Vaksin Difteri: Informasi Manfaat dan Cara Kerja

Dipublish tanggal: Mar 17, 2019 Update terakhir: Okt 26, 2020 Tinjau pada Apr 24, 2019 Waktu baca: 4 menit

Penyakit yang disebabkan oleh Corynebacterium Diphteriae sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-anak.

Selain mengobati penyakit ini dengan antitoksin dan antibiotik, salah satu cara yang paling ampuh untuk mencegah penyebarannya adalah dengan imunisasi. 

Di Amerika Difteri termasuk kasus yang sangat jarang sekali, karena program vaksinasi sudah sangat baik dijalankan di negara-negara maju seperti di Amerika. 

Jika tidak ditangani sejak dini, penyakit difteri ini bisa menular dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Karakteristik Difteri Toxoid

Pada awal tahun 1900-an, pembuatan vaksin dicoba dengan mencampur toksin dan antitoksin. Toksoid (vaksin yang digunakan untuk membentuk sistem pertahanan tubuh terhadap toxin. 

Pada kasus ini adalah toksin Corynebacterium Diphteriae)  dikembangkan sekitar tahun 1921 namun tidak banyak digunakan sampai awal 1930an. Pemberian vaksin difteri digabungkan dengan vaksin tetanus toksoid dan pertusis dan menjadi rutin digunakan pada tahun 1940-an.

Toksoid Difteri dibuat dengan mengembangkan toksin dari Corynebacterium Diphteriae pada media cair. Hasil penyaringan ini di inkubasi dengan formaldehyde untuk merubah toxin menjadi toxoid lalu kemudian di serap oleh garam alumunium.

Vaksin tunggal difteri sendiri tidak tersedia, pemberian vaksin ini biasanya digabungkan dengan tetanus, pada anak- anak dikenal denganDifteri-Tetanus-Pertusis Toxoid (DTP), sedangkan pada orang dewasa dikenal dengan Tetanus-Diphteria (TdP). 

Perbedaan antara DTP dan TdP adalah kandungan toksoid pada DTP 4 kali lebih besar daripada kandungan toksoid pada TdP. Anak-anak yang usianya kurang dari 7 tahun wajib menerima vaksinasi DTP, Sedangkan anak-anak dengan usia lebih dari 7 tahun wajib menerima vaksinasi TdP.


Tata cara dan jadwal pemberian Vaksin DPT/TdP menurut Kemenkes RI

Pemberian Vaksin DPT Usia Rekomendasi Rentang waktu
1 (dasar) 2 bulan …...
2 (dasar) 3 bulan 4 minggu
3 (dasar) 4 bulan 4 minggu
4 (booster pertama) 15-18 bulan 6 bulan

Penjelasan tambahan :

  • Jika dari lahir sampai umur lebih dari 7 tahun, seorang anak belum menerima vaksin DPT, maka anak tersebut tetap diberikan vaksin TdP yang khusus diberikan untuk anak-anak seperti Boostrix dan Adacel.
  • Jika dosis pertama diberikan pada usia kurang dari 12 bulan maka disarankan untuk mendapatkan 4 kali vaksinasi.
  • Jika dosis pertam diberikan pada usia lebih dari 12 bulan, maka cukup mendapatkan 3 kali vaksinasi pertama.

Kapan vaksin jenis TdP diberikan?

Vaksin TdP diberikan pada usia anak kira-kira 11-12 tahun dan diulang setiap 10 tahun. Pemberian vaksin harus diulang dalam jangka waktu tertentu karena vaksin ini tidak akan bertahan seumur hidup.

Pemberian Vaksin Rentang Waktu
1 5-7 tahun atau setara dengan kelas 2 SD
2 10-12 tahun atau setara dengan anak kelas 5 SD
3 tiap 10 tahun

 

Penjelasan tambahan :

  • Pemberian vaksin booster TdP harus diulang setiap 10 tahun.
  • Jika ada keterlambatan dalam pemberian vaksin pada satu siklus, maka hal ini tidak akan mengurangi efektifitas vaksin yang telah diberikan sebelumnya dan pemberian vaksin tidak perlu di ulang dari awal.

