Stress Incontinence - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Apr 21, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Waktu baca: 5 menit

Stress Inkontinensia adalah ketidakmampuan untuk mengendalikan keinginan Anda untuk buang air kecil dalam keadaan tertentu. stress inkontinensia adalah masalah serius dan memalukan yang dapat menyebabkan masalah dalam bersosialisasi. Stress inkontinensia terjadi setiap kali perut atau kandung kemih mengalami tekanan.

Penting untuk diingat bahwa istilah "stress" yang digunakan lebih cenderung kepada arti fisik bukan psikis. stress inkontinensia terjadi ketika Anda melakukan aktivitas tertentu atau ketika Anda mengalami penekanan secara langsung maupun tidak langsung pada perut Anda sehingga menyebabkan kandung kemih tertekan dan Anda buang air kecil secara spontan.

Kondisi inkontinensia urin perlu dibedakan dengan kondisi dimana kandung kemih terlalu aktif. Dalam beberapa kasus, kandung kemih yang terlalu aktif dan stress inkontinensia dapat terjadi secara bersamaan, yang disebut inkontinensia campuran. Dokter dapat melakukan pemeriksaan untuk menentukan penyebab inkontinensia yang Anda alami.

Struktur kandung kemih

Kandung kemih Anda terdiri dari beberapa sistem otot, diantaranya:

  • Otot Sfingter yang melingkari uretra. Uretra adalah saluran yang membawa urin ke luar tubuh Anda.
  • Otot Detrusor adalah otot pada dinding kandung kemih, yang memungkinkan kandung kemih untuk mengembang.
  • Otot-otot dasar panggul membantu menopang kandung kemih dan uretra.

Untuk dapat menahan kencing, Anda harus dapat menggerakan (berkontraksi) otot sfingter Anda . Ketika otot-otot sfingter dan otot panggul Anda lemah, akan lebih sulit untuk membuat otot-otot ini kontraksi sehingga menyebabkan stress inkontinensia.

Gejala stress inkontinensia

Gejala utama stress inkontinensia adalah hilangnya kontrol terhadap kandung kemih selama melakukan aktivitas fisik. Anda mungkin mengompol dalam jumlah yang sedikit atau banyak. stress inkontinensia bisa terjadi saat Anda:

  • tertawa
  • bersin
  • batuk
  • melompat
  • berolahraga
  • melakukan angkat berat
  • melakukan hubungan seksual

Kadang-kadang bahkan saat Anda berdiri dari posisi duduk atau berbaring dapat memberikan tekanan tambahan pada kandung kemih Anda dan menyebabkan Anda mengompol. stress inkontinensia memiliki gejala yang berbeda pada masing-masing orang. 

Beberapa orang mungkin tidak menunjukan gejala apapun saat melakukan suatu kegiatan, namun beberapa orang mungkin akan mengompol ketika melakukan kegiatan yang sama ketika mereka menderita kondisi stress inkontinensia.

Siapa yang berpotensi terkena stress inkontinensia?

Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK), wanita memiliki resiko dua kali lebih besar dibandingkan dengan pria untuk mengalami kondisi stress inkontinensia. 

Penyebab paling umum dari stress inkontinensia di kalangan wanita adalah kehamilan dan persalinan, terutama yang mengalami persalinan normal. Selama kehamilan dan persalinan, otot sfingter dan panggul meregang dan melemah.

Usia yang lebih tua dan kondisi yang menyebabkan batuk kronis juga dapat menyebabkan stress inkontinensia. Kondisi ini juga bisa menjadi efek samping dari operasi panggul.

Beberapa wanita hanya menderita stress inkontinensia selama seminggu sebelum mereka menstruasi. NIDDK menjelaskan bahwa pengaruh hormon estrogen selama menstruasi, dapat melemahkan uretra. Walaupun hal ini sebenarnya jarang terjadi.

Sedangkan pada pria, operasi prostat adalah penyebab yang paling sering menyebabkan stress inkontinensia. Kelenjar prostat mengelilingi uretra pria, dan saat prostat dioperasi, seringkali prosedur tersebut merusak otot-otot sekitarnya yang berperan dalam menahan buang air kecil..

