Efek Makanan Cepat Saji Bagi Tubuh

Dipublish tanggal: Agu 28, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mar 20, 2020 Waktu baca: 2 menit
Efek Makanan Cepat Saji Bagi Tubuh

Makanan cepat saji merupakan salah satu jenis makanan yang bisa disiapkan dan disajikan dengan cepat. Saat ini persediaan makanan cepat saji dapat disajikan dengan beberapa jenis mulai dalam bentuk restoran, take-out, drive-thru, atau pengiriman. 

Makanan cepat saji sangat populer karena makanan itu murah, nyaman, dan rasanya enak. 

Namun, makanan cepat saji sering dibuat dengan bahan-bahan yang lebih murah seperti daging berlemak tinggi, biji-bijian olahan, dan tambahan gula dan lemak, daripada bahan-bahan bergizi seperti daging tanpa lemak, biji-bijian utuh, buah-buahan segar, dan sayuran. 

Makanan cepat saji juga tinggi sodium atau garam yang digunakan sebagai pengawet dan membuat makanan lebih beraroma dan memuaskan.

Pentingnya mengetahui kandungan nutrisi pada makanan cepat saji

  • Lemak

Karena makanan cepat saji mengandung banyak natrium, lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol. Makan terlalu banyak dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan obesitas. 

Karena makan banyak lemak trans dapat menyebabkan masalah kesehatan jantung tertentu.

  • Gula

Pola makan yang mengandung terlalu banyak gula dapat meningkatkan berat badan dan obesitas. Soda adalah salah satu makanan pendamping terburuk. Soda 12 ons dapat mengandung sebanyak 40 gram gula, yaitu sekitar 10 sendok teh. 

Banyak restoran memberikan soda sebesar 64 ons, yang berarti terdapat  sekitar 200 gram gula terkandung pada soda tersebut.

  • Sodium

Asupan sodium tinggi adalah faktor risiko yang memicu tekanan darah tinggi, faktor risiko utama yang dapat dicegah untuk kematian di seluruh dunia. Asupan sodium pada populasi di beberapa negara jauh di atas pedoman diet yang dikombinasikan.

Makanan cepat saji dapat menjadi kontributor besar terhadap asupan natrium, mengingat bahwa ini adalah kelompok makanan yang biasanya mengandung banyak sodium, dan diketahui sering dikonsumsi oleh beberapa kelompok populasi. 

Resiko dan efek dari makanan cepat saji

Efek pada saluran napas

Kelebihan kalori dari makanan cepat saji bisa menyebabkan kenaikan berat badan, yang dapat mengarah pada obesitas.

Obesitas meningkatkan risiko untuk masalah pernapasan, termasuk asma dan sesak napas.

Obesitas dapat meningkatkan  tekanan pada jantung dan paru-paru Anda dan gejala mungkin muncul bahkan dengan sedikit tenaga. Anda mungkin mengalami kesulitan bernapas saat berjalan, menaiki tangga, atau berolahraga.

Untuk anak-anak, risiko masalah pernapasan sangat jelas. Satu studi menemukan bahwa anak-anak yang makan makanan cepat saji setidaknya tiga kali seminggu lebih mungkin untuk memicu asma.

Efek pada sistem saraf

Orang-orang yang makan makanan cepat saji memiliki kemungkinan 51 persen lebih besar untuk mengalami depresi daripada orang-orang yang tidak makan makanan tersebut.

Efek pada sistem reproduksi

Satu studi menemukan bahwa makanan cepat saji  olahan mengandung phthalate. Phthalate adalah bahan kimia yang dapat mengganggu cara kerja hormon dalam tubuh Anda. Paparan zat kimia tingkat tinggi ini dapat menyebabkan masalah reproduksi, termasuk cacat lahir.

Efek pada tulang dan gigi

Karbohidrat dan gula dalam makanan cepat saji dan makanan olahan dapat meningkatkan asam di mulut Anda. Asam ini dapat memecah email gigi. Ketika enamel gigi menghilang, bakteri dapat bertahan, dan gigi berlubang dapat berkembang.

Obesitas juga dapat menyebabkan komplikasi dengan kepadatan tulang dan massa otot. Orang yang mengalami obesitas memiliki risiko lebih besar untuk terjadi patah tulang.

Efek pada kulit

Makanan kaya karbohidrat menyebabkan lonjakan gula darah, dan lonjakan kadar gula darah yang tiba-tiba ini dapat memicu timbulnya jerawat

Anak-anak dan remaja yang makan makanan cepat saji setidaknya tiga kali seminggu juga lebih mungkin terkena eksim.


35 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Zota AR, et al. (2016). Recent fast food consumption and bisphenol A and phthalates exposures among the U.S. population in NHANES, 2003–2010. DOI: (https://doi.org/10.1289/ehp.1510803)
Zammit, C., Liddicoat, H., Moonsie, I., Makker, H. (2010). Obesity and respiratory diseases. International Journal of General Medicine, 3, 335–343. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2990395/)
Urban LE, et al. (2014). Temporal trends in fast-food restaurant energy, sodium, saturated fat, and trans fat content, United States, 1996–2013. DOI: (http://dx.doi.org/10.5888/pcd11.140202)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app