Kontraindikasi Vaksinasi

Orang yang mengalami alergi berat terhadap kandungan vaksin pada pemberian awal tidak diperbolehkan melanjutkan vaksinasi. 

Toksoid Difteri seharusnya diberikan pada orang dengan gejala sedang-berat, tapi tidak menutup kemungkinan untuk memberikan vaksinasi untuk orang dengan gejala ringan. Orang dengan gangguan immunitas (HIV,kanker) dan Ibu hamil bisa menerima vaksinasi TdP.

Efek samping pada Vaksinasi DTP/TdP

Umumnya pemberian vaksin DTP/TdP cukup aman diberikan untuk anak-anak, efek samping jarang terjadi pada vaksinasi DTP/TdP, namun pada beberapa kejadian dilaporkan adanya gejala alergi seperti:

1. Reaksi Alergi

Tak semua anak akan baik-baik saja ketika mendapatkan vaksin imunisasi, karena beberapa dari mereka sangat rentan mengeluarkan reaksi dari suntikan imunisasi. Contoh kondisi yang bisa dialami antara lain adalah:

  • Rasa nyeri pada bagian yang disuntik.
  • Muncul kemerahan di area kulit yang disuntik.
  • Muncul benjolan keras pada bagian atau sekitar area bekas suntikan.
  • Bengkak pada bagian atau area sekitar kulit yang disuntik.

Jika Anda khawatir bahwa efek samping tersebut bisa berbahaya, maka langsug saja konsultasikan ke dokter supaya mendapatkan penanganan yang tepat.

2. Demam Ringan 

Demam pun dapat menjadi salah satu efek dari imunisasi Dt di mana biasanya malam harinyalah anak baru mengalaminya pasca penyuntikan. 

Namun para orang tua tak usah khawatir, respon tubuh anak dengan mengalami demam itu sangatlah wajar di mana ini juga menjadikan anak mudah rewel.

3. Nyeri Sendi

Rasa nyeri yang terjadi akibat suntikan imunisasi tak akan bertahan lama. Biasanya, setelah 2 hari segala bentuk nyeri akan hilang, termasuk juga pembengkakan dan juga kemerahan yang sebelumnya sudah disebutkan. 

4. Mual dan Muntah

Mual adalah efek samping yang umum terjadi terutama setelah disuntik imunisasi. Bahkan mual ini pun juga bisa diikuti dengan muntah-muntah pada beberapa kasus. Para orang tua pun tak usah terlalu khawatir karena mual juga adalah suatu efek samping ringan dan tergolong wajar.

5. Sakit Kepala

Setelah disuntik imunisasi, ada kemungkinan bahwa anak Anda pun akan merasakan sakit kepala. Jika ia mengeluh pusing, biarkan ia beristirahat. Sakit kepala ini dapat menjadi sebuah kondisi yang menyertai demam, jadi pastikan untuk memberi waktu istirahat yang cukup serta pemberian obat penurun demam bagi si kecil.

6. Kejang

Kasus efek samping seperti kondisi kejang ini biasanya lebih besar risikonya untuk terjadi pada anak yang memang sebelumnya pernah mengalami sakit kejang. segera periksakan ke dokter jika Anda menemukan tanda-tanda kejang pada anak.

Itulah beberapa efek samping imunisasi difteri tetanus yang dapat terjadi pada anak yang tak perlu terlalu dikhawatirkan oleh orang tua. Efek samping akan hilang setelah beberapa hari, namun bila tak mereda juga, kondisi tersebut bisa diperiksakan ke dokter.


2 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Diphtheria Vaccination. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/diphtheria/index.html)

Artikel ini hanya sebagai informasi obat, bukan anjuran medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter atau apoteker mengenai informasi akurat seputar obat.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app