Faktor risiko lain yang dapat menyebabkan stress inkontinensia termasuk:

  • merokok karena bisa menyebabkan batuk kronis
  • segala kondisi lain yang berhubungan dengan batuk kronis
  • penggunaan kafein dan alkohol yang berlebihan
  • kegemukan
  • sembelit
  • partisipasi jangka panjang dalam kegiatan yang membutuhkan kontak fisik yang keras.
  • kekurangan hormon

Pengobatan untuk mengatasi stress inkontinensia

Pengobatan untuk mengatasi stress inkontinensia bervariasi sesuai dengan penyebab masalah Anda. Dokter Anda akan membantu Anda membuat rencana pengobatan menggunakan kombinasi obat-obatan dan penyesuaian gaya hidup.

Terapi perilaku

Anda dapat mengubah gaya hidup Anda untuk mengurangi episode terjadinya stress inkontinensia. Jika Anda mengalami obesitas, dokter mungkin menyarankan Anda untuk menurunkan berat badan. Anda mungkin juga mencoba menghindari kegiatan yang menyebabkan mengompol, seperti melompat atau jogging.

Nikotin dapat mengiritasi kandung kemih Anda dan dapat menyebabkan inkontinensia. Jika Anda seorang perokok, Anda harus berhenti. Batuk terus-menerus yang terlihat pada perokok juga berkontribusi terhadap masalah ini.

Anda juga perlu mempertimbangkan penggunaan kafein dan alkohol yang berlebihan, karena zat-zat ini dapat mengiritasi kandung kemih. Anda mungkin ingin mengurangi asupan cairan keseluruhan untuk mengurangi tekanan pada kandung kemih.

Latihan otot panggul

Bagi banyak wanita, latihan otot panggul dapat membantu mengobati stress inkontinensia. Latihan kegel membuat otot sfingter dan otot dasar panggul Anda lebih kuat. Untuk melakukan Kegel, kontraksikan otot yang Anda gunakan untuk menghentikan aliran urin. 

Akan sangat membantu untuk berlatih melakukan Kegels sambil duduk di toilet untuk membantu Anda mempelajari otot mana yang akan digunakan. Setelah Anda menguasai teknik kegel, Anda dapat melakukannya di mana saja dan kapan saja.

Stimulasi listrik adalah pilihan perawatan lain. Stimulasi listrik dilakukan dengan mengalirkan arus listrik tegangan ringan melalui otot-otot dasar panggul Anda. Arus listrik membuat otot-otot Anda berkontraksi, seperti latihan Kegel. Anda mungkin dapat mengontraksikan otot Anda sendiri setelah merasakan otot mana yang berkontraksi.

Obat

Saat ini tidak ada obat yang disetujui BPOM di Amerika untuk mengobati stress inkontinensia. Suplemen estrogen oral (obat minum) dan topikal (obat luar) dapat membantu untuk mengurangi gejala pada wanita. 

Terkadang, pseudoefedrin juga dapat digunakan. BPOM di Amerika sedang mengevaluasi Cymbalta,sebuah obat golongan antidepresan, yang tampaknya dapat digunakan untuk mengobati stress inkontinensia.

Operasi

Jika Anda mengalami kasus stress inkontinensia yang parah, sampai-sampai mengganggu kehidupan sehari-hari Anda, dokter Anda dapat merekomendasikan prosedur operasi. 

Beberapa jenis prosedur tersedia dan dapat dilakukan dengan perbaikan vagina dan prosedur lain dapat dilakukan untuk mengangkat kandung kemih dan uretra. Operasi-operasi ini dapat dilakukan oleh ahli bedah.

Selama prosedur operasi, dokter akan mencoba memperbaiki uretra dan kandung kemih. Prosedur sling dilakukan dengan menggunakan jaringan Anda sendiri untuk membuat struktur penyangga untuk uretra. The Mayo Clinic menyatakan bahwa prosedur sling lebih sering digunakan pada wanita dibandingkan pada pria.

Ahli urologi atau dokters spesialis saluran kemih, juga dapat memilih untuk menyuntikan kolagen langsung ke jaringan pendukung uretra Anda. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperkuat otot sfingter dengan meningkatkan tekanan pada uretra. Suntikan kolagen adalah prosedur bedah paling invasif untuk mengobati stress inkontinensia.

Yang perlu Anda ketahui

Ada banyak cara untuk mengobati stress inkontinensia, pengobatan stress inkontinensia tergantung pada tingkat keparahan kondisi Anda. Jika Anda mengompol saat bergerak atau berolahraga, segera pergi ke dokter, Anda tidak perlu menyimpan rasa malu seorang diri akibat gejala stress inkontinensia.


16 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app