Solusi Mengatasi Kepala Pusing Usai Bermain Futsal

Dipublish tanggal: Jul 19, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 2 menit
Solusi Mengatasi Kepala Pusing Usai Bermain Futsal

Pernahkah Anda mengalami kepala pusing usai bermain futsal? Jika iya, lantas apakah penyebabnya? Orang-orang biasanya akan langsung panik dengan gejala pusing karena menganggap itu sebagai gejala dari sakit yang parah. Padahal, kepala pusing setelah olahraga ini bisa disebabkan oleh beberapa hal.

Penyebab Kepala Pusing Usai Bermain Futsal

Menurut penuturan John Halliwill, seorang dosen fisiologi di Universitas Oregon, seseorang yang mengalami kepala pusing setelah berolahraga merupakan hal yang wajar. Dengan kata lain, sakit kepala tersebut bukanlah gejala dari penyakit lainnya. 

Ketika seseorang sedang bermain futsal, maka jantung akan bekerja keras demi memasok darah ke seluruh tubuh. Mulai dari mendorong kaki untuk berlari hingga menangkap bola. Keseluruhan aktivitas tersebut menekan pembuluh darah yang dilewatinya. Tekanan ini kemudian memompa darah yang ada di kaki dan tangan untuk dipindahkan kembali ke jantung. Hal ini sebenarnya cukup membantu kerja jantung untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. 

Sayangnya, saat seseorang langsung berhenti bermain, maka darah yang mengalir di kaki tidak akan langsung kembali ke jantung, karena otot sudah rileks sehingga tidak perlu bantuan untuk memompa darah. Akibatnya, Anda akan mulai merasa pusing karena pasokan darah ke kepala berkurang. Selain itu, detak jantung dan sirkulasi darah akan menurun, padahal pembuluh darah saat itu masih melebar. Kombinasi kondisi inilah yang mengakibatkan Anda pusing setelah bermain futsal. 

Pusing setelah berolahraga juga dapat terjadi karena tidak asupan protein dan karbohidrat yang  tidak cukup sebelum olahraga. Oleh karena itu, kadar gula dalam darah akan rendah sehingga mengakibatkan pusing setelah bermain futsal.

Cara Mengatasi Kepala Pusing Usai Bermain Futsal

Solusi mengatasi sakit kepala usai bermain futsal disarankan melalui cara natural yang non medis. Sebab konsumsi obat-obatan anti nyeri yang biasanya dikonsumsi 30-60 menit sebelum olahraga malah dapat mengiritasi lambung. Di samping itu, obat-obatan tersebut juga memerlukan resep dokter dan tidak ditujukan untuk pemakaian jangka panjang. Nah, daripada berakibat fatal dengan penggunaan obat-obatan, lebih baik lakukan beberapa cara berikut:

Lakukan Pemanasan dan Pendinginan

Pasti dulu di sekolah Anda sudah diajarkan bahwa sebelum olahraga harus diawali dengan pemanasan dan diakhiri dengan pendinginan. Nah, sebenarnya rutinitas tersebut perlu dilakukan bukan tanpa alasan. Apabila tidak dilakukan, maka dapat berakibat buruk seperti kepala pusing usai berolahraga.

Lakukanlah pemanasan sekitar 15 menit sebelum olahraga dan pendinginan selama 5 menit setelah olahraga. Pemanasan berguna untuk memulai olahraga secara perlahan untuk kemudian meningkatkannya secara bertahap. Sampai olahraga diakhiri dengan pendinginan supaya tubuh tidak kaget. Rutinitas tersebut akan mencegah sakit kepala muncul.

Perhatikan Ketinggian

Terkadang, tanpa orang sadari, ketinggian suatu tempat berpengaruh terhadap kondisi tubuh saat seseorang berolahraga. Apalagi bagi seseorang yang memang baru saja sampai di lingkungan tersebut. Ketahuilah, semakin tinggi suatu tempat, maka kadar oksigen dalam udara juga semakin sedikit. 

Untuk itu, ketika berada di dataran tinggi, sebaiknya tunggulah 2 hari sebelum mulai berolahraga. Berilah kesempatan bagi tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar sehingga kadar oksigen cukup untuk aktivitas otot-otot tubuh.

Perhatikan Kecukupan Cairan

Air sangatlah penting bagi tubuh. Apalagi ketika seseorang melakukan aktivitas berat seperti olahraga. Oleh karena itu, bawalah air minum ketika berolahraga dan minum sesering mungkin, karena dehidrasi atau kekurangan cairan dapat memicu sakit kepala sebelah/migrain.


10 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app