Panduan Menggunakan KB Kalender Agar Tidak Hamil

Dipublish tanggal: Jul 4, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Okt 11, 2019 Waktu baca: 2 menit
Panduan Menggunakan KB Kalender Agar Tidak Hamil

Meskipun alat kontrasepsi seperti pil KB, kondom, IUD, hingga suntik KB efektif mencegah kehamilan, nyatanya ada beberapa wanita yang lebih memilih KB alami alias menggunakan sistem kalender saja. Namun, bagi Anda yang siklus haidnya tidak teratur mungkin akan sulit mencegah kehamilan dengan KB kalender.

Pasalnya, sistem kalender sangat berpatokan dengan siklus haid Anda. Lalu, bagaimana cara menggunakan KB kalender agar sukses mencegah kehamilan? Yuk, intip tipsnya berikut ini.

Kiat sukses mencegah kehamilan dengan KB kalender

Sistem KB kalender ternyata cukup banyak dipilih oleh pasangan suami istri yang ingin menunda atau mencegah kehamilan. Dibandingkan dengan jenis kontrasepsi lainnya, KB kalender tidak memberikan efek samping apa pun yang mengganggu kesehatan maupun aktivitas.

Agar sukses mencegah kehamilan dengan KB kalender, Anda harus memahami dulu seperti apa siklus haid Anda. Pasalnya, hal ini akan membantu menentukan waktu yang tepat kapan Anda boleh berhubungan seks dengan pasangan dan kapan harus menghindari waktu bercinta.

Baca Selengkapnya: Kelebihan Program KB Sistem Kalender dan Tips Menjalaninya

Hati-hati, salah menentukan waktu bisa meningkatkan risiko terjadinya kehamilan, lho! Itulah sebabnya, KB kalender harus dilakukan dengan cermat agar hasilnya maksimal.

Bagi Anda yang ingin menerapkan sistem KB kalender, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan agar kehamilan tidak terjadi, di antaranya: 

1. Lacak riwayat menstruasi terlebih dahulu

Melacak riwayat menstruasi harus dilakukan ketika Anda ingin melakukan program KB kalender. Dengan mengetahui siklus haid, Anda dapat memprediksi waktu ovulasi dan masa subur.

Sistem KB kalender sangatlah tepat untuk dilakukan wanita yang memiliki siklus menstruasi secara ideal, yaitu 26 hingga 32 hari. Meskipun tanggal datang bulan tidak sama, yang penting siklus menstruasi nya teratur.

Secara garis besar ada 3 fase dalam siklus menstruasi, yaitu periode awal, periode subur, dan periode tidak subur. Hari pertama dalam siklus menstruasi merupakan hari pertama Anda tidak subur. 

Biasanya, masa subur wanita terletak di tengah-tengah siklus haid. Misalnya, jiak siklus menstruasi Anda berkisar 28 hari, maka puncak kesuburan Anda berada pada hari ke-14, dihitung sejak hari pertama haid.

Nah, wanita yang berada dalam masa subur cenderung lebih mudah hamil. Bagi Anda yang sedang ingin menunda kehamilan, maka hindari berhubungan seksual di masa subur, ya!

Baca Juga: Memahami 4 Fase Siklus Menstruasi Secara Berurutan

2. Perhatikan masa ovulasi

Saat menggunakan KB kalender, Anda tentu harus bisa memperhatikan masa ovulasi Anda. Ketika sel telur dilepaskan, maka hanya dibutuhkan waktu 24-28 jam agar sel telur bisa dibuahi oleh sperma.

Sedangkan waktu hidup sperma pun tidak berlangsung lama, biasanya sekitar 5 hari setelah terjadinya ejakulasi. Peluang hamil akan terjadi ketika sperma berada dalam saluran reproduksi dan menunggu sel telur baru turun. Sebaiknya hindari masa-masa ini bila Anda ingin mencegah kehamilan setelah berhubungan intim.

Baca Juga: Cara Mudah Menghitung Masa Subur Wanita Agar Cepat Hamil

3. Mekanisme biologis yang harus diperhatikan

Mekanisme biologis akan memungkinkan dalam masa kesuburan 5-8 hari ketika selesai berhubungan seks. Namun, hal ini pun tergantung dari karakteristik sperma pasangan, frekuensi ejakulasi dalam masa subur, dan sebagainya.

4. Pengendalian hormon dalam tubuh

Masa subur yang berpotensi terjadinya kehamilan dipengaruhi oleh panjang siklus. Lama siklus haid setiap wanita berbeda-beda, tergantung dari perubahan hormon dalam tubuh. Dengan mengendalikan hormon dalam tubuh, maka akan membantu mencegah kehamilan.

Hal-hal penting yang ada di atas haruslah Anda perhatikan dengan sebaik mungkin ketika Anda ingin menerapkan KB kalender. Apabila program KB kalender dilakukan dengan cara yang tepat, maka kehamilan bisa dihindarkan, begitu juga dengan sebaliknya.


41 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Vaginal bleeding in pregnancy. (2018). (https://medlineplus.gov/ency/article/003264.htm)
Smikle C, et al. (2017). Asherman syndrome. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448088/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app