Sering Menggerak-Gerakkan Kaki? Inilah 3 Penyebabnya

Restless leg syndrome terjadi akibat tidak seimbangnya zat kimia yang berada pada otak yang disebut dopamine. Dopamine memiliki peran yang penting sebagai pengontrol motorik pada otak manusia sebagai penggerak otot di tubuh. Namun, ada beberapa penyebab lainnya, yaitu:
Dipublish tanggal: Agu 23, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mar 16, 2020 Waktu baca: 2 menit
Sering Menggerak-Gerakkan Kaki? Inilah 3 Penyebabnya

Anda pasti pernah sekedar menggerak-gerakkan kaki saat sedang bersantai. Tapi, tahukah Anda? Jika terlalu sering melakukannya Anda bisa jadi mengalami restless leg syndrome (RLS). 

RLS diawali dengan gejala rasa kesemutan, panas, gatal, dan rasa yang tidak nyaman lainnya di bagian kaki. Namun, selain menyerang bagian kaki, bisa juga menjalar ke bagian tubuh yang lain. 

Kebiasaan menggerak-gerakan kaki atau bagian tubuh yang lainnya merupakan respon tubuh untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang sedang dialami oleh penderitanya.

Penderita RLS juga akan mengalami insomnia atau gangguan tidur yang menurunkan kualitas jam istirahat pada malam hari, sehingga penderita biasanya cepat merasa lelah dan mengantuk.

Apa saja gejala RLS?

Gejala yang pertama kali dialami yaitu kebiasaan selalu menggerak-gerakan kaki atau bagian tubuh yang lain akibat rasa tidak nyaman. Ketika bagian tubuh tersebut tidak digerakan, maka akan timbul perasaan tidak nyaman.

Selain itu, rasa nyaman yang muncul bisa datang ketika Anda sedang bersantai, beristirahat, duduk dalam jangka lama, atau sedang berkendara. 

Bagian tubuh yang tidak nyaman biasanya akan memberikan kode dengan memberikan reaksi gatal jika berhenti menggunakannya. Gejala ini seringnya muncul di malam hari.

Jika Anda wanita hamil, maka Anda harus waspada karena gangguan ini umumnya menyerang wanita. Selain itu, restless leg syndrome juga dapat menyerang orang berusia lanjut. 

Namun, nyatanya gangguan ini juga dapat dialami oleh anak-anak yang menginjak usia remaja. Untuk beberapa kondisi tertentu, gangguan ini dapat muncul pada orang yang pernah diamputasi di bagian tubuhnya.

Apa penyebab restless leg syndrome?

Restless leg syndrome terjadi akibat tidak seimbangnya zat kimia yang berada pada otak yang disebut dopamine. Dopamine memiliki peran yang penting sebagai pengontrol motorik pada otak manusia sebagai penggerak otot di tubuh. 

Namun, ada beberapa penyebab lainnya, yaitu:

1. Penderita penyakit tertentu

Gangguan RLS dapat disebabkan oleh beberapa penyakit, seperti orang yang memiliki gangguan ginjal atau gagal ginjal, memiliki kerusakan saraf, penderita Parkinson, dan juga orang yang memiliki diabetes

Namun, RLS juga dapat terjadi jika kekurangan zat besi di tubuh Anda.

2. Faktor Genetik

Faktor genetik dapat menjadi salah satu penyebab seseorang menderita gangguan RLS. 

Contohnya dapat terjadi pada seorang anak yang mendapatkan gangguan RLS dari turunan orangtuanya saat berusia lanjut yang sebelumnya telah mengalami gangguan restless leg syndrome.

3. Obat-obatan

Anda dapat mengalami gangguan RLS setelah mengkonsumsi jenis obat-obatan tertentu. 

Sebaiknya Anda dapat berhati-hati menggunakan beberapa obat-obatan yang dapat memicu timbulnya RLS seperti obat antidepresan, obat antihistamine dan juga obat mual yang dapat memberikan efek samping gangguan RLS.

Bagaimana caranya mengatasi RLS?

Anda dapat mengatasinya dengan memulai pola makan hidup sehat. Mulailah dengan mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran yang kaya akan vitamin, khususnya yang banyak mengandung zat besi agar terhindar dari gangguan RLS.

Anda juga dapat menghindari rokok dan minuman beralkohol untuk menjaga kualitas hidup sehat Anda. Juga lakukanlah pijatan-pijatan kecil sebelum tidur di bagian tubuh yang merasa tidak nyaman atau terserang gangguan RLS.

Berolahraga juga dapat membantu Anda terhindar dari gangguan RLS yang dapat muncul akibat tubuh mengalami stress. Untuk penanganan yang lebih maksimal Anda dapat berkonsultasi dengan dokter ahli.


28 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Find a sleep facility near you. American Academy of Sleep Medicine. http://www.sleepeducation.org/find-a-facility.
Xu XM, et al. Complementary and alternative therapies for restless legs syndrome: An evidence-based systematic review. Sleep Medicine Reviews. 2018; doi:10.1016/j.smrv.2017.06.003.
Riggin EA. Allscripts EPSi. Mayo Clinic. Oct. 29, 2019.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app