setelah 24 jam Anda berhenti merokok, bahaya penyakit jantung yang selama ini menghantui akan menurun dengan perlahan. 

Kondisi paru-paru kembali membaik dan racun yang menghalangi jalan pernapasan akan dilunturkan. Pada tahapan ini, Anda akan merasakan gejala sakaw yang sangat mengganggu seperti permasalahan pernapasan, batuk, sakit tenggorokan, dan lain sebagainya.

48 jam
Bahaya nikotin juga akan mengganggu fungsi beberapa indera terutama perasa dan penciuman. Saat pengaruh nikotin terhenti, ujung-ujung syaraf akan kembali tumbuh sehingga kedua indera tersebut bisa bekerja dengan normal kembali.

3 hari
Setelah 3 hari berhenti merokok, kadar nikotin dalam tubuh akan menghilang seluruhnya. Namun gejala sakaw masih akan dirasakan seperti kram, mual, kurang bisa mengendalikan emosi, dan lain sebagainya.

2-12 minggu
Kebiasaan merokok membuat sirkulasi darah menjadi terganggu. Inilah yang menyebabkan Anda mudah capek saat melakukan aktivitas fisik yang berat. Usai 12 minggu terlepas dari rokok, kondisi fisik perlahan kembali pulih dan Anda bisa melakukan berbagai kegiatan termasuk olahraga dengan lancar.

3-9 bulan
Gejala sakaw akan hilang secara sempurna pada tahapan ini. Proses regeneratif paru-paru yang terjadi akan membuat badan semakin sehat dan terbebas dari batuk serta kesulitan bernapas.

1 tahun
Risiko berbagai penyakit yang disebabkan oleh rokok seperti serangan jantung, paru-paru, dan stroke akan menurun sebanyak 50%. Meski Anda sudah bisa meninggalkan kebiasaan rokok selama satu tahun, namun keinginan untuk kembali mencicipi dapat datang lagi. Karena itu pertahankan konsistensi dan jauhi lingkungan yang bisa mempengaruhi Anda untuk merokok kembali.


11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Yilmaz MO, et al. (2015). Relationship between smoking and female sexual dysfunction. DOI: (http://dx.doi.org/10.4172/2167-0250.1000144)
Verschuere S, et al. (2012). The effect of smoking on intestinal inflammation: What can be learned from animal models? DOI: (https://doi.org/10.1016/j.crohns.2011.09.006)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app