Waspadai Efek Buruk Vape bagi Kesehatan

Vape dianggap lebih aman karena hanya mengeluarkan uap, juga tidak mengandung banyak nikotin. Padahal kalau diselisik lebih dalam, vape masih mengandung kombinasi nikotin dan zat berbahaya lain, yang bisa sebabkan masalah kesehatan berikut ini.
Dipublish tanggal: Jun 13, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
Waspadai Efek Buruk Vape bagi Kesehatan

Tak bisa dipungkiri, vape atau rokok elektrik saat ini menjadi tren di kalangan orang-orang yang ingin berhenti untuk merokok. Vape dianggap lebih aman karena hanya mengeluarkan uap, juga tidak mengandung banyak nikotin. 

Padahal kalau diselisik lebih dalam, vape masih mengandung kombinasi nikotin dan zat berbahaya lain, yang bisa sebabkan masalah kesehatan berikut ini.

1. Memicu terjadinya radang pada paru-paru

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Hellenic Cancer Society, ditemukan bahwa paru-paru pengguna vape lebih rusak dibandingkan dengan perokok biasa. 

Pada paru-paru mereka ditemukan lebih banyak kandungan oksida nitrat (NO), yang menjadi pertanda terjadinya peradangan di saluran pernapasan. Vape merusak fungsi paru-paru selama 30 menit setelah seseorang merokok.

Penggunaan vape meningkatkan produksi senyawa kimia yang dapat menyebabkan peradangan. Selain itu, kandungannya juga membuat sel tubuh yang berperan melindungi paru-paru menjadi tak berfungsi. 

Padahal sel ini bertugas menjaga kebersihan udara dalam paru-paru, serta membasmi partikel jahat yang menurunkan kesehatan paru-paru dan menyebabkan radang.

2. Merusak sel tubuh sehingga mengakibatkan kanker

Perokok yang beralih pada vape mempercayai bahwa vape tak akan menyebabkan kanker, karena sedikit mengandung nikotin dan tak mengeluarkan asap. Faktanya dari penelitian yang telah dilakukan, uap yang dikeluarkan saat menggunakan vape mengandung zat kimia penyebab kanker

Jumlah zat kimia akan semakin meningkat, dengan semakin tingginya suhu vape saat digunakan.

Zat kimia pemicu kanker dalam uap vape tersebut berupa formalin, nikel, aldehida, dan akrolein. Kadar zat kimia berbahaya ini menjadi semakin banyak, saat vape telah digunakan lama digunakan. 

Mengapa demikian? Karena pada kumparan pemanas vape, telah bertumpuk residu bahan kimia hasil pengolahan menjadi uap. Racun dalam residu bertambah seiring seringnya vape digunakan.

Ketika tubuh telah terpapar oleh zat kimia berbahaya ini, maka sel-sel dalam tubuh akan mengalami kerusakan bahkan kematian. Saat sel tubuh tak bisa lagi diperbaiki, maka pada saat itulah sel kanker mulai muncul dan menggerogoti tubuh. 

Vape yang awalnya dianggap lebih sehat pun, tak ada bedanya dengan rokok biasa yang dapat memicu kanker.  

3. Meningkatkan risiko terkena serangan jantung

Para peneliti dari Universitas Kansas melakukan penelitian terkait risiko serangan jantung pada pengguna vape dan orang yang tak merokok. Hasilnya menunjukkan bahwa pengguna vape berisiko 34 persen lebih tinggi untuk mengalami serangan jantung. 

Cairan kimia yang mengalami pembakaran dalam vape, berubah menjadi racun berbahaya yang jadi pemicu serangan jantung.

4. Picu kondisi stres oksidatif yang sebabkan pneumonia

Pneumonia merupakan salah gangguan pada sistem pernapasan yang bisa timbul karena penggunaan vape. Terdapat radikal bebas dalam uap vape sehingga membuat tubuh berada dalam kondisi stres oksidatif.

Kondisi stres oksidatif merupakan pertanda bahwa jumlah radikal bebas dalam tubuh begitu banyak, sehingga tubuh tak lagi mampu untuk menetralkannya.

Saat tubuh dalam kondisi stres oksidatif, sel pada saluran pernafasan memproduksi molekul PAFR secara berlebihan. Molekul PAFR ini merupakan tempat menempelnya bakteri penyebab pneumonia, sehingga keberadaannya memenuhi saluran pernapasan. 

Bakteri pneumonia yang jumlahnya tak terkendali lagi, kemudian menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan.       

Vape yang dianggap sebagai cara ‘aman’ untuk merokok, telah terbukti tak sepenuhnya baik untuk digunakan. Walau mengandung sedikit nikotin, namun vape tetap menghasilkan racun dari pembakaran cairan yang terkandung di dalamnya. 

Apalagi jika vape telah digunakan dalam waktu yang lama, membuat kadar racun berbahaya yang dihasilkannya semakin meningkat.


33 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Tierney PA, et al. (2016). Flavour chemicals in electronic cigarette fluids. DOI: (https://doi.org/10.1136/tobaccocontrol-2014-052175)
Sundar IK, et al. (2016). E-cigarettes and flavorings induce inflammatory and pro-senescence responses in oral epithelial cells and periodontal fibroblasts. DOI: (https://dx.doi.org/10.18632/oncotarget.12857)
Stratton K, et al. (2018). Public health consequences of e-cigarettes. (https://www.nap.edu/read/24952/chapter/1)